Paris, MINA – Seorang pria kulit putih Prancis bersenjata berusia 69 tahun yang melepaskan tembakan ke sebuah pusat budaya Kurdi di Paris, yang menewaskan tiga orang, mengatakan kepada penyelidik bahwa dirinya melakukan hal itu karena terdorong sentimen rasisme.
Tembakan terjadi pada hari Jumat (23/12) menyebabkan kepanikan di distrik 10 di ibu kota Prancis, area pertokoan dan restoran yang ramai yang merupakan rumah bagi populasi suku Kurdi yang besar.
Tiga lainnya terluka dalam serangan yang oleh pria bersenjata itu dikaitkan dengan sikapnya yang “rasis”, Arab News melaporkan.
Dia ditemukan dan ditangkap dengan sebuah kotak berisi setidaknya 25 kartrid dan “dua atau tiga majalah,” sumber itu menambahkan.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Senjata itu adalah pistol US Army Colt 1911 yang banyak digunakan masyarakat sipil.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, “Kurdi di Prancis telah menjadi sasaran serangan di jantung kota Paris”. Ia memerintahkan kepala polisi Paris untuk bertemu dengan para pemimpin komunitas Kurdi pada hari Sabtu ini.
Pria bersenjata, yang memiliki sejarah kekerasan rasis, awalnya menargetkan pusat budaya Kurdi sebelum memasuki sebuah salon di mana dia ditangkap.
Menurut Dewan Demokratik Kurdi di Prancis (CDK-F), korban tewas termasuk seorang wanita dan dua pria.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Komunitas Kurdi dijadwalkan mengadakan demonstrasi di Paris pada Sabtu sore.(T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu