Pegiat Parenting: Pendampingan Anak Penyandang Disabilitas Sangat Penting

Serang, MINA – Pegiat parenting, Dewi Sartika,= mengatakan, pendampingan anak penyandang sangat penting, terutama pada masa pandemi saat ini.

“Mereka harus diperlakukan sama dengan anak-anak pada umumnya. Tetap lakukan pemenuhan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak,” ujar Dewi Sartika, yang juga Aktifis Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Riau dalam Webinar Nasional Series The Power of Parenting yang diselenggarakan oleh Serang, Banten, Kamis (4/11).

Dewi mengatakan, setidaknya ada empat hal yang harus dipersiapkan oleh seorang dalam konseling penyandang disabilitas. Pertama, memetakan dan memahami kebutuhan anak penyandang disabilitas.

Kedua, menyiapkan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memberikan pelatihan. Ketiga, menyiapkan sarana dan prasarana yang akomodatif, aksesibel dan informatif mencakup kebutuhan penyandang disabilitas.

Keempat, menentukan bentuk dan jenis pelaksanaan, monitoring, evaluasi konseling, koordinasi dan kolaborasi dengan pihak terkait.

Pemateri lainnya, Joli Afriani, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara Medan mengatakan, tahap perkembangan implementasi anak dimulai dari memahami tahap perkembangan dan tugas perkembangan  anak. Kemudian mencatat perkembangan kemampuan, keterampilan dan perilaku anak.

“Kita juga perlu membimbing anak untuk menguasai berbagai keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugas dan tahap perkembangannya, memberi motivasi untuk melakukan apa yang diharapkan dan bekerja sama dengan teman-temannya,” ujarnya.

Ia menambahkan, kebutuhan dasar tumbuh kembang anak dimulai dengan stimulasi untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak” imbuh Joli yang juga Ketua Perhimpunan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Medan.

“Pada tahun pertama kehidupannya, bahkan sejak dalam kandungan, anak mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh kembang fisik-mental dan psikososial anak,” lanjutnya.

Orangtua juga memiliki kewajiban moral untuk memenuhi Kebutuhan fisik dan biologis anak disabilitas, yang meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh, pakaian, dan lingkungan. Termasuk pelayanan kesehatan, pengobatan, olahraga, bermain dan istirahat, ujarnya.

Perhatian Orang Tua

Narasumber lainnya, Yuni Tanjung Utami selaku Dosen Pendidikan Khusus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa mengatakan, anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik, perilaku, emosi, dan fisik yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Hal itu harus menjadi perhatian orang tua agar anak dapat berkembang secara baik seperti anak pada umumnya.

“Hal-hal yang harus diperhatikan orang tua untuk kebutuhan perkembangan anak diantaranya, orang tua harus lebih terbuka pemikirannya, melakukan pengawasan sedari dini, memberi motivasi, perhatian, dan bimbingan,” ujar Yuni.

Oreang tua juga perlu beradaptasi dengan anak, meningkatkan kedekatan emosional dengan anak, mengajari anak untuk mengeksplor keterampilannya dan menanamkan kemandirian sejak dini,” imbuhnya.

Ia mengingatkan, pola asuh dari orang tua merupakan tombak utama dalam perkembangan anak berkebutuhan khusus. “Dengan pola asuh yang tepat, maka anak dapat tumbuh dengan tepat pula. Keluarga harus memenuhi kebutuhan anak baik dalam pendidikan, sosial ataupun keterampilan lainnya. Hal tersebut merupakan bekal kemandirian untuk anak berkebutuhan khusus di masa depan,” ujarnya.

Hadir sebagai keynote spreaker Hj. Kurota Akyun, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten Serang. Webinar dipandu oleh Moderator Rosedian Andriani, Dosen Universitas Primagraha (UPG) Serang, Banten.

Achmad Rozi El Eroy,SE.,MM. Founder dan CEO Amal Insani Foundation mengatakan, Webinar Series adalah bagian dari kegiatan menyambut Milad ke-5 Amal Insani Foundation pada 16 Desember 2021. (L/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)