Jakarta, MINA – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal menilai langkah pemerintah dalam menghadapi lemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum sepenuhnya tepat.
Menurutnya, dengan kondisi merangkaknya kurs dolar AS merupakan ancaman cukup serius bagi Indonesia. Langkah pemerintah dengan menyetop impor produk luar negeri belum tentu menjadi solusi tepat.
“Semua yang dilakukan pemerintah untuk menghentikan kegiatan ekonomi dapat membuat masyarakat makin mengalami kesusahan. Kita selalu mendapat keluhan tentang mengeringnya uang di tangan masyarakat. Semua yang dilakukan untuk mengerem kegiatan ekonomi dapat mengeringkan lagi ekonomi masyarakat,” kata Hekal di Gedung Nusantara I DPR RI, Senayan, Jakarta, Senayan, Rabu (6/9).
Dikutip dari rilis DPR, Ia menyampaikan cara yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi masalah lemahnya mata uang rupiah seperti meningkatkan ekspor dan mendapatkan devisa ke dalam negeri ataupun investasi harus bersifat real seperti membangun pabrik.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Semua yang dibilang pemerintah seperti meningkatkan ekspor dan mendapatkan devisa ke dalam negeri ataupun investasi harus bersifat real dalam arti membangun pabrik. Karena kalau yang masuk dana hot money atau dana yang masuk ke bursa pasar modal atau bursa pasar saham, maka akan dengan mudah keluar lagi,” jelasnya.
Hekal berharap sebaiknya pemerintah melakukan cara seperti menghemat BBM atau meningkatkan produksi BBM sendiri, serta mengurangi pangan impor dan memberdayakan petani dalam memproduksi pengganti dari pangan impor. (R/R05/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta