Kairo, MINA – Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Raja Yordania Abdullah II dan Putra Mahkota Uni UEA Mohammed bin Zayed mengadakan pembicaraan tripartit di Ibu Kota Mesir, Kairo, Ahad (24/4), pada pertemuan puncak yang tidak diumumkan sebelumnya.
Menurut Kerajaan Yordania, “Pertemuan segitiga Yordania-Mesir-Emirat membahas hubungan persaudaraan yang menyatukan tiga negara, dan membahas perkembangan global dan regional terbaru, yang terutama adalah masalah Palestina.”
Dalam pernyataannya Yordania menyatakan, para pemimpin ketiga negara menganggap bahwa tantangan dan krisis saat ini, dengan sifatnya yang kompleks dan dampak lintas batasnya, memerlukan upaya koordinasi, penguatan aksi bersama Arab, dan pengaktifan kerja sama regional, terutama dalam ketahanan pangan dan krisis energi.
Pernyataan itu menambahkan, Raja Yordania, Al-Sisi dan bin Zayed menekankan pentingnya melanjutkan koordinasi dan konsultasi tentang berbagai masalah kepentingan bersama, dengan cara yang bisa mewujudkan kepentingan ketiga negara dan melayani tujuan Arab.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Ia menambahkan, “Pertemuan itu membahas perkembangan global dan regional terbaru, yang terutama adalah masalah Palestina, karena para pemimpin menekankan bahwa negara mereka tidak akan menyia-nyiakan upaya untuk memulihkan ketenangan di Yerusalem, dan menghentikan eskalasi dalam segala bentuknya di Al-Quds agar memungkinkan jamaah untuk melakukan ibadah keagamaan mereka tanpa gangguan.”
“Ketiga pemimpin menekankan pentingnya menghormati peran perwalian Kerajaan Hashimiyah (Hashemite) secara historis dalam melindungi tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Al-Quds dan pentingnya mendukung ketabahan saudara-saudara Palestina dan memungkinkan Otoritas Nasional Palestina untuk bermain perannya untuk mencapai aspirasi rakyat Palestina dan meringankan penderitaan mereka.”
Menurut Kerajaan Yordania, para pemimpin menekankan perlunya Israel untuk menghentikan semua tindakan yang merusak peluang untuk mencapai perdamaian, dan pentingnya menemukan peluang politik untuk kembali ke negosiasi yang serius dan efektif untuk menyelesaikan masalah Palestina berdasarkan solusi dua negara dan sesuai dengan hukum internasional.
Pernyataan itu menekankan bahwa Raja Yordania mengutuk pelanggaran Israel, termasuk penyerbuan ekstremis terhadap Masjid Al-Aqsa yang diberkati dan serangan terhadap jamaah, membatasi akses orang Kristen ke Gereja Makam Suci di Al-Quds dan mengurangi jumlah orang yang bersuka ria pada Sabtu Suci.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Ia juga menekankan, menurut pernyataan itu, “Perlunya menghormati situasi historis dan hukum yang ada di Masjid Al-Aqsa dan menolak terhadap segala upaya untuk membagi waktu dan ruang Masjid Al-Aqsa Al-Mubarak.
Proses perdamaian dan pengakuan hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka mereka pada tanggal 4 Juni 1967, dengan Al-Quds Timur (Yerusalem Timur) sebagai ibu kotanya.”
Raja Abdullah menyatakan bahwa krisis global, seserius apapun itu, seharusnya tidak mengalihkan perhatian dari masalah Palestina.
Masyarakat internasional didesak bergerak menghentikan tindakan ilegal Israel dan memastikan bahwa itu tidak terulang, untuk melindungi hukum internasional dan untuk mencegah eksaserbasi atau pembaruan gelombang kekerasan. (T/R4/P1)
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Larang Renovasi Masjid Al-Aqsa oleh Wakaf Islam