Sanaa, 3 Rabi’ul Akhir 1436/24 Januari 2015 (MINA) – Para pejabat Houthi Yaman meminta para pejuang oposisi mereka untuk waspada di saat kosongnya kekuasaan, menyusul pengunduran diri Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi Kamis lalu.
Hadi, seorang mantan jenderal, menyalahkan penguasaan kelompok bersenjata Houthi terhadap ibu kota Sanaa, yang menghambat usahanya untuk mengarahkan Yaman menuju stabilitas setelah bertahun-tahun terjadi kerusuhan separatis dan suku, dalamnya kemiskinan dan terjadinya serangan Drone terhadap pejuang Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) yang berbasis di negeri itu.
Pengunduran diri Presiden Hadi, mengejutkan negara Semenanjung Arab yang berpenduduk 25 juta itu, di mana kelompok Houthi yang berpaham Syiah muncul sebagai faksi dominan setelah merebut Sanaa sejak September 2014 dan mendikte presiden, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan, Sabtu.
Beberapa hari terakhir, Hadi telah dikepung dan ditahan di istananya, setelah terjadi bentrokan yang tidak berarti, membuat pasukan pemerintah menyerah.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Perdana Menteri Khalid Bahah juga mengajukan pengunduran dirinya pada Kamis, dan dia mengatakan, tidak ingin menjadi bagian dari runtuhnya negara.
Protes anti-Houthi berlangsung pada Jumat di Sanaa, Aden, Taiz, Hodiedah dan Ibb, di mana pengunjuk rasa menggambarkan tindakan para pejuang Houthi di ibukota sebagai kudeta.
Beberapa pejabat Houthi telah menyambut pengunduran diri Hadi, tapi kelompok itu mengatakan posisi resmi belum diambil, kantor berita Reuters melaporkan.
Kelompok ini juga mendesak tentara menjunjung tinggi tanggung jawabnya dan meminta pejuang Houthi waspada.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Houthi mengatakan, konstitusi menetapkan, pengunduran diri Hadi harus disetujui oleh mayoritas mutlak di parlemen.
“Karena ini tidak terjadi, pengunduran diri tetap tertunda,” kata milisi dalam sebuah pernyataan, Jumat.
Seorang pejabat senior Yaman mengatakan kepada Reuters, Houthi telah mengusulkan penciptaan sebuah dewan presiden interim untuk menjalankan negara Muslim mayoritas berpaham Sunni itu, tapi aliansi partai menolak gagasan tersebut.
Parlemen dijadwalkan bertemu pada Ahad untuk membahas pengunduran diri Hadi, apakah dapat diterima atau ditolak.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Jatuhnya pemerintahan Hadi yang didukung Barat, meningkatkan kekhawatiran kekacauan melanda Yaman, wilayah strategis yang terletak di sebelah negara raksasa minyak Arab Saudi dan rute pengiriman kunci dari Terusan Suez ke Teluk. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah