Bogor, 18 Syawal 1434/25 Agustus 2013 (MINA) – Kunjungan mahasiswa Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Bogor melahirkan komitmen bersama untuk mewujudkan pembebasan Masjid Al-Aqsha yang masih terjajah.
Hal itu disampaikan oleh ketua rombongan Study Tour Universiti Sains Islam Malaysia, (USIM), Prof. Dr. M. Yusuf Khalid kepada wartawan Mi’raj News Agency (MINA) saat berkunjung ke kantor MINA, Sabtu (24/8).
“Seluruh kaum muslimin harus punya komitmen untuk bangkit dan bekerja sama dalam upaya membebaskan Masjid Al-Aqsha,” kata Khalid, salah satu dosen pembimbing USIM, Universitas Islam terbesar kedua di Malaysia itu.
Sejak menjajah Kota Al-Quds di tahun 1967, Zionis-Israel telah secara terang-terangan memulai proyek penghancuran Masjid Al-Aqsha yang merupakan masjid tersuci ketiga bagi umat Islam sedunia.
Baca Juga: Israel Larang Renovasi Masjid Al-Aqsa oleh Wakaf Islam
Kaum Zionis dan ekstrimis Yahudi selalu berupaya merusak kiblat pertama bagi umat Islam itu. Sejarah mencatat, pada 21 Agustus 1969, sekelompok ekstrimis Yahudi berupaya membakar Masjid Al-Aqsha.
Hingga kini, mereka juga terus melakukan penggalian di bawah tanah Masjid Al-Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset arkeologis dan mengintensifkan kehadirannya di Masjid Al-Aqsha untuk melakukan ritual agama dengan kawalan polisi Israel.
Untuk itu, Khalid menyerukan Umat Islam harus mempunyai kemauan dan kesungguhan bekerja sama dalam mengembalikan Masjid Al-Aqsha dari cengkeraman Zionis Israel.
Selain itu, dia juga menyatakan, kunjungan yang dilakukan USIM ke beberapa universitas Islam di Indonesia seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Bogor, memiliki tujuan untuk mengajarkan kepada para mahasiswa mengenai keragaman internasional seperti kebudayaan, bahasa dan bangsa lain.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
“Kami bermaksud untuk mengajarkan kepada para mahasiswa USIM mengenai keragaman internasional seperti kebudayaan, bahasa dan bangsa lain,” jelasnya.
Menurutnya, Indonesia dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, memiliki mahasiswa yang sangat banyak dengan semangat menuntut ilmu yang membanggakan.
Khalid menghimbau kepada para generasi penerus dan kebangkitan Islam untuk bisa melakukan sesuatu hal positif mengisi waktu luang di masa depan, karena peran pemuda sangat besar.
“Peran pemuda ke depannya sangat besar, gunakan waktu sebaik mungkin karena jika tidak bisa mengisi waktu dengan baik, maka akan banyak hal-hal yang tersis-siakan,” tembahnya.
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia
Puncak acara, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah memberikan cenderamata berupa buku dan diktat pembebasan Al-Aqsha serta sebuah makalah bertema, “Peran Intelektual Muda dalam Kebangkitan Islam dan Pembebasan Al-Aqsha. Bertujuan memberikan kesadaran kepada para intelektual muda agar memiliki tanggung jawab terhadap kebangkitan Islam dan pembebasan Masjid Al-Aqsha yang kini masih dijajah Zionis Israel.
STAI Al Fatah yang berdiri pada 1999 merupakan sekolah tinggi yang memiliki dua Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Fakultas Dakwah dengan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Acara itu ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama kedua belah pihak untuk membebaskan Masjidil Aqsha dari cengkraman Zionis. (L/P08/P01/P02).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan