Pemkot Bengkulu Seriusi Upaya ‘Menyulap’ Pulau Tikus Jadi Pulau Hidayah

Jakarta, MINA – Wakil Wali Kota Dedy Wahyudi menyatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) semakin serius menjajaki upaya revitalisasi Pulau Tikus menjadi salah satu destinasi unggulan di daerah tersebut pada tahun depan.

Menurutnya, hal ini dibuktikan dengan berbagai persiapan anggaran dan kerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk membenahi pulau  tersebut, termasuk mengganti nama pulau menjadi Pulau Hidayah (Hidayah Island).

“Kita sudah menyiapkan anggaran dana (sekitar Rp7M) untuk revitalisasi pulau ini. Revitalisasi awal akan dilakukan tahun 2019,” kata Dedy kepada MINA usai talkshow “Bengkulu Kota SDGS” pada rangkaian Acara Filantropi Festival di JCC, Jakarta, Kamis (15/11).

Dirinya juga menyatakan prihatin karena pulau indah milik Bengkulu tersebut semakin hari semakin mengecil. Pulau Tikus, daratan yang kini hanya seluas 0,5 hektare yang awalnya seluas tiga hektare dan terus menyusut akibat abrasi Pantai Barat. Menurut informasi yang didapat, diprediksi Pulau ini akan hilang dalam 10 tahun mendatang.

“Pulau ini harus jadi perhatian serius, daratan pulau terus menyusut. Kami berusaha mengambil kebijakan untuk menyelamatkan pulau tersebut. Salah satunya dengan melakukan reklamasi besar-besaran, terlepas akan banyak menuai pro kontra. Kami masih berdiskusi dalam hal ini. Intinya bagaimana menyelamatkan pulau,” kata Dedy.

Dia menjelaskan, rancangan Pemkot nanti, pulau berjarak lima mil dari Kota Bengkulu itu akan dibangun tempat ibadah terapung, pondok pesantren, serta fasilitas-fasilitas lainnya yang dikira diperlukan untuk menghidupkan pulau tak berpenghuni itu kembali.

“Nanti akan kita bangun Mesjid terapung dan fasilitas lainnya untung mendorong lokasi ini menjadi tujuan wisata syariah terbaik. Termasuk kami sedang mempersiapkan dai atau pengajar di pondok pesantren mini nanti,” ujar Dedy.

Pengelolaannya sendiri menurut Dedy akan memperhatikan konsep wisata ramah Muslim di mana salah satu peraturan bagi pengunjung harus memperhatikan nilai-nilai syariah seperti datang bersama Muhrim dan menjaga hijab saat berada di pulau tersebut.

Dia mengharapkan, Pulau Hidayah ini akan menjadi obat bagi siapapun dan dalam kondisi apapun. “Apa itu Hidayah Island? Satu pulau yang menawarkan kebaikan, satu pulau yang menyatakan pada dunia, Anda menjadi orang baik, dan anda pulang menjadikan orang lain menjadi lebih baik.”

“Bagi keluarga yang sedang mengalami permasalahan seperti suami-istri ribut. Maka setelah Anda datang ke pulau ini, Anda akan baikan. Anak anda nakal, suka narkoba hadir di Pulau Hidayah ini insya Allah saat pulang (dari pulau), anak anda menjadi anak yang baik,” tambahnya.

Wakil Wali Kota Dedy mengungkapkan pembenahan Pulau Tikus menjadi Pulu Hidayah bukan tanpa rintangan dan hambatan. Tantangan terbesar justru terjadinya penolakan termasuk dari sejarawan Bengkulu. Mereka menilai merubah nama Pulau Tikus dapat melukai perasaan anak negeri di Bengkulu. Menurut beberapa sejarawan daerah tersebut, banyak kenangan dan ceritera moyang anak negeri di pulau itu, belum lagi pelintasan sejarah kolonial zaman Kolonial Belanda yang pernah singgah di Bengkulu.

“Tapi kami serius akan hal ini (perubahan nama). Dari namanya saja sudah kurang baik dan tidak ada referensi (sejarah)-nya yang baik. Kami justru ingin mengubah pulau jadi lebih baik,” imbuhnya.

Dedy juga optimis pembenahan pulau tersebut akan menjadi salah satu tujuan destinasi wisata terbaik, bukan hanya untuk wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara. (L/R01/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Admin

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.