New York, MINA – Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan protes global mendesak dihentikannya segera serangan militer Israel ke Rafah semakin besar dan tidak bisa diabaikan.
“Meskipun Israel menolak seruan masyarakat internasional untuk menyelamatkan Rafah, tuntutan global untuk segera menghentikan serangan ini telah menjadi terlalu keras untuk diabaikan,” kata Griffiths di laman X pada Jumat (25/5).
Menurutnya penderitaan dan kesengsaraan di Jalur Gaza akibat operasi militer Israel semakin berat.
“Operasi militer di Rafah telah menjadi sebuah tragedi yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata,” ujar Griffiths.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Ia mencatat bahwa operasi darat telah memaksa lebih dari 800.000 orang mengungsi ke daerah-daerah tanpa tempat tinggal, jamban dan air bersih yang memadai.
Griffiths menambahkan bahwa serangan di Rafah mengakhiri aliran bantuan ke bagian selatan Gaza, melumpuhkan operasi kemanusiaan hingga mencapai titik puncaknya.
Dia juga mencatat bahwa mereka menghentikan distribusi makanan dan pasokan bahan bakar untuk jalur hidup Gaza.
Mengutip resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengadvokasi perlindungan personel kemanusiaan dan PBB serta perintah Mahkamah Internasional (ICJ) agar Israel menghentikan serangan militernya di Rafah di Gaza selatan, Griffiths menyebut, “Ini adalah momen kejelasan.”
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
“Ini adalah momen untuk menuntut penghormatan terhadap aturan perang yang mengikat semua orang: warga sipil harus diizinkan mencari keselamatan. Bantuan kemanusiaan harus difasilitasi tanpa hambatan,” katanya.
Dia mengulangi permintaannya untuk “membebaskan para sandera. Setuju dengan gencatan senjata. Akhiri mimpi buruk ini.”
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel