turki-undang-4000-pengungsi-suriah-di-pesta-pernikahan/attachment/pengantin-turki/" rel="attachment wp-att-80611">turki-300x169.jpg" alt="pengantin-turki" width="300" height="169" />Istanbul, 21 Syawwal 1436/6 Agustus 2015 (MINA) – Sebuah pasangan pengantin baru di Kilis, Turki telah mengundang 4.000 pengungsi Suriah untuk memeriahkan pernikahan mereka, demikian dilaporkan The Telegraph, baru-baru ini.
Fethullah Uzumcuoglu dan Esra Polat, nama pasangan yang menikah pekan lalu di kota perbatasan dengan Suriah itu. Pada hari pernikahan itu keduanya mengundang 4.000 pengungsi Suriah untuk makan bersama, demikian laporan koresponden Cihan News Agency, Selim Çağlayan, yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis.
Turki telah menerima sekitar dua juta pengungsi dari Suriah dan di Kilis ada sekitar 4.000 pengungsi yang diurusi Kimse Yok Mu, sebuah yayasan kemanusiaan di Turki yang mengkhususkan diri dalam kerja menyediakan makanan bagi pengungsi.
Gagasan untuk berbagi dengan para pengungsi di hari pernikahan itu datang dari ayah sang pengantin lelaki, Ali Uzumcuoglu. Kepada surat kabar lokal dia mengaku berharap jika pernikahan anaknya bisa menjadi teladan bagi warga lain untuk berbagi kebahagiaan dengan para pengungsi Suriah.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
“Kami berpikir bahwa hari sebahagia ini seharusnya dirayakan bersama saudara dan saudari pengungsi Suriah. Dan mitra terbaik untuk ini adalah Kimse Yok Mu, yang bisa menyediakan sebuah truk. Insya Allah ini bisa mendorong orang lain untuk berbagi makanan dengan saudara-saudari kita dari Suriah,” kata Ali Ali Uzumcuoglu.
Dalam pesta pernikahan itu, kedua mempelai, yang masih mengenakan baju pesta, ikut turun tangan membagi-bagikan makanan dari sebuah truk kepada para pengungsi.
Hatice Avci, juru bicara Kimse Yok Mu, mengatakan bahwa pesta pernikahan unik itu berlangsung Kamis (30/7/2015) dan kedua pengantin mengundang para pengungsi yang tinggal di sekitar kota tersebut. (T/R04/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza