Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PERBANDINGAN TEROWONGAN PERANG VIETNAM DAN GAZA

Admin - Ahad, 10 Agustus 2014 - 16:33 WIB

Ahad, 10 Agustus 2014 - 16:33 WIB

9346 Views ㅤ

foto : metroterkini.com

Oleh : Suyanto, Reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA) 

foto: viva.co.id

foto: viva.co.id

Gerilyawan Vietkong dengan dukungan rakyat membangun kota  bawah tanah. Terowongan sepanjang 200 kilometer itu, pernah jadi basis perlawanan mengusir Amerika Serikat.

Terowongan Cu Chi di Vietnam

Lubang pintu  terowongan  di Vientam tertutup rumput kering. Tak ada tanda-tanda yang  membedakan dengan tanah sekitarnya. Selain ditumbuhi rerumputan, penutup lubang itu juga sangat kecil. Tak lebih dari seukuran genteng pergola. Sulit membayangkan lubang sekecil itu bisa dimasuki orang, apalagi gerilyawan yang membawa perbekalan.

Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi

Lubang kecil yang bertebaran di perbukitan Cu Chi itu, ternyata pintu-pintu masuk ke dunia  bawah tanah. Dunia yang pernah memusingkan tentara  Amerika, ketika mereka menduduki Vietnam Selatan, dan terpaksa  angkat kaki secara memalukan di tahun 1975.

Bagaimana tidak?  Ketika tentara Amerika sedang asyik di bunkernya di Ho Chi Minh  City, sekitar 100 km dari Cu Chi, mendadak diserbu gerilyawan  bersenjata yang masuk tenda-tenda tempat tidur mereka. Dan, ketika dicari, pasukan kampung itu telah hilang, tak berbekas.

Dunia ikut tercengang, ketika suatu malam, stasiun radio Vietnam,  yang hanya beberapa ratus meter dari Kedubes Amerika, diambil  alih  oleh gerilyawan. Serbuan serbuan kilat dan terus menghilang itu, bisa terjadi berkat sistem terowongan yang dibangun secara mengagumkan di bumi Vietnam.

Cu Chi adalah terowongan paling terkenal di Vietnam. Namanya  diambil dari nama kecamatan, di mana titik awal terowongan itu digali. Tempatnya agak tinggi, sehingga air sulit masuk. Cu Chi sebetulnya terdiri dari banyak bagian, yang saling terjalin,  sehingga membentuk kota bawah tanah yang mengagumkan. Di beberapa  tempat, terowongan itu dibangun sangat lebar, sampai ada yang  susun tiga, tapi di tempat lain ada juga yang sangat kecil, dan hanya bisa dimasuki orang sambil berjongkok.

Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan

Karena dipersiapkan untuk menghadapi perang jangka panjang,  Cu Chi dilengkapi dengan ruang logistik, ruang operasi medis untuk mereka yang luka-luka juga merawat ibu-ibu yang melahirkan. Tak sedikit bayi Vietnam yang lahir di dunia bawah tanah itu.

Terowongan juga dilengkapi dengan ruang rapat partai, sekolah  anak-anak, ruang seni dimana tari-tarian biasa dipertunjukkan, ruang bioskop, dapur umum, dan tentu saja barak-barak untuk gerilyawan. Barangkali, hanya supermarket yang tak ada di terowongan itu.

Riwayat Cu Chi sesungguhnya telah dimulai tahun 1948, ketika rakyat Vietnam berperang melawan kolonialisme Perancis. Saat itu, banyak pejuang kemerdekaan Vietnam terpaksa bersembunyi di luar  rumah. Bentuk persembunyian yang paling digemari adalah ruang  bawah tanah dengan satu lubang untuk masuk dan keluar.

Persembunyian seperti itu, selain untuk menyimpan dokumen  dan senjata; biasanya dipakai sarang gerilyawan selama siang hari, dan malamnya mereka operasi menyerang musuh. Tapi, karena sederhana hanya satu pintu persembunyian model itu sangat mudah dilacak. Sehingga seringkali, gerilyawan Vietnam tertangkap dalam lubang persembunyiannya.

Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina

Dari situlah muncul kebutuhan untuk membangun terowongan  yang lebih panjang, dengan banyak pintu rahasia. Sehingga memungkinkan gerilyawan keluar-masuk di tempat berbeda. Yang mengagumkan, terowongan itu dibuat dengan alat-alat sederhana: cethok dan ekrak. Tangan-tangan kecil, gotong royong petani dan gerilyawan, mengorek tanah itu sekepal demi sekepal, dan membuangnya tanpa menarik perhatian musuh.

Selama periode 1961-1965, lima desa di Kecamatan Cu Chi menyelesaikan tulang punggung dari terowongan itu. Selanjutnya, satuan-satuan tentara dan pemerintah memperluasnya, hingga tercipta rangkaian terowongan yang begitu
kompleks.

Tahun 1967, ketika Amerika melancarkan operasi Sedarfall,  jaringan terowongan telah membentuk kota bawah tanah sepanjang 200 km. Terowongan itu tak terlampau dalam di bawah tanah, tetapi  cukup untuk menahan tembakan kanon, menahan beban tank dan truk-truk militer yang hilir mudik di atasnya.

Uniknya, terowongan itu, tak hanya dibangun untuk pertahanan, tetapi juga untuk menyerang. Seperti laba-laba yang bertahan di mulut lubang persembunyiannya, mereka akan masuk bila ada serangan, tapi sekejap kemudian keluar lagi untuk menyerang, kata seorang penduduk Cu Chi.

Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?

Tentara Amerika bukan tak menyadari keberadaan terowongan Cu Chi. Sejak awal, mereka melakukan berbagai usaha untuk menghancurkan terowongan itu. Tahun 1966, misalnya, Amerika menurunkan  3.000 tentara di Cu Chi. Mereka didukung dengan tank dan altileri. Pasukan itu menyemprotkan air ke dalam lubang-lubang yang  diduga menjadi pintu masuk terowongan.

Di tempat-tempat yang jauh dari Sungai Saigon, Amerika mengerahkan helikopter untuk mengangkut air. Tujuannya: membanjiri terowongan itu. Tapi usaha itu sia-sia belaka. Ujung terowongan Cu Chi terletak di perbukitan  tinggi, sehingga tak cukup air untuk menenggelamkannya. Usaha penyemprotan, akhirnya dihentikan.

Dalam Operasi Sedarfall operasi membumihanguskan Cu Chi,  Amerika mengerahkan 12.000 pasukannya. Segitiga besi basis pertahanan Vietnam dengan jantungnya di perbukitan Cu Chi menjadi sasaran utama. Amerika memutuskan wilayah itu sebagai daerah bebas untuk dihancurkan.

Setiap pilot yang terbang, dan masih  memiliki bom di pesawatnya, sebelum balik ke pangkalan, boleh menjatuhkan bom yang tersisa di daerah itu. Dalam operasi ini,  Amerika juga mengikutkan 600 tentara berbadan seukuran orang Asia
dijuluki pasukan tikus, untuk masuk terowongan, dan meledakkannya.

Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti

Pasukan tikus, biasanya bekerja dalam tim-tim kecil beranggota empat orang. Dua orang masuk terowongan dengan badan terikat, dua lainnya memegangi tali dari luar. Mereka memakai masker  anti gas, senapan untuk di dalam air, alat menggali, lampu senter dan peralatan lengkap lainnya.

Tapi, perlengkapan modern itu, ternyata tak mampu mengalahkan ranjau-ranjau sederhana yang dipasang tentara Vietnam di lorong-lorong terowongan. Ratusan  serdadu Amerika mati dalam usahanya menembus pertahanan rakyat Cu
Chi itu. Operasi tikus pun gagal.

Amerika mencari cara lain. Mereka kerahkan 3.000 ekor anjing  Altasian untuk mengendus lubang-lubang persembunyian Vietkong. Gerilyawan menjawab serangan baru itu dengan menaburkan bubuk  cabe dan lada di mulut terowongan, sehingga membuat anjing-anjing Altasian itu batuk-batuk dan malas mengendus lagi. Menurut data  Amerika sendiri, 300 ekor Altasian mati dalam operasi itu.

Frustrasi dengan kegagalan-kegagalan itu, Amerika mengerahkan ratusan buldoser untuk mengeruk perbukitan Cu Chi. Lubang terowongan yang ditemukan, segera disemprot gas beracun. Namun  usaha ini pun sia-sia. Terlalu banyak bagian rahasia dari sistem terowongan itu, yang terpisah dari mulut-mulut terowongan, dan menjadi persembunyian aman. Bebas dari semprotan gas beracun.

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman

Amerika akhirnya, mengakui keunggulan kota bawah tanah Cu Chi  itu. Mereka menyerah, seperti nantinya mereka pun mengaku kalah dalam perang total di Vietnam.

foto : metroterkini.com

foto : metroterkini.com

Terowongan Gaza

Lain lagi dengan terowongan di Jalur Gaza. Seperti dikeumakan dalam sebuah perang darat, seorang perwira militer Israel, Letnan Kolonel Oshik Azulai, kaget sekaligus takut. Dia melihat terowongan gelap gulit di perbatasan Jalur Gaza Palestina. Dalamnya, sekitar 46 meter.

Ponsel, katanya, tidak bisa aktif di dalam terowongan itu. Kolonel Azulai, yang menjabat sebagai Wakil Komandan Divisi Gaza Selatan Militer Israel itu, menceritakan terowongan yang dia jumpai membentang ke wilayah Israel. Bentuknya mirip seperti bentuk semangka.

Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina

Melalui salah satu terowongan itulah, banyak pejuang Gaza menyusup ke Israel dan membunuh sejumlah tentara Zionis. Sejumlah terowongan itu pula yang membuat warga dan pejabat Israel ketakutan, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

”Kami tidak akan menyelesaikan operasi tanpa menetralkan terowongan, satu-satunya tujuan yang merupakan penghancuran warga sipil dan pembunuhan anak-anak kita,” kata Netanyahu dalam sebuah pidato di televisi.

”Tidak mungkin bahwa warga negara Israel akan hidup di bawah ancaman mematikan dari rudal dan penyusupan pejuang melalui terowongan. Kematian datang dari atas dan dari bawah,” lanjut dia, seperti dikutip New York Times.

Terowongan di Gaza, semula menjadi imajinasi para pejabat Israel sejak tahun 2006, ketika pejuang Hamas menculik seorang tentara Israel. Tapi, kini terowongan itu bukan lagi imajinasi, tapi menjadi ancaman yang menakutkan bagi para pejabat Israel.

Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta

Banyak ahli di Israel semula meragukan perjuangan para pejuang di Gaza dengan mengandalkan terowongan. Tapi, mereka kini mulai pikir-pikir dengan terowongan itu.

”Ini membawa kita sedikit ke masa kecil, seperti dongeng dari setan,” kata Eyal Brandeis, 50, seorang ilmuwan politik yang tinggal di Kibbutz Sufa, satu mil dari tempat 13 pejuang yang muncul dari terowongan saat fajar pada 17 Juli 2014 lalu.

“Ini adalah sangat lingkungan pastoral tempat saya tinggal, kondisinya tenang, dengan rumput hijau, dan pohon-pohon. Ini bukan pikiran yang menyenangkan bahwa Anda duduk pada suat hari di teras, minum kopi dengan isteri dan sekelompok pejuang akan muncul dari tanah,” ujarnya yang menyebut para pejuang sebagai teroris.

Pihak militer Israel mengatakan, setidaknya sudah lebih dari 70 terowongan ditemukan. Salah satu terowongan yang dianggap menakutkan adalah terowongan Ein Hashlosha. Di mana, melalui terowongan itu terdapat air, sekaligus granat roket dan senapan otomatis.

Baca Juga: Perang Mu’tah dan Awal Masuknya Islam ke Suriah

Ada juga kamar kecil untuk tidur atau bersembunyi. Selain itu terdapat pula borgol plastik, seragam tentara Israel.

”Itu adalah satu terowongan yang sangat baik,” kata Kolonel Azulai. ”Ini seperti kereta bawah tanah, di bawah tanah Gaza,” lanjutnya.

Terowongan Canggih

Ahli Israel mengatakan untuk membangun setiap terowongan akan memakan waktu hingga satu tahun dan biaya hingga 2 juta dolar AS. Bahkan untuk membuatnya butuh puluhan penggali yang bekerja dengan tangan dan dengan alat-alat listrik kecil.

Baca Juga: Selamatkan Palestina, Sebuah Panggilan Kemanusiaan

Militer Israel, kata Azulai, telah mengetahui tentang cerita terowongan itu sejak 2003. Tapi, para tentara Israel baru kaget setelah mengetahui ada kecanggihan yang mereka temukan.

Perwira intelijen pernah melacak sejumlah terowongan di Gaza Mereka bahkan mengandalkan peralatan komunikasi yang digunakan di bawah tanah.

”Sebagian besar alat, tepatnya alat fisik, tidak bekerja di bawah tanah. Itu sangat terbatas,” kata Brigjen. Jenderal Shimon Daniel, yang memimpin korps zeni tempur Israel 2003-2007.

”Ini temuan yang saling bertentangan. Ini bukan hal mudah. Ini lebih sulit dari yang dibayangkan.”

Senin petang kemarin (28/7/2014), kelompok sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam membunuh 10 tentara Israel. Mereka menyusup ke wilayah Israel melalui terowongan, menyamar dan kemudian menghabisi 10 tentara Zionis Israel.

Insiden itu terjadi di wilayah Israel. Tepatnya di sebelah timur al-Shujaiyya.

”Pejuang menyusup di belakang garis musuh dan menewaskan 10 tentara (Israel),” bunyi pernyataan al-Qassam.

Terowongan-terowongan canggih, maut dan penuh rintangan, menjadi momok menakutkan pasukan Zionis Isrel. Sama seperti ketakutannya pasukan AS pada terowongan Vietnam. (Berbagai Sumber/Syt/R1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Desa Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah terendam banjir pada Februari 2024. (Istimewa)
Indonesia
girl's hand holding
Khadijah
Indonesia