London, 12 Shafar 1436 H/5 Desember 2014 M (MINA)– Para pemimpin baru Afghanistan berusaha untuk membangun komunikasi dengan Barat dalam sebuah konferensi di London ditengah bayang-banyang pasukan asing yang masih berada diwilayahnya.
Konferensi dilaksanakan pada Kamis (4/12) dibuka oleh Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond. Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani dan CEO Abdullah Abdullah menguraikan rencana reformasi mereka, seperti dilaporkan Aljazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jum’at.
Hasil dari konferensi tersebut, keduanya sepakat untuk membentuk pemerintah persatuan nasional pada September tahun depan dan mengakhiri misi NATO yang dipimpin AS di negara itu.
Hadir juga dalam konferensi itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif dan Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Afghanistan sedang memasuki babak baru dalam sejarahnya, awal dari Dekade Transformasi, di mana ia akan memimpin pembangunan dan keamanannya sendiri,” kata Philip Hammond saat membuka konferensi.
Republik Islam Afganistan adalah sebuah negara di Asia Tengah. Afganistan berbatasan dengan Iran di sebelah barat, Pakistan di selatan dan timur, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan di utara, dan Republik Rakyat Tiongkok di ujung timur.
Afganistan juga berbatasan dengan Kashmir, wilayah yang dipersengketakan oleh India dan Pakistan. Afganistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Pada kurun waktu antara tergulingnya rezim pemerintahan Taliban pada 2001 dan Loya jirga (sidang majelis Musyawarah Tradisional) tahun 2004, dunia Barat menyebut negara ini dengan nama Negara Islam Transisi Afganistan.
Antara jatuhnya Taliban setelah invasi AS ke Afghanistan dan Loya jirga 2003, Afghanistan disebut oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai Negara Islam Transisi Afganistan. Di bawah konstitusi baru, negara ini sekarang resmi bernama Republik Islam Afghanistan.(T/P010/R03)
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas