New York, 15 Rabi’ul Awwal 1435/17 Januari 2014 (MINA) – Seorang pejabat senior PBB mengingatkan tentang kemungkinan risiko terjadinya praktek genosida di Republik Afrika Tengah jika dunia internasional tidak merespons pertumpahan darah komunal yang tengah berlangsung di negeri itu.
John Ging, Direktur Operasi Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) yang bermarkas di New York sepeti yang dipublikasikan kantor-kantor berita transnasional dan dikutip MINA , mengatakan, Kamis (16/1), krisis di negeri tersebut akan tiba akibat pengabaian masyrakat internasional selama bertahun-tahun.
“Taruhannya sangat tinggi,” katanya setelah kembali dari lima hari perjalanannya ke negara itu. “Ada unsur-unsur benih bagi terciptanya aksi genosida”
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Negara bekas koloni Perancis itu terperangkap dalam kekacauan setelah koalisi perlawanan Seleka yang sebagian besar penganut Muslim, merebut kekuasaan pada bulan Maret, mendorong serangan balas dendam dari milisi Kristen yang dikenal sebagai “anti-Balaka” (anti-perang).
Lebih dari satu juta orang mengungsi akibat kekerasan dan lebih 1.000 orang tewas di bulan Desember lalu di ibukota Bangui, mendorong negara-negara tetangga untuk mengevakuasi lebih dari 30.000 warganya.
Namun, kata Ging, dengan intervensi cepat, situasi mengerikan di negara itu bisa dibalik.
Sejak Presiden Michel Djotodia mengundurkan diri pekan lalu di bawah tekanan kuat internasional, kini situasi relatif tenang meski pun aksi-aksi kekerasan sporadis masih terjadi di Bangui.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Juru bicara kelompok anti-Balaka yang berkekuatan 15.000, mengkritik pemerintah sementara dan mengancam akan kembali mengunakan kekerasan jika pemerintah tidak dibubarkan.
PBB sendiri telah menetapkan Republik Afrika Tengah sebagai salah satu dari tiga keadaan darurat kemanusiaan global, bersama dengan Suriah dan Filipina.
Perancis segera mengirim pasukannya sekitar 1.600 tentara ke bekas koloninya di bulan Desember lalu.
Sementara pengerahan pasukan Rwanda tiba Kamis, dengan menggunakan pesawat militer Amerika Serikat, meningkatkan jumlah kontingen Uni Afrika lebih dari 5.000 pasukan penjaga perdamaian bulan ini. (T/P09/E02/Mi’raj News (MINA)).
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).