Peran Abu Bakar Saat Utsman dan Thalhah Masuk Islam (Oleh: Rudi Hendrik)

Di masa ketika dakwah Islam masih dilakukan sembunyi-sembunyi oleh Rasulullah dan para sahabatnya, sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu menjadi salah satu ujung tombak dakwah. Melalui dirinya, beberapa sahabat bisa diyakinkan hatinya untuk menerima Islam di masa-masa sulit.

Salah satu sahabat yang diyakinkan untuk mengakui Muhammad bin Abdullah sebagai nabi utusan Allah adalah Utsman bin Affan dan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhum.

Salah satu versi menyebutkan, berawal ketika Utsman sedang berada di halaman Ka’bah. Ketika itu, beliau mendapat kabar bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menikahkan Ruqayyah, putrinya yang sangat cantik dengan Utbah bin Abu Lahab.

Mendengar kabar itu, Ustman menyesal karena telah didahului Utbah. Utsman pun kembali pulang ke rumah. Di rumah, beliau mendapati bibinya Su’da binti Kuraiz sedang duduk-duduk bersama keluarganya. Su’da dikenal sebagai “orang pintar” untuk kaumnya.

Saat melihat Utsman, Su’da berkata, “Berbahagialah, engkau akan mendapatkan kemuliaan tiga kali berturut-turut. Kemudian tiga kali, dan tiga lagi. Kemudian tiga lagi, sampai sempurna sepuluh. Engkau akan mendapat kebaikan, dan dijaga dari kejahatan. Demi Allah, engkau akan menikahi gadis suci nan cantik. Engkau masih jejaka dan menemukan perawan.”

Utsman heran mendengar kata-kata bibinya, sehingga beliau pun bertanya, ”Bibi, apa yang baru saja Anda ucapkan?”

Su’da menjawab, “Utsman, Utsman, Utsman. Engkau orang bijak dan fasih. Ia adalah seorang nabi dengan beberapa bukti. Ia diutus membawa agama yang hak. Ia datang membawa al-tanzil dan al-furqan. Ikutilah dia, janganlah kamu menyembah berhala.”

Su’da berkata lagi, “Muhammad bin Abdullah adalah utusan Allah yang datang membawa Al-Quran untuk mengajakmu menyembah Allah. Pusatnya lentera, ucapannya benar, agamanya membawa keberuntungan, perintahnya menjadi keselamatan, tanduknya menyerunduk, semua musuh akan tunduk padanya, teriakan karena terluka oleh tombak tidaklah guna, batu akan hancur, dan tombak-tombak akan terpasang.”

Setelah itu Su’da pergi. Sementara itu, Utsman memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh bibinya tadi.

Selasa pagi, Utsman pergi menemui untuk berkonsultasi mengenai apa yang telah diberitahukan bibinya tentang Muhammad.

Mendengar cerita dari Ustman, Abu Bakar berkata, ”Celaka engkau, Utsman! Demi Allah, engkau adalah seorang yang bijak yang mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Berhala-berhala yang disembah oleh kaummu bukankah terbuat dari batu yang tuli, tidak bisa mendengar dan melihat, juga tidak bisa memberi mudarat dan manfaat?”

Utsman pun menjawab, “Benar, demi Allah seperti itulah keadaannya.”

Abu Bakar berkata, “Demi Allah, apa yang telah dikatakan bibimu benar. Dia adalah Muhammad bin Abdullah. Allah telah mengirimnya sebagai utusan untuk semua makhluk. Apa engkau ingin mendatanginya dan mendengarkan sesuatu darinya?”

Utsman menjawab, “Baiklah.”

Mereka pun berangkat untuk menemui Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Saat itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sedang lewat bersama dengan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang membawakan baju beliau. Melihat Nabi, Abu Bakar segera mendekat lalu berbisik ke telinga beliau. Maka, beliau kemudian duduk dan menyambut Utsman.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam langsung bersabda, “Utsman, sambutlah Allah untuk mendapatkan surga-Nya. Aku adalah utusan Allah yang dikirim kepadamu dan kepada semua makhluk-Nya.”

Setelah mendengar sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Utsman segera memeluk Islam dan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

 

Pada suatu ketika, Thalhah bin Ubaidillah dan rombongan pergi ke Syam. Thalhah termasuk seorang pedagang sukses.

Di Bushra, Thalhah mengalami peristiwa menarik yang mengubah garis hidupnya.

Suatu hari tiba-tiba ada seorang pendeta berteriak-teriak, “Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota Makkah?”

“Ya, aku penduduk Makkah,” sahut Thalhah.

“Sudah munculkah orang di antara kalian orang bernama Ahmad?” tanya pendeta itu.

“Ahmad yang mana?“ Thalhah justru bertanya.

“Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai nabi penutup para nabi. Tempat munculnya adalah tanah haram, kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya, wahai anak muda,” jelas pendeta itu.

Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah bin Ubaidillah, hingga tanpa menghiraukan kafilah dagangnya di pasar ia langsung pulang ke Makkah.

Setibanya di Makkah, ia langsung bertanya kepada keluarganya, “Ada peristiwa apa sepeninggalku?”

“Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya nabi dan Abu Bakar bin Abu Quhafah telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya,” jawab mereka.

“Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy,” gumam Thalhah lirih.

Setelah mendapat informasi itu, Thalhah langsung mencari Abu Bakar.

Saat bertemu sahabatnya itu, Thalhah bertanya, “Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi nabi dan engkau mengikutinya?“

“Betul,“ jawab Abu Bakar.

Thalhah lalu bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar tercengang. Lalu Abu Bakar mengajak Thalhah untuk menemui Muhammad dan menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan pendeta Bushra. Di hadapan Rasulullah, Thalhah bin Ubaidillah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat.

Demikianlah peran besar Abu Bakar dalam proses islamnya sahabat Utsman bin Affan dan Thalhah bin Ubaidillah saat masih berada di Makkah.

Wallahu a’lam. (A/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)