Sittwe, Myanmar. 26 Rajab 1434/4 Juni 2013 (MINA)- Penyediaan akses kesehatan bagi muslim Rohingya di sekitar 80 kamp dan pemukiman sangat mengkhawatirkan.
Menurut catatan lembaga kesehatan Medecins Sans Frontieres (MSF), akibat layanan diskriminatif bagi muslim Rohingya tersebut, berdampak pada kesehatan warga setempat.
seperti dikutip rohingya news agency dipantau MINA
Jikapun ada bantuan, muncul sikap negatif dari pemerintahan setempat atas bantuan yang diberikan kepada pengungsi muslim, lapor Rohingya News Agency seperti dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
“Ada intimidasi dari pihak pemerintah terhadap petugas kesehatan dan pasien,” kata Carol Jacobsen, anggota LSM kesehatan Merlin IRIN.
Jacobsen menambahkan, terdapat kendala juga dalam akses transportasi dan jaminan keamanan bagi bantuan yang akan masuk ke warga berpenduduk muslim.
Selain warga muslim di kamp pengungsian, ribuan warga lainnya di desa-desa yang hanya dapat dilalui dengan perahu, dilarang bepergian ke rumah sakit kota setempat, kata petugas bantuan kesehatan.
Menurut informasi dari lembaga kesehatan Medecins Sans Frontieres (MSF), akibat kondisi layanan kesehatan mengkhawatirkan tersebut banyak pasien tidak dapat mengakses pengobatan dan wanita hamil tidak punya tempat aman untuk berobat.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Diperkirakan ada sekitar 5.000 pengungsi perempuan hamil yang tinggal di kamp-kamp itu.
“Biasanya, perempuan hamil pergi ke rumah sakit atau klinik pemerintah,” kata Marlar Soe, Koordinator Lapangan untuk Dana Populasi PBB (UNFPA) di Sittwe, Myanmar.
Namun, bidan pemerintah, yang sebagian besar etnis Rakhine, tidak dapat masuk ke kamp-kamp pengungsian.
MINA (Mi’raj News Agency)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam