Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PEKERJA THAILAND MENDERITA DI ISRAEL

Zaenal Muttaqin - Kamis, 22 Januari 2015 - 17:22 WIB

Kamis, 22 Januari 2015 - 17:22 WIB

1024 Views

Pekerja pertanian di Israel (Foto: File/Wordbulletin)
<a href=

Pekerja pertanian di Israel (Foto: File/Wordbulletin)" width="300" height="196" /> Pekerja pertanian di Israel (Foto: File/Wordbulletin)

Tel Aviv, 1 Rabi’ul Akhir 1436/22 Januari, 2015 (MINA) – Pekerja pertanian asal Thailand di Israel mengalami kondisi kerja yang berbahaya dengan sejumlah pelanggaran hak asasi manusia (HAM), demikian menurut laporan sebuah kelompok HAM terkemuka, Rabu (21/1).

Human Rights Watch melaporkan, pekerja Thailand yang sebagian besar memperkuat sektor pertanian Israel, dibayar kurang dari upah minimum, jam kerja yang terlalu panjang, berada dalam kondisi berbahaya dan ditempatkan di lokasi dengan kondisi yang kumuh.

Pekerja Thailand di sektor pertanian Israel dipaksa untuk bekerja dalam kondisi berbahaya, menggunakan pestisida tanpa peralatan perlindungan yang tepat,” kata Phil Robertson, Wakil Direktur Kelompok untuk Asia, demikian Wordbulletin yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (22/1).

“Pemerintah Thailand harus menempatkan masalah ini sebagai prioritas ketika mereka membicarakannya dengan Israel dan meminta Israel untuk tidak melakukan pelanggaran hak asasi manusia,” katanya pula.

Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina

Sebuah laporan setebal 48 halaman – “Sebuah Kesepakatan Baku: Penyalahgunaan Pekerja Thailand di Sektor Pertanian Israel” – didasarkan pada wawancara dengan 173 pekerja Thailand dalam sepuluh kelompok petani.

“Semua mengatakan mereka dibayar kurang dari ketentuan upah minimum, dipaksa bekerja melebihi ketentuam jam kerja, menghadapi kondisi kerja yang tidak aman dan mengalami kesulitan jika mereka mencoba untuk berganti majikan,” menurut laporan tersebut.

“Hampir semua dari 10 komunitas petani di mana Human Rights Watch menyelidiki kondisi hidup mereka, pekerja Thailand yang ditempatkan penampungan darurat yang tidak memadai,” tambah laporan itu.

Di salah satu peternakan, pekerja tinggal di tempat penampungan kardus di dalam gudang pertanian.

Baca Juga: Hamas Kutuk Agresi Penjajah Israel terhadap Suriah

Dihubungi Rabu (22/1), seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan, ia tidak mengetahui laporan itu.

Sekitar 25.000 pekerja Thailand bekerja keras di peternakan Israel dan laporan menggarisbawahi tingkat kematian yang luar biasa tinggi di kalangan warga Thailand.

Menurut data pemerintah yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Haaretz, 122 pekerja pertanian asal Thailand meninggal antara tahun 2008 dan 2013.

Dari jumlah tersebut, 43 kasus dikaitkan dengan “sindrom kematian mendadak pada malam hari,” kondisi jantung yang mempengaruhi orang-orang muda Asia.

Baca Juga: Pemukim Yahudi Ekstremis Rebut Rumah Warga Yerusalem di Silwan  

Dalam kasus seorang pria 37 tahun yang meninggal dalam tidurnya Mei 2013, rekan kerjanya mengatakan, mereka tidur di ruang sempit di gudang pertanian dan bekerja hingga 17 jam sehari, tanpa hari libur.

Pada peternakan lain, seorang pekerja Thailand mengatakan ia merasa seperti “daging mati” pada akhir hari kerja, yang biasanya dimulai pada pukul 4:30 pagi waktu setempat dan berakhir pada pukul 7 malam.

Laporan itu mengakui hukum Israel telah diperbaiki dan melindungi hak-hak pekerja migran.

Meskipun demikian, “Israel melakukan terlalu sedikit untuk menegakkan hak-hak pekerja dan melindungi mereka dari eksploitasi,” kata Sarah Leah Whitson, Direktur Human Rights Watch Urusan Timur Tengah dan Afrika Utara. (T/R11/R05)

Baca Juga: Media Ibrani: Netanyahu Hadir di Pengadilan Atas Tuduhan Korupsi

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Hamas Sayangkan Terbunuhnya Pejuang Perlawanan di Tepi Barat, Serukan Faksi Palestina Bersatu

Rekomendasi untuk Anda

Desa Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah terendam banjir pada Februari 2024. (Istimewa)
Indonesia
Indonesia
Internasional
Khutbah Jumat