RIBUAN PENGUNGSI MUSLIM ROHINGYA HADAPI KESULITAN EKSTRIM DI INDIA

New Delhi, 7 Rajab 1435/6 Mei 2014 (MINA) – Ribuan Muslim Rohingya yang berada di India menderita kemiskinan yang cukup ekstrim di tengah keheningan berkelanjutan oleh masyarakat internasional.
Harun seorang dari ribuan penduduk imigran etnis Rohingya telah tiga tahun lamanya jadi pengungsi di India . Dia bersama keluarganya berkemah di pinggiran ibukota New Delhi. Kebanyakan dari mereka terpaksa mengambil pekerjaan yang serabutan bahkan terkadang tak layak untuk mereka kerjakan guna sekadar menyambung hidup. Demikian diberitakan Kantor Berita Rohingya dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa.
Bahkan tak jarang hidup pengungsi etnis Rohingya ini  tergantung pada amal, karena sulit bagi mereka untuk mencari pekerjaan. Kesulitan yang dihadapi oleh para pengungsi Rohingya tampaknya begitu parah sehingga program bantuan PBB tidak bisa meringankan.’
Para pengungsi telah dipaksa untuk meninggalkan tanah asal mereka Myanmar dan melarikan diri karena sebuah kekerasan yang terus berlangsung terhadap Muslim di sana. Banyaknya orang melihat kerusuhan di sana sebagai pembersihan etnis yang didukung pemerintah (Myanmar).
Aktivis sosial di India mendesak PBB untuk segera memberikan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan dan menderita kemiskinan ekstrim. Mereka mengatakan Pemerintah Myanmar harus membantu menghentikan pembantaian dan penganiayaan terhadap umat Muslim.
Rakyat Rakhine menyerang kantor LSM dan PBB pada 26-27 April. Mereka marah karena rumor seorang staf asing, Malteser International, menodai bendera Buddhis, sehingga menyebabkan penarikan kelompok bantuan kesehatan  yang telah membantu 140.000 masyarakat Muslim Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian terlantar akibat kekerasan  kaum Budha sejak 2012.
Sebelumnya, pemerintah berjanji mengijinkan LSM untuk kembali beroperasi penuh setelah berakhirnya tahun baru Buddha bulan ini.
Sejauh ini, hanya  distribusi makanan  milik Program Pangan Dunia yang diijinkan masuk kembali, Tokoh masyarakat Rakhine di Pusat Koordinasi Darurat telah memberlakukan syarat ketat bagi yang ingin  kembali membantu para pengungsi.
“LSM akan memberi izin untuk beroperasi jika mereka menunjukkan  berkas lengkap, dalam mengungkapkan rencana perjalanan mereka dan proyek-proyek rahasia untuk mendukung Rohingya,” kata Than Tun, sesepuh Rakhine yang merupakan bagian dari pusat. Baik MSF-H maupun Malteser sudah diizinkan kembali beroperasi.
Menurut Profesor Gregory H. Stanton, Presiden Pemantau Genosida mengatakan “orang-orang Rohingya adalah korban dari delapan tahap genosida. Klasifikasi, Simbolisasi, Dehumanisasi, Organisasi, Polarisasi, Persiapan, Pembasmian dan Denial”.
Berbicara pada konferensi via skype, para Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia, TomásOjéa Quintana mengatakan “Ada unsur-unsur genosida di Rakhine terhadap Rohingya. Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Kemungkinan genosida juga dibahas. Konferensi ini sangat penting”.(T/P08/IR)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0