PBB: Pemotongan Bantuan Yaman Makin Besar Saat Dana Menipis

Staf ICRC dan Bulan Sabit Merah Yaman memuat bantuan ke truk untuk orang-orang yang menderita akibat konflik. (CC BY-NC-ND/ICRC)

New York, MINA – Yaman menghadapi lebih banyak pemotongan bantuan kemanusiaan dalam beberapa bulan mendatang karena kekurangan dana. Kondisi itu dapat mengurangi jatah makanan di negara tempat jutaan orang menghadapi kelaparan.

Kondisi itu diperingatkan oleh Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa (15/2) waktu New York, The New Arab melaporkan.

Pada akhir Januari lalu, hampir dua pertiga dari program bantuan utama PBB telah dikurangi atau ditutup.

“Operasi kemanusiaan … akan mulai dilakukan jauh lebih sedikit,” kata Griffiths. “Lembaga bantuan dengan cepat kehabisan uang, memaksa mereka untuk memangkas program penyelamatan jiwa.”

Rencana Tanggap Kemanusiaan PBB tahun 2021 hanya menerima 58 persen dari dana yang diminta dari para donor, menurut data PBB.

Bersaingnya tuntutan dengan bencana kemanusiaan di negeri lain dan kekhawatiran tentang hambatan bantuan di Yaman, menjadi faktor utama dari kekurangan tersebut, meskipun beberapa donor meningkatkan dananya pada pertengahan 2021 ketika peringatan tentang kelaparan meningkat.

Perang hampir tujuh tahun berlangsung antara kelompok Houthi Yaman melawan koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Perang yang berlarut memperburuk keruntuhan ekonomi yang telah membuat hidup 80 persen penduduk Yaman bergantung pada bantuan.

Program Pangan Dunia sejak Januari telah mengurangi jatah untuk 8 juta dari 13 juta orang yang diberi makan sebulan. Griffiths mengatakan, jatah dapat dipotong lebih banyak pada Maret, atau bahkan dihentikan.

Upaya gencatan senjata di Yaman terhenti karena pihak-pihak yang bertikai meningkatkan operasi militer dan menolak kompromi.

Houthi menginginkan blokade di daerah-daerah yang dikuasainya itu dicabut oleh Koalisi sebelum pembicaraan gencatan senjata, sementara Riyadh menginginkan kesepakatan simultan.

Utusan PBB untuk Yaman Hans Grundberg mengatakan pada pengarahan hari Selasa, dia terus mendorong de-eskalasi sambil memulai konsultasi pekan depan dengan beberapa pemangku kepentingan Yaman.

“Kepercayaan rendah dan mengakhiri perang ini akan membutuhkan kompromi yang tidak nyaman yang saat ini tidak ingin dilakukan oleh pihak yang bertikai,” kata Grundberg.

Aliansi yang dipimpin Arab Saudi melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah dari ibu kota, Sanaa, dalam konflik di mana beberapa faksi Yaman bersaing memperebutkan kekuasaan. (T/RI-1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.