Pertama Kali Diaspora Palestina Adakan Konferensi Dunia

Konferensi Luar Negeri Palestina di Istanbul, Turki, pada hari Sabtu (25/2). (Foto: dok. Elder of Ziyon)

 

Istanbul, 28 Jumadil Awwal 1438/26 Februari 2017 (MINA) – Ribuan warga Palestina yang mewakili komunitas diaspora dari 50 negara berkumpul di kota Istanbul, Turki, untuk membahas pembentukan struktur politik yang akan mewakili mereka untuk lebih baik.

Konferensi Luar Negeri Palestina pada hari Sabtu (25/2) dihadiri oleh lebih dari 5.000 orang saat pembukaan.

Banyak pembicara dan peserta mengatakan mereka tidak lagi memiliki kepercayaan dalam kepemimpinan Palestina di wilayah pendudukan, karena kegagalan para pemimpin untuk memberikan hasil yang nyata selama satu dekade perundingan damai dengan Israel.

Konferensi ini diadakan di tengah perselisihan antara penyelenggara konferensi dengan Organisasi Pembebasan Palestina () yang dibentuk pada tahun 1964, sebagai satu-satunya wakil sah rakyat Palestina.

PLO telah menuduh pihak penyelenggara berusaha untuk melemahkan dan mengganti peran PLO.

Saat menolak undangan konferensi di Istanbul, Kepala PLO Urusan Ekspatriat Tayseer Khaled di Ramallah mengatakan kepada Al Jazeera yang dikutip MINA bahwa organisasinya

telah mengabaikan warga Palestina diaspora setelah menandatangani perjanjian Oslo dengan Israel pada tahun 1993.

Namun demikian, ia mengaku bahwa pihaknya kini tetap bekerja sama dengan masyarakat diaspora di Eropa dan Amerika Serikat untuk melawan kebijakan Israel di wilayah-wilayah pendudukan.

Pendukung PLO telah memboikot konferensi di Istanbul. Mereka berpendapat bahwa penyelenggara termotivasi oleh kepentingan faksi, bukan kepentingan rakyat Palestina.

Saat ini, tidak memiliki perwakilan dalam setiap struktur organisasi yang berhubungan dengan PLO atau Otoritas Palestina yang dibentuk pada tahun 1994.

Sebelumnya, Dewan Nasional Palestina, sebuah parlemen di pengasingan, termasuk wakil-wakil dari diaspora. Namun, badan itu sudah tidak berfungsi.

Wakil Ketua Konferensi Luar Negeri Palestina Majed Al-Zeer mengatakan, konferensi itu tidak berupaya untuk menggantikan PLO, melainkan untuk menghidupkan kembali dan membuat rumah bagi semua warga Palestina seperti dulu.

Pemimpin komunitas Chili-Palestina Daniel Jadue mengatakan dalam pernyataannya bahwa ini bukan pertama kalinya Otoritas Palestina menolak pertemuan serupa.

Dia menambahkan bahwa komunitasnya berpartisipasi dalam konferensi untuk mengatur dan memberikan peran bagi diaspora Palestina dalam perjuangan untuk mewujudkan hak-hak nasional asasi mereka, hak untuk kembali, dan pembentukan kenegaraan dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.

Penyelenggara mengatakan kepada Al Jazeera bahwa seluruh biaya pertemuan itu dibiayai oleh individu Palestina yang kaya dan pebisnis. (T/RI-1RS2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.