Pendidikan Anak Shalih Sejak Dalam Kandungan

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Mendidik bukan dimulai dari usia kanak-kanak. Namun justru bisa dimulai sejak bayi di dalam rahim sang ibu.

Ada hubungan yang erat antara sang janin dengan kata-kata dan perilaku kedua orang tuanya.

Ada komunikasi hangat antara sang calon bayi dengan ayah ibunya. Karenanya, ketika sang ayah mengelus perut sang ibu, di ‘dede’ di dalam sana acapkali bergerak-gerak. Tanda menjawab komunikasi erat dengan ayahnya.

Begitu pula, manakala sang ayah sedang marah-marah, lalu melampiaskan amarahnya kepada sang ibu. Hampir dipastikan, sang bayi dengan nalurinya akan merasakan gelisah, tak tenang, hingga menggeloat-geliat, seolah ingin protes agar sang ayah menghentikan amarahnya. “Kasihan ibu, sudah mengandungnya, membawa-bawanya ke manapun pergi, diajak tiduran miring sudah, telantang beratm apalagi tengkurap…..”, kurang lebih ujar sang bayi.

Dalam hubungan vertikal kepada Allah Sang Pencipta, pun telah terjadi komunikasi antara bayi di dalam kandungan dengan Sang Khalik.

Di dalam Al-Quran disebutkan bagaimana komunikasi itu terjadi.

وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَہُمۡ وَأَشۡہَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡ‌ۖ قَالُواْ بَلَىٰ‌ۛ شَهِدۡنَآ‌ۛ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ إِنَّا ڪُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ (١٧٢)

Artinya: “Dan [ingatlah], ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka [seraya berfirman]: “Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab: “Betul [Engkau Tuhan kami], kami menjadi saksi”. [Kami lakukan yang demikian itu] agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami [bani Adam] adalah orang-orang yang lengah terhadap ini [keesaan Tuhan]”. (QS Al-A’raf [7]: 172).

Dari ayat Al-Quran tersebut dapat diketahui bahwa ruh manusia sudah mengakui keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.  Di sini Allah menjelaskan kepada umat manusia mengenai keesaan-Nya melalui bukti-bukti yang terdapat di alam raya.

Sehingga dengan adanya bukti-bukti itu secara fitrah akal dan hati nurani manusia mengetahui dan mengakui Allah. Manusia dihadapkan pada satu pertanyaan yang tak dapat dibantah, ‘”Bukankah Aku ini Tuhan kalian?”

Maka, manusia pun menjawab, ‘”Betul, Engkau adalah Tuhan yang diri kami sendiri mempersaksikan-Mu.“

Dengan demikian, hal itu Allah tanyakan agar pada Hari Kiamat nanti mereka tak lagi beralasan dengan mengatakan, ”Sesungguhnya kami tidak tahu apa-apa mengenai keesaan Tuhan ini.“

Beberapa Langkah

Berikut ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh para ibu hamil (bumil), juga tentu oleh bapaknya sebagai kepala keluarga penentu arah rumah tangga. Di antaranya:

Pertama, rajin membacakan doa

Salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk mendapatkan anak yang shalih sejak bayi dalam kandungan adalah dengan banyak berdoa.

Doa yang dibaca untuk memperoleh anak shalih-shalihat seperti dicontohkan adalah doa Nabi Zakariya untuk sang cabang bayi, yaitu yang  terdapat di dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 38:

رَبِّ هَبۡ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً۬ طَيِّبَةً‌ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

 Artinya: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik (shalih). Sesungguhnya Engkaulah Maha pendengar doa.” (QS Ali Imran [3]: 38).

Boleh juga dengan doa-doa lain dalam bahasa sendiri, terutama dibacakan setelah shalat fardhu, dengan bersuara agak terdengar juga oleh sang cabang bayi. Misalnya, “Ya Allah, saya harapkan anak saya yang di dalam kandungan ini dapat lahir sehat dan normal, serta memiliki menjadi anak shalih shalihat”.

Kedua, sering dilantunkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an

Biasakanlah para bumil  untuk sering membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an agar dapat didengar oleh sang bayi di dalam kandungan. Begitu juga dengan sang ayah agar selalu membaca Al-Qur’an di dekat sang ibu, untuk diperdengarkannya kepada calon anaknya di dalam kandungan ibunya.

Ini diharapkan melalui gelombang imani, nilai-nilai kandungan Al-Quran itu akan masuk ke dalam jabang bayi. Sehingga apabila bayi terlahir nanti, maka ia akan menjadi anak yang mencintai ayat-ayat Al-Quran, memiliki keinginan untuk menghafal Al-Quran. Dan pada puncaknya punya motivasi kuat untuk mengamalkan isi Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Lihatlah bagaimana contoh yang telah dilakukan oleh mereka yang ingin anaknya menjadi penyanyi hebat. Maka, sejak di dalam kandungan pun sudah seringkali diperdengarkan nada-nada alunan musik instrumentalia, lagu-lagu jazz atau pop kesukaan orang tuanya. Hingga suara-suara itupun merasuk ke sang janin. Maka, kelak sang anak jika terlahir akan memiliki bakat menjadi penyanyi papan atas.

Apalagi jika yang merasuk adalah ayat-ayat suci nan mulia Al-Quran.

Ketiga, mengajak berbicara dengan kalimat thayyibah

Lakukanlah komunikasi Islami dengan bayi di dalam kandungan dengan kalimat-kalimat yang baik (kalimat thayyibah). Menurut medis, pada pekan ke-25 atau bulan keenam masa mengandung, janin sudah dapat mendengar dan mengenali suara orang-orang terdekatnya, seperti suara ibu dan ayahnya.

Untuk itu, maka ajaklah janin untuk berbicara dengan mengelus-elus perut. Misalnya ketika mau shalat, sang ibu berkata dengan penuh kasih sayang, “Ayo dede, umi mau shalat, karena shalat merupakan kewajiban setiap Muslim, juga kewajiban dede nanti kalau sudah dewasa.”

Kelihatan kayak orang gila ya ngomong sendiri. Tapi ini bukan orang gila, juga tidak sedang ngomong sendiri. Juga misalnya, ketika ada orang meminta-minta datang ke rumah. Maka jawablah dengan santun, juga sambil mengajak sang bayi bicara. “Ayo dede, tuh ada orang minta, kita kasih ya, shadaqah. Semoga kelak nanti kalau dede sudah besar, bisa rajin shadaqah juga ya”.

Lalu, si dede pun mengeliat-geliat, bahkan meresponnya dengan tendangan ke arah perut sang ibu. Tanda ia ingin segera berjalan memberikan  shadaqah.

Dalam oenelitian Rene Van de Carr di Hua Chiew General Hospital, Bangkok, Thailand menyimpulkan, bayi dalam kandungan yang diberi stimulasi yang baik, maka lebih cepat mahir dalam membaca, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, lebih tanggap terhadap nada, dan mampu mengembangkan pola sosial yang lebih baik saat bayi telah dewasa.

Keempat, menjaga akhlak orang tua.

Bagi bumil khususnya, menjaga perilaku yang baik (akhlakul karimah) sangat penting dan sangat diperlukan ketika masa kehamilannya. Ini karena akhlak orang tua akan sangat berpengaruh terhadap akhlak anak-anaknya kelak. Inilah karakter untuk calon-calon pemimpin masa depan. Kelak nanti setelah sekolah tinggal memperkuatnya kembali. Bukan baru akan dimulai. Namun sudah dimulai sejak dalam kandungan.

Maka dalam hal ini, kedua orang tuanya, ayah ibunya, abi uminya, harus menjaga sikap, ucapan dan perilaku. Terutama  jaga kata-kata, jangan mudah marah, menghardik apalagi keluar kata-kata kotor. Karena itu berarti sedang berkata-kata kotor untuk anaknya sendiri.

Hati-hati dari perbuatan maksiat, selingkuh, korup, dan keburukan lainnya. Karena itu akan sangat dahsyat berpengaruh pada pembentukan karakter sang cabang bayi.

Begitulah, pentingnya pendidikan anak shalih-shalihat yang dimulai dari dalam kandungan.

Secara medis pun, ini bisa diakui, bahwa selama dalam kandungan sampai dengan bayi lahir, apa-apa yang masuk ke dalam janin, baik makanan halalan thayyibah maupun kata-kata dan aktivitas lingkungan shalihah (bi’ah shaihah) di sekitar bayi, akan berpengaruh bagi perkembangan jiwa, otak dan saraf janin.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang perkembangan menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, serta mengetahui perbedaan antara gelap dan terang.

Ketika umur kandungan telah mencapai lima bulan, maka instrumen indra anak dalam kandungan sudah potensial menerima stimulasi dan sensasi dari luar rahim, seperti indra peraba bayi sudah bisa merasakan sentuhan dan rabaan orang tuanya, indra pendengaran bayi sudah mampu mendengar, misalnya suara khas ibunya, dan indra penglihatan bayi sudah mampu melihat sinar terang dan gelap di luar rahim.

Di sinilah perlunya melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti tersebut tadi, sebagai latihan edukasi pralahir, upaya memberikan stimulasi sistematis bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum dilahirkan. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)