Menlu ASEAN Bertemu di Thailand Bahas Kepulangan Pengungsi Rohingya

Bangkok, MINA – Para menteri luar negeri dari pertemuan negara-negara Asia Tenggara (Asean) di Thailand pada hari Jumat (18/1) akan membahas masalah Rohingya.

Pertemuan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dilaporkan akan mengesahkan rencana untuk mengirim misi penilaian kebutuhan lainnya ke Myanmar dalam waktu dekat guna memfasilitasi pemulangan yang tertindas, Anadolu Agency melaporkan.

Harian lokal The Bangkok Post melaporkan, pertemuan tersebut, yang diadakan di kota pegunungan Chiang Mai, menindaklanjuti kunjungan ASEAN November lalu ke Myanmar.

Sekretariat ASEAN yang berbasis di Indonesia dan Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan dalam Penanggulangan Bencana mengirim tim gabungan ke Myanmar akhir tahun lalu.

ASEAN percaya bahwa para pengungsi harus dapat kembali secara sukarela dan dengan cara yang aman, terjamin, dan bermartabat.

Perwakilan ASEAN juga membahas situasi Laut Cina Selatan, termasuk negosiasi antara ASEAN dan Cina tentang “menyusun kode etik untuk mengelola ketegangan” di perairan yang disengketakan. Juga dalam agenda pertemuan adalah upaya Timor Lorosa’e bergabung dengan ASEAN, di mana kelompok multi-negara akan mengirim “misi pencarian fakta” ke Dili, ibukotanya, untuk mengukur kesiapannya.

Rohingya, yang digambarkan oleh sebagai orang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat akan serangan sejak belasan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan Myanmar, menurut sebuah laporan oleh Ontario International Development Agency (OIDA).

Lebih dari 34.000 Rohingya juga dilemparkan ke dalam api, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, kata laporan OIDA, berjudul “Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap.

Sekitar 18.000 perempuan dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah dibakar dan 113.000 lainnya dirusak.

PBB telah mencatat adanya pemerkosaan massal, pembunuhan termasuk bayi dan anak kecil, pemukulan brutal dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan Myanmar. Dalam sebuah laporan, penyelidik PBB mengatakan pelanggaran itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. (T/Ast/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)