Oleh: Illa Kartila – Redaktur Miraj Islamic News Agency (MINA)
Konflik antara Israel dengan Palestina di jalur Gaza yang sudah berlangsung puluhan tahun membuat warga Palestina merana. Kondisi di jalur Gaza sangat memprihatinan. Warga di sana tak bisa merayakan Idul fitri sebagaimana mestinya. Namun demikian kondisi ini tidak menghalangi mereka untuk merayakan hari besar itu seadanya.
Sekitar 90 ribu Muslim Palestina dari Yerusalem Timur (Al-Quds) dan Tepi Barat yang diduduki “Israel” tetap berbondong-bondong menuju Masjid Al-Aqsa pada Jum’at (17/7) untuk melaksanakan shalat Idul Fitri.
Seorang jamaah, Jihad Kioswani (40 tahun) mengaku berangkat dari rumahnya di kota Al-Khalil (Hebron) Tepi Barat menuju Al-Aqsa pada pukul 05:00. Disepanjang perjalanan dia menyaksikan reruntuhan bagunan yang porak poranda akibat konflik di Palestina yang tidak berkesudahan.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
“Saya ingin menghabiskan hari pertama Idulfitri di Kota Tua Yerusalem. Ini mungkin kesempatan terakhir saya mengunjungi Al-Aqsa sampai Ramadhan berikutnya,” kata Kioswani.
Pihak berwenang “Israel” telah meningkatkan keamanan di sekitar masjid, mengerahkan sebanyak 2.000 tentara di daerah itu dan menyiapkan penghalang jalan di pintu masuk Kota Tua.
Sheikh Azzam al-Khatib, Direktur Jenderal Wakaf dan urusan Al-Aqsa mengatakan, sekitar 90.000 jamaah Palestina mendatangi masjid Al-Aqsa ) untuk salat Idulfitri, yang berlangsung di tengah penjagaan ketat.
Namun demikian ada sedikit harapan bagi rakyat Palestina, saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara melalui telefon – percakapan yang sangat jarang terjadi selama bertahun-tahun ini ketika usaha perdamaian lumpuh.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Kantor Netanyahu mengatakan, pemimpin Israel itu mengucapkan kepada Abbas selamat hari Raya Idulfitri. Pernyataan hari Jumat (17/7) mengatakan Netanyahu memberitahu Abbas
warga Israel menghendaki perdamaian dan bahwa Israel akan “terus bertindak ke arah kestabilan kawasan .”
Kantor berita Palestina WAFA melaporkan, Abbas memberitahu Netanyahu bahwa adalah penting untuk mencapai persetujuan perdamaian tahun depan.
Palestina ingin menegakkan negara di wilayah yang direbut Israel tahun 1967. Namun, kedua pemimpin masih berbeda pandangan mengenai kerangka-kerja untuk persetujuan, dan Netanyahu menolak gagasan yang didukung internasional bahwa pembicaraan perbatasan harus menggunakan perbatasan pra-1967 sebagai dasar.
Warga Palestina di jalur Gaza merayakan Idulfitri di tengah reruntuhan rumah dan bangunan yang hancur dibom Israel. Tak hanya itu, ratusan anak-anak di jalur Gaza terpaksa merayakan lebaran tanpa sanak keluarga mereka karena beberapa keluarga mereka telah tewas dalam perang melawan tentara zionis Israel.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Akibat konflik ini, sebanyak 18 ribu unit rumah warga Gaza hancur Mereka juga terpaksa shalat Ied di bekas reruntuhan bangunan masjid. Hingga kini, banyak warga Gaza yang masih tidur di bawah reruntuhan bangunan rumah mereka.
“Orang-orang sangat menderita pada 2014,” kata seorang warga Palestina, merujuk pada kehancuran yang diakibatkan oleh penyerangan Israel ke Gaza, pada pertengahan tahun lalu.
Serangan Israel tidak sekedar menghancurkan gedung-gedung, rumah, tapi juga hati banyak manusia yang kehilangan tempat tinggal sekaligus orang-orang tercinta mereka, yang tewas akibat perang.
Jelang Lebaran di Palestina
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Persiapan terakhir untuk merayakan usainya bulan suci Ramadhan, serta awal dari tiga hari festival Hari Raya Idulfitri, mulai dilakukan oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Palestina.
Sehari sebelum Idulfitri (16/7) warga di Tepi Barat dan jalur Gaza mulai sibuk mempersiapkan diri menyambut hari raya tersebut. Namun, setahun setelah terjadinya perang 50 hari dengan Israel, sebagian warga harus hidup di antara reruntuhan bangunan dan berjuang secara finansial.
Jihad Al-M’Tour, pemilik toko di Ramallah mengatakan, pasar memang dipenuhi oleh warga. Namun masyarakat hanya menghabiskan uang jauh lebih sedikit menjelang Lebaran tahun ini.
Perayaan Idul Fitri di Palestina berlangsung selama tiga hari, menjadi waktu yang berharga untuk berkumpul bersama keluarga dan saling bertukar hadiah.
Namun, meskipun kondisi akibat konflik di Palestina masih memprihatinkan, tetapi menjelang hari raya Idulfitri warga di sana berusaha mempersiapkan hari besar itu semampu mereka. Kaum wanita berdesakan di pasar-pasar untuk membeli kebutuhan bakal perayaan lebaran.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Maraknya suasana lebaran terlihat di Yerusalem, Gaza dan Tepi Barat, dengan berdirinya toko-toko penjual makanan dan pernak-pernik. Di Kota Hebron, Tepi Barat, Palestina, keluarga-keluaga terlibat sibuk melakukan persiapan, pasar dipadati oleh banyak orang. Suasananya sangat berbeda dibanding tahun sebelumnya.
“Saya menjual balon untuk membatu ayah saya mendapatkan uang, dengan demikian kami bisa membeli baju baru untuk Idulfitri,” kata Daif, bocah lelaki berusia 9 tahun.
Sejak 10 malam terakhir Ramadhan, masjif Ibrahimi di Hebron, Palestina telah ramai dikunjungi jamaah. Kaum Muslim terus berdatangan meski penjagaan keamanan Israel diberlakukan dengan amat ketat.
Menurut Direktur Masjid Ibrahimi, Mundzir Abul Filat, sekira lebih dari 2000 Muslim berdatangan untuk menghidupkan malam lailatul qadar. Kondisi ini cukup menggembirakan, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya mencapai 500 orang.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Di 10 malam terakhir Ramadhan ini, kaum Muslimin berdatangan untuk shalat dan itikaf di Masjid Ibrahimi. Begitupun saat menjelang hari raya, suasana Idulfitri mulai terlihat di masjid dan sekitarnya.
Para pengurus masjid mulai menghiasi tempat ibadah tersebut untuk menyambut Idulfitri, dan berharap setiap hari raya jumlah kaum muslimin akan terus bertambah untuk datang ke masjid Ibrahimi.
Warga Hebron juga diseru untuk menunaikan shalat Idulfitri di Masjid Ibrahimi, guna mempererat silaturahim dan menghalangi upaya Israel untuk menguasai masjid.
Perang ternyata tidak mematahkan semangat rakyat Palestina untuk bersukaria di hari raya Idulfitri – sejenak melupakan derita yang mereka alami akibat konflik yang berkepanjangan – untuk kemudian melanjutkan perjuangan mereka ke arah perdamaian dan berdirinya negara Republik Palestina. (R01/P001/R03)
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)