Pengunjuk Rasa di China Berbagi Dukungan untuk Uyghur dan Iran

Pengunjuk rasa memegang kertas putih kosong selama protes yang dipicu oleh kebakaran di Urumqi yang menewaskan 10 orang di Beijing, China, 27 November 2022. [EPA-EFE/MARK R.CRISTINO]

Shanghai, MINA – Para pengunjuk rasa China yang menentang penguncian Covid yang represif di negara itu, berbagi pesan solidaritas untuk para demonstran di Iran dan populasi Muslim Uyghur di China utara dalam nyanyian Ahad (27/11).

“Kami tidak menginginkan kediktatoran. Kami ingin demokrasi. Kami tidak menginginkan seorang pemimpin. Kami ingin pemungutan suara. Kami berdiri bersama orang-orang Xinjiang. Kami berdiri bersama para wanita Iran,” teriak massa yang berkumpul di Shanghai.

Dikutip dari The New Arab pada Selasa (29/11), kelompok hak asasi mengatakan, lebih dari satu juta orang Uyghur dan sebagian besar orang berbahasa Turki Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp pengasingan di seluruh wilayah barat laut China, dengan penduduk ditekan untuk menghentikan kegiatan tradisional dan keagamaan.

Jalan-jalan di China tidak pernah menyaksikan sentimen yang begitu populer terhadap penderitaan Uyghur, di mana protes sangat jarang terjadi.

Pengguna situs media sosial Cina, Weibo, telah berbagi video dari seluruh negara terpadat di dunia, karena protes atas kebijakan COVID-19 yang membatasi telah menyebar lewat pesan yang semakin luas.

“Kembalikan film, kami ingin kebebasan bioskop. Kami ingin kebebasan berekspresi. Kembalikan media, kembalikan jurnalisme kami,” teriak massa pula di Beijing.

Orang-orang turun ke jalan di kota-kota besar dan berkumpul di kampus universitas di seluruh China pada hari Ahad untuk menyerukan diakhirinya penguncian dan menuntut kebebasan politik yang lebih besar.

Itu adalah gelombang protes yang tidak terlihat sejak demonstrasi pro-demokrasi pada tahun 1989 dihancurkan.

Kebakaran mematikan Ahad lalu di Urumqi, ibu kota wilayah Xinjiang, China barat laut, menjadi pemicu kemarahan publik. Banyak yang menyalahkan penguncian Covid karena menghambat upaya penyelamatan.

Namun, pengunjuk rasa juga menyerukan kebebasan politik yang lebih besar, bahkan ada yang menuntut pengunduran diri Presiden China Xi Jinping, yang baru-baru ini diangkat kembali untuk masa jabatan ketiga kalinya yang bersejarah sebagai pemimpin negara. (T/RI-1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)