Pemerkosaan Massal Wanita Migran Afrika di Libya

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Cerita-cerita horor dan mengerikan telah tercatat dan terekam oleh lembaga HAM yang berbasis di Inggris. Cerita tentang dibunuh, disiksa, diperkosa, hingga yang kelaparan dan tenggelam di lautan. Sebagian besar dilakukan oleh di .

Amnesty pada Jumat, 1 Juli 2016 merilis sebuah laporan yang didasari dari wawancara kepada lebih dari 90 dan migran di pusat-pusat penerimaan di kota Puglia dan Sisilia, Italia. Mereka telah melakukan perjalanan menyeberangi Laut Mediterania dari Libya selama beberapa bulan terakhir.

Ratusan ribu pengungsi dan migran yang kebanyakan dari Sub-Sahara telah pergi ke Libya melarikan diri dari perang, penganiayaan atau kemiskinan di negaranya. Mereka membawa harapan bisa mencapai negara-negara Eropa terdekat.

Sementara itu, berbagai kelompok bersenjata seperti Islamic State (ISIS/Daesh) dan geng-geng kriminal di Libya, telah disalahkan atas terjadinya pelanggaran berat terhadap pengungsi dan migran. Sebagian besar korban disalahgunakan oleh pedagang manusia.

Para penyelundup yang dipakai jasanya oleh para migran sering menjual korban kepada geng-geng kriminal.

Menurut laporan Amnesty itu, para migran dan pengungsi dilaporkan disiksa dan menghadapi kekerasan seksual, atau dieksploitasi oleh penculik mereka. Beberapa korban ditembak mati dan yang lainnya dibiarkan mati sebagai akibat dari penyakit atau penganiayaan.

Perkosaan Massal

Beberapa wanita yang diwawancarai oleh Amnesty melaporkan bahwa mereka diprkosa secara massal.

Seorang wanita Eritrea yang tidak disebutkan namanya, mengatakan, dia menyaksikan perempuan lain mengalami pelecehan seksual, termasuk salah satunya diperkosa beramai-ramai karena penyelundup menuduhnya tidak membayar biaya.

“Mereka membawanya pergi dan dia diperkosa oleh lima orang Libya,” kata Amnesty mengutip kesaksian wanita Eritrea tersebut.

Ramya, wanita Eritrea lainnya mengatakan, dia diperkosa lebih dari sekali oleh pedagang yang menawannya di sebuah kamp di timur laut Libya tahun lalu.

“Para penjaga minum dan merokok ganja, kemudian datang dan memilih wanita yang mereka inginkan dan membawanya ke luar. Para wanita mencoba untuk menolak, tapi ketika kepala Anda ditodong pistol, Anda tidak punya pilihan jika Anda ingin bertahan hidup. saya diperkosa dua kali oleh tiga orang, saya tidak ingin kehilangan hidup saya,” katanya.

Antoinette dari Kamerun mengatakan bahwa para pedagang yang menahannya pada April lalu,  memperkosa wanita bahkan yang sedang hamil.

Migran Disandera untuk Uang Tebusan

Amnesty mengatakan, sejumlah besar orang yang diwawancarai, mereka ditahan untuk pembayaran tebusan. Mereka disimpan dalam kondisi memprihatinkan dan sering tidak diberi makanan dan air setelah mereka dipukuli.

Semre, seorang pria Eritrea 19 tahun mengatakan, ia melihat empat orang, termasuk seorang anak berusia 14 tahun dan seorang wanita 22 tahun, mati karena penyakit dan kelaparan saat ia disekap selama permintaan uang tebusan.

Saleh, seorang pria Eritrea lain mengatakan, ia menyaksikan bagaimana satu orang yang tidak bisa membayar tebusan harus meninggal setelah disetrum dalam air.

Magdalena Mughrabi, Wakil Derektur Amnesty Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara menyerukan pihak berwenang Libya dan Uni Eropa untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam melindungi para migran dan pengungsi dari penyalahgunaan.

“Pengalaman mereka melukiskan gambaran menakutkan dari kondisi kebanyakan dari mereka yang datang ke Eropa dengan begitu putus asanya untuk menyelamatkan diri. Pihak berwenang Libya harus mengambil langkah-langkah mendesak untuk mengembalikan supremasi hukum dan melindungi hak-hak pengungsi dan migran. Uni Eropa harus menemukan cara yang aman dan hukum bagi mereka yang terjebak di Libya agar bisa mengakses tempat yang aman,” ujar Mughrabi. (P001/P4)

Sumber: Al Jazeera

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.