Lampung Selatan,17 Syawal 1436/2 Agustus 2015 (MINA) – Melihat permasalahan Palestina dan Al Quds, tidak bisa dengan kacamata hitam dan putih, mana kawan dan mana lawan. Demikian dikatakan Ismet Rauf, pengamat masalah Timur Tengah, dihadapan peserta “Diskusi Keislaman Al-Aqsa Haqquna” di Aula Shuffah Al-Qur’an Abdullah Bin Mas’ud (SQABM) Online, Muhajirun Negararatu Natar Lampung Selatan, Ahad (2/8).
Menurutnya, selalu ada kesan keliru yang mempetakan negara-negara Islam di Timur Tengah, antara pendukung dan kurang mendukung perjuangan Palestina dan Al-Quds, sebab sesungguhnya semuanya mendukung dengan caranya masing-masing.
“Iran mendukung Palestina secara terbuka, Saudi tidak bisa kita nafikan memberikan bantuan keuangan yang tidak sedikit kepada Palestina terutama untuk makanan, kesehatan, pendidikan ; Qatar dengan terpaksa membeli barang-barang dengan harga berkali lipat dari Israel sebab perbatasan Rafah ditutup untuk membantu rakyat Gaza, demi untuk melaksanakan komitmentnya membantu rekonstruksi Gaza akibat agresi Israel ; Mesir di bawah Sisi mengambil inisiatif perundingan gencatan senjata mengakhiri agresi Israel yang lalu, Mesir akan menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara Arab untuk rekonsiliasi Hamas dan Fatah, Turki yang bersama Israel adalah sekutu Amerika Serikat terang-terangan mendukung perjuangan Palestina, “ ujar Ismet yang juga Pemimpin Redaksi Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
“Sejak Mustafa Kemal Attaturk, Erdogan lah yang berani mengembalikan keislaman di sana, mulai dari bahasa Arab, jilbab yang dilarang, jadi tidak bisa kita melihat ini hitam putih, ada abu-abu, biru dan warna lain di sana, “ tambah Ismet yang selama 35 tahun lebih menjadi wartawan Kantor Berita Antara.
Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?
Meminta agar masalah Palestina jangan dilihat secara hitam-putih, Ismet juga memberikan contoh bagaimana Hamas beberapa waktu lalu diam-diam melakukan perundingan damai dengan Israel untuk menyelamatkan nasib rakyat Gaza yang makin parah akibat blokade Israel dan akibat perang 52 hari lalu.
“Banyak yang mengecam ketika Hamas diam-diam melakukan perundingan dengan Israel, namun kita lihat perang terakhir waktu lalu cukup membuat rakyat Gaza menderita, Hamas mengaku menggunakan berbagai cara untuk membantu memulihkan kondisi rakyat Gaza yang menderita akibat perang. Demikian juga Hamas berunding diam-diam dengan Israel untuk memenangkan perundingan membebaskan seorang tentara Israel yang ditawannya dengan imbalan pembebasan 2.000 orang tahanan warga Palestina, seperti yang dulu sukses dilakukan Hamas, “ paparnya.
Lebih lanjut Ismet meminta umat Islam untuk membuka mata dan fikiran supaya bisa melihat sebuah permasalahan dari berbagai sisi, sehingga tidak salah dalam menilai perkembangan perjuangan Palestina yang berjalan demikian dinamis.
“Mari buka mata dan fikiran, saya adalah orang yang berkeyakinan mengalahkan Israel takkan berhasil dengan kekuatan militer, lagipula akan menimbulkan banyak korban terutama di fihak Palestina, tapi harus dengan perang diplomasi dengan mengangkat isyu-isyu pelanggaran Israel , dan dengan perang ekonomi, boykot ekonomi, dan lain sebagainya. Kita bisa saksikan bagaimana Uni Soviet yang super power sama kuat dengan Amerika Serikat, dapat diruntuhkan melalui perang ekonomi. Tidak dengan kekuatan militer. Nah sekarang kita bisa lihat bagaimana Netanyahu makin menghadapi krisis ekonomi di negaranya. Mengurangi anggaran Negara bidang pendidikan dan Kesehatan untuk menutupi biaya perangnya, menghadapi krisis politik karena partai-partai oposisi menentang aksi ekonomi yang akan dilakukannya dalam minyak dan gas, ” katanya.
Baca Juga: Jurnalis Antara Sampaikan Prospek Pembebasan Palestina di Tengah Konflik di Suriah
Ismet Rauf juga menggarisbawahi bahwa negara Uni Eropa, dan bukan negara Islam, yang makin banyak memboikot ekspor Israel karena kampanye Palestina bahwa produk-produk itu dihasilkan di pabrik/kebun yang berada di tanah Palestina yang diduduki Israel, sehingga melanggar Hukum Internasional.
“Kita umat Islam yang seharusnya lebih dari itu memboykot Israel dalam bidang ekonomi, ini akan melemahkan kekuatan bisnis pengusaha-pengusaha Israel, sehingga makin mengurangi kemampuan mereka untuk mengirim uang ke Israel guna memerangi Palestina “ tegasnya.
“Perkembangan lain adalah makin gencarnya pernyataan yang menyatakan Israel sebagai negara pelanggar HAM yang berat, termasuk dinyatakan oleh Komisi HAM PBB, sehingga sangat merugikan reputasi Israel,” tanbah Ismet.
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Gugah umat Islam
Pembicara lain, Ali Farkhan Tsani, Sekretaris Redaksi MINA pada kesempatan yang sama menggugah umat Islam untuk memikirkan dan ikut berperan dalam membantu menyelesaikan permasalahan kaum muslimin di dunia.
“Kami melalui media berperan menyampaikan memberitakan Rohingya dan China misalnya bukan sekedar berita, karena itu adalah salah satu cara pembelaan umat Islam, “ ujarnya.
Dengan adanya kantor berita Islam dan majalah Islam, itu adalah salah satu sarana dakwah, beliau juga menghimbau agar lebih dirutinkan lagi dalam kegiatan Ta’lim, Diskusi dan kegiatan lainnya yang mampu memprkokoh aqidah dan kekuatan fisik.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
Dia menutup pembicaraannya dengan menghimbau umat Islam untuk tidak melupakan urusan kaum muslimin.“Jika kita tidak memikirkan nasib muslimin maka kita bukan muslim” ujarnya. (L/nrz/K08/P2)