Pemuda Palestina Serang Pos Militer dengan Bom Molotov

Yerusalem, MINA – Sekelompok menyerang pos militer Israel di Abu Dis, sebuah desa dekat Yerusalem Timur yang diduduki dengan bom molotov.

Pasukan Israel membalas serangan itu, mengakibatkan setidaknya tiga luka tertembak.

“Sebuah serangan digagalkan beberapa saat yang lalu ketika pasukan IDF, melihat aksi melemparkan bom Molotov untuk menyerang pos,” militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan di halaman Twitter-nya.

“Pasukan kami merespons dengan senjata api dan menggagalkan serangan itu,” pernyataan itu menambahkan. Seperti dilaporkan Al Jazeera, Sabtu (16/5).

Ini adalah aksi protes kedua dalam sepekan ini, menentang permukiman illegal Israel di Tepi Barat bagian utara.

Pasukan Israel juga menembakkan gas air mata ke aksi massa Palestina, menurut laporan media setempat.

Dua demonstrasi terjadi pada Jumat (15/5) di al-Sawiya dan Kafr Qaddum bertepatan dengan peringatan ke-72 Nakba.

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, ketiga orang itu ditembak dengan amunisi hidup dan kini dirawat ke rumah sakit terdekat.

Menyusul jeda konfrontasi singkat selama pandemi virus corona, ketegangan meningkat dalam beberapa hari terakhir yang mengarah ke rencana koalisi baru Israel yang mengagendakan mencaplok Tepi Barat .

Palestina menyebut Tepi Barat sebagai bagian dari negara masa depan Palestina, dan menganggap permukiman Israel di sana illegal.

Sebanyak 50.000 penduduk Palestina yang tinggal di Lembah Yordan memiliki sekitar 12.355 hektar lahan pertanian, yang merupakan setengah dari total lahan pertanian penyangga ketahanan pangan bagi warga Palestina di Tepi Barat.

Para pejabat Palestina telah mengancam akan menghapuskan perjanjian bilateral dengan Israel jika Israel melanjutkan rencana untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat.

Pada hari Jumat (15/5), Raja Yordania, Abdulla II memperingatkan Israel akan “konflik besar” jika rencana itu diteruskan.

“Akan ada lebih banyak kekacauan di wilayah itu, jika Israel benar-benar mencaplok Tepi Barat pada Juli. Termasuk itu akan menyebabkan konflik besar dengan Kerajaan Yordania,” katanya.

Sementara itu, Uni Eropa berjanji  melakukan upaya diplomatik dalam upaya menghentikan aneksasi itu. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)