Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilu Amerika Serikat, Komunitas Muslim dan Dunia Islam – bagian II

Septia Eka Putri - Selasa, 22 November 2016 - 22:08 WIB

Selasa, 22 November 2016 - 22:08 WIB

508 Views ㅤ

Imam Islamic Center New York Shamsi Ali. (Foto: Choo Choy May/ThemalayMailOnline.com)

Oleh: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation

Retorika politik Donald Trump jelas sangat “troubling” (mengganggu) bahkan “worrisome” (mengkhawatirkan) ke banyak pihak. Tidak mengagetkan jika terpilihnya Donald Trump menjadikan banyak pihak yang kecewa, was was, khawatir, bahkan ketakutan dan seolah kehilangan harapan.

Para pendatang yang tidak resmi atau (undocumented) barangkali sangat resah. Karena secara konsisten DT mengkampanyekan deportasi imigran illegal, yang jumlahnya cukup signifikan. Tidak saja karena jumlahnya besar. Tapi keberadaan mereka cukup menentukan stabilitas ekonomi Amerika pada tataran tertentu. Betapa banyak usaha-usaha menengah berkembang karena kehadiran pada immigran tak resmi ini. Pertanian tembakau misalnya cukup bergantung kepada imigran illegal ini, khususnya mereka yang dari Meksiko.

Perang mulut dengan Presiden Meksiko mengenai dinding pembatas kedua negara misalnya sangat populer. Bahkan istilah “building walls” menjadi slogan umum yang dipahami tidak saja secara fisik. Tapi juga dalam arti membangun “dinding-dinding” dalam hubungan antar komunitas. Slogan ini dipahami sebagai pembatas antara etnik, ras, maupun komunitas agama.

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

Kaum hawa juga banyak yang semakin khawatir. Selain karena karakter DT yang dianggap merendahkan wanita dalam berbagai statemennya, juga hanyut oleh slogan konservatif Republikan yang ingin mencabut hak kaum wanita untuk urusan kesehatan mereka. Intinya kamu wanita khawatir kehilangan kebebasan dan kehormatannya dengan terpilihnya Mr. DT.

Warga Amerika keturunan Afrika juga mengalami hal sama. Bahkan sejatinya mereka bisa jadi target “revenge” (dendam politik) selama 8 tahun ini. Sekali kemenangan Barack Obama selama 8 tahun terakhir dan bahkan menjadi salah seorang presiden yang “berhasil” dengan rating yang cukup tinggi, menjadi “gangguan” tersendiri bagi segmen tertentu bangsa Amerika. Oleh karenanya Afro Amerika bisa merasakan ketergangguan itu.

Demikian pula warga lainnya. Komunitas Asia, secara khusus Chinese community, juga cukup resah dengan retorika politik DT. Padahal komunitas China di Amerika cukup besar dan banyak di antara mereka yang sukses mengembangkan daerah-daerah tertentu di negara ini. Hal ini nampak dengan tumbuhnya “China town” di mana-mana.

Tidak terlupakan ternyata sebagian besar masyarakat Yahudi juga merasakan hal yang sama. Registrasi dan kamp-kamp yang pernah diperlakukan kepada umat Yahudi di Eropa menjadi trauma tersendiri. Seorang teman, Rabbi Yahudi, bahkan memberikan khutbah khusus menenangkan jamaahnya yang sangat resah.

Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina

Tidak ketinggalan dunia Hollywood juga dilanda kekhawatiran. Kepribadian paradoks DT menjadikan sebagian ketakutan, bahkan menangis di saat DT memenangkan pemilihan presiden. Tentu salah satu penyebabnya adalah retorika kampanye DT yang mengancam liberalisme media, termasuk dunia perfileman.

Komunitas Muslim di Amerika

Barangkali di antara sekian segmen bangsa Amerika yang resah, khawatir, bahkan ada rasa ketakutan dan ketidak menentuan dengan terpilihnya DT ini adalah masyarakat Muslim AS. Alasannya jelas. Bahwa janji kampanye DT salah satunya adalah akan melakukan kebijakan-kebijakan yang akan sangat merugikan masyarakat Muslim Amerika.

Di antara janji-janji itu adalah akan kembali “memata-matai” komunitas Muslim. Akan menutup sebagian mesjid yang dianggap radikal. Entah apa kriteria masjid yang dianggap radikal itu. Donald Trump juga akan mengadakan identifikasi atau ID khusus bagi Muslim di Amerika. Bahkan terakhir beredar berita jika administrasi DT akan melakukan “registrasi” kepada masyarakat Muslim, seperti yang dilakukan oleh Nazi kepada kaum Yahudi di Eropa.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23]  Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran

Mungkin yang paling terngiang di telinga masyarakat Muslim adalah wacana pelarangan orang-orang Islam untuk masuk Amerika Serikat. Kata “banning Muslims” ini terngiang-ngiang di telinga komunitas Muslim, baik dalam negeri Amerika maupun di dunia Islam. Mendengar itu oleh sebagian Muslim berarti pengusiran mereka yang beragama Islam. Padahal belum tentu demikian penafsirannya.

Dengan semua retorika politik seperti ini, bagaimana komunitas Muslim menyikapi hasil pemilu Amerika?

Jawabannya adalah jawaban demokratis sejati. Bahwa masyarakat Amerika telah menggunakan hak pilihnya untuk memilih dua kandidat yang bersaing. Satu yang menang dan satu terkalahkan. Tentu sikap yang demokratis sejati adalah menghargai keputusan bangsa Amerika. Atau minimal menerima keputusan mayoritas bangsa ini untuk memilih Trump sebagai presiden mereka.

Saya sangat yakin bahwa komunitas Muslim di Amerika adalah komunitas yang sangat dewasa dalam dunia demokrasi. Bahwa yang terpilih bukan jagoannya, selama itu dilakukan dengan cara yang benar, akan diterima dengan lapang dada.

Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam

Pertanyaan tidak lagi pada apakah menerima atau tidak. Bahkan lebih jauh, seperti yang saya utarakan sebelumnya, boleh jadi terpilihnya DT ini tidak terlepas dari “qadarullah” (ketentuan Allah) bagi hamba-hambaNya. Tentu Dia Maha Tahu makna di balik dari semua itu.

Lalu haruskah komunitas Muslim khawatir berlebihan (over worried) bahkan ketakutan (fearful)?

Jawaban saya juga jelas dan tegas. Tidak perlu khawatir berlebihan, apalagi ketakutan dan kehilangan pegangan. Semua akan berlalu sesuai aturan main Yang Mencipta langit dan bumi. Seraya diingatkan oleh hadits qudsi:

“Kalau saja seluruh manusia dan jin bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, nicaya mereka tidak akan mampu melakukannya tanpa izin Allah. Dan kalau saja seluruh manusia dan jin bersatu untuk memberikan mudhorat bagi kamu, niscaya mereka tidak mampu melakukan itu tanpa izin Allah”.

Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

Bukankah juga doa atau dzikir kita semua setelah sholat adalah: “allahumma laa maani’a limaa aothoet, wa laa muthiya limaa mana’ta. Wa raadda limaa qadgaeta. Wa laa yanfau dzul jaddi minkal jadd” (Ya Allah sungguh tidak ada yang bisa menolak apa yang Engkau berikan. Dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau tolak. Dan tidak ada yang bisa menolak keputusan Engkau. Dan tidak ada usaha apapun yang bisa mendahului kepuusan Engkau”.

Basis-basis teologi seperti ini sangat cukup bagi umat ini untuk menenangkan diri. Bahwa DT dan siapapun yang punya niat buruk tidak akan bisa melakukan apa-apa kecuali Allah izinkan. Apalagi kita juga diingatkan kisah Musa AS bersama kaumnya di saat terdesak di antara laut Merah dan Fir’aun bersama tentaranya. Mereka berada di posisi yang tiada lagi keselamatan. Saat-saat itulah Musa membuktikan imannya dengan ikrar:

“Inna ma’iya Rabbi sa yahdiin” (sungguh Tuhanku bersamaku dan dia akan memberikan petunjuk kepadaku”.

Petunjuk Tuhan kepada Musa kemudian adalah: “Pukulkan tongkatmu ke laut”…dan tiba-tiba saja laut itu membuka 12 jalan bagi 12 suku Bani Israel.

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Oleh karenanya bagi masyarakat Muslim Amerika, seraya memohon petunjuk itu, hendaknya melakukan refleksi diri. Kira-kira respon apa yang harusnya kita ambil dalam menyikapi terpilihnya DT?

Berikut saya sampaikan beberapa pemikiran sederhana:

Pertama, tetap kosisten dengan “al-izzah dzatiyah” (kemuliaan diri dengan Islam). Bahwa umat ini tidak akan terintimidasi dengan keadaan apapun. “Jangan hina, jangan sedih, karena kamu itu terpandang jika saja kamu beriman”.

Oleh karenanya iman harus menjadi basis kekuatan, kemuliaan, keberanian, dan motivasi dalam melanjutkan langkah perjuangan. Perjuangan keislaman dengan menampilkan Islam yang sesungguhnya. Islam yang insya Allah akan menjadi salah satu pilar kebangkitan peradaban dunia yang besar dan manusiawi.

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

Hilangnya rasa percaya diri ini adalah kekalahan besar, bahkan jauh sebelum dikalahkan oleh siapapun. Sebaliknya apapun nantinya kebijakan yang akan diperlakukan oleh pemerintahan DT umat ini aman tetap jaya jika berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran yang diyakininya.

Oleh karenanya kekhawatiran berlebihan atau ketakutan harusnya tidak masuk dalam konsep keimanan umat ini.

Kedua, Amerika itu adalah negara dengan istitusi yang solid. Dan institusi kenegaraan  itu berlandaskan oleh konstitusinya. Jika kita melihat Amerika Serikat sebagai negara, bukan kasus per kasus dari peristiwa yang terjadi karena manusianya, Amerika adalah negara dengan tingkap keislaman yang tinggi.

Amerika dibangun di atas asas ketuhanan (On God), sebagaimana sila pertama Pancasila. Sehingga di semua tempat-tempat pemerintahan ada tanda “In God We Trust”. Bahkan di kurs uang Amerika juga demikian.

Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia

Dalam kaitannya dengan pembahasan kekhawatiran sebagian masyarakat terhadap terpilihnua DT kita sampaikan bahwa Amerika tidak ditentukan oleh orang per orang. Tapi oleh institusi yang terbangun di atas konstitusi yang jelas dan tegas. Sehingga siapapun yang menjadi presiden, tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan akan hak-hak masyarakat Amerika, termasuk hak iman dan praktek iman.

Konstitusi Amerika jelas dan tegas, tidak saja memberikan kebebasan iman dan praktek iman, tapi juga melindungi hak tersebut.

Jaminan kebebasan dan proteksi, yang dibangun di atas dasar “equalitas” dan “justice for all” (adil ke semua) adalah jaminan paling kuat dalam kehidupan bernegara. Dan ini pula yang harusnya menjadi acuan bagi warga Muslim untuk tidak berlebihan dalam kekhawatiran.

Tiga, tidak disangkal bahwa dengan terpilihnya DT sudah mulai banyak kasus-kasus diskriminasi, bahkan serangan kepada komunitas Muslim, baik secara verbal maupun fisikal. Di Long Island misalnya, dua hari lalu seorang wanita Muslimah kelahiran New York, dan dengan dua anaknya yang juga lahir di Long Island New York, diteriaki oleh tetangganya dengan kata-kata: “go home”.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah

Seorang putri Muslimah berumur 19 tahun disuruh membuka hijabnya oleh seorang sopir bus berkulit putih atau tidak boleh menaiki bus tersebut.

Seorang wanita di Queens New York dikata-katai dengan: “take you scarf off or hang your self with it” (tanggalkan hijab anda atau bunuh diri saja dengannya).

Semua ini ditambah ancaman beberapa calon penasehat DT untuk melakukan “registrasi” terhadap komunitas Muslim memang cukup meresahkan. Bahkan boleh jadi menakutkan bagi sebagian anggota masyarakat Muslim Amerika.

Akan tetapi yang juga perlu diingat adalah bahwa masih terlalu lebih banyak lagi orang-orang Amerika yang baik. Yang karena keamerikaannya merekalah menjadikan mereka memasang badan untuk memberikan perlindungan kepada komunitas ini.

Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir

Sungguh banyak di antara teman-teman pimpinan agama, Yahudi dan Kristen, bahkan agama lain, yang memberikan dukungan dan motivasi bagi warga Muslim di Amerika. Dua hari lalu, pimpinan agama di kota New York melakukan rapat teleconference dan sepakat untuk memberikan perlindungannya kepada komunitas Muslim.

Bahkan secara khusus baru kemarin Walikota New York Bill de Blasio menemui Donald Trump dan menyampikan keresahan warga New York, termasuk komunitas Muslim. Sehari sebelumnya Walikota New York itu berkunjung ke masjid Ustman bin Affan, di Mintown Manhattan untuk menyampaikan dukungan dan motivasi.

Intinya adalah kasus-kasus kekerasan memang ada. Tapi lebih banyak lagi teman-teman Amerika yang siap melindungi dan menjaga komunitas ini. Dan ini harusnya juga menjadi alasan kenapa komunitas Muslim tidak perlu khawatir berlebihan, apalagi ketakutan. Karena kalau itu terjadi berarti komunitas ini telah terkalahkan sebelum dikalahkan oleh siapapun.

Lalu langkah-langkah apa saja komunitas Muslim harus lakukan ke depan?

Bersambung…

(P007/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Palestina
Kolom
Kolom
Eropa