Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Sekolah Berkualitas Tak Harus Mahal

Sebagian Kegiatan di masjid (Dok MINA)

 

Oleh: Rendy Setiawan, Mahasiswa STAI Al-Fatah Cileungsi

Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah atau dikenal dengan Pesantren Al-Fatah, berpusat di jalan Pesantren RT 02 RW 05 Desa Pasirangin, kec. Cileungsi, Kab. Bogor, Jawa Barat, memiliki cabang di sekitar 20 tempat di Indonesia.

Cabang-cabang Yayasan tersebut antara lain di Lampung, Sumsel, Jambi, Sumut, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, hingga Maluku.

Pesantren Al-Fatah awal mula dirintis dan didirikan oleh H.Muhyiddin Hamidy (alm), yang juga sebagai Imaam/Pimpinan Jama’ah Muslimin (Hizbullah), sebuah wadah kesatuan umat Islam yang bersifat rahmatan lil ‘alamin, berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.

Jama’ah Muslimin (Hizbullah), saat ini dipimpin oleh KH Yakhsyallah Mansur,MA,  sangat konsen dalam pembinaan generasi masa depan umat dan bangsa, di antaranya melalui upaya mendirikan dan menyelenggarakan pesantren-pesantren, lembaga dakwah pembinaan masjid-masjid dan majelis ta’lim, serta pelatihan dan pengiriman sukarelawan kemanusiaan ke beberapa daerah bencana.

Beberapa tokoh dan da’i pernah menjabat di jajaran Dewan Pembina/Penasihat Al-Fatah, di antaranya Adhyaksa Dault,SH (saat menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga),  Prof. Dr. Ir. Ariffin Bratawinata,M.Agr (pernah menjabat Rektor Universitas Mulawarman), KH Abul Hidayat Saerodjie, dan lainnya.

Mudir (Pimpinan) Ponpes Al-Fatah Cileungsi, ustaz Saeful Bahri,M.Pd., mengungkapkan, embrio dari pesantren binaan Al-Fatah sudah ada sejak tahun 1980-an. Kemudian dalam bentuk Madrasah Al-Fatah sendiri baru berdiri pada tahun 1994.

“Pada awalnya, tempat yang sekarang berdiri pesantren ini adalah lahan kosong milik Mandor Atu, salah seorang tokoh adat setempat. Kemudian beberapa ustaz membeli lahan itu untuk dijadikan sebagai pusat dakwah Islam,” katanya, Senin (8/1).

Sejak awal berdiri, Ponpes Al-Fatah menganut sistem pendidikan tradisional. Ciri khasnya adalah mengkaji kitab gundul atau sering disebut kitab kuning. Para santri diajarkan teknik membaca kitab berbahasa Arab tanpa harokat ini.

Selain mengajarkan kitab kuning, pesantren yang memiliki jumlah santri hingga ratusan ini juga memiliki program unggulan, yaitu program bahasa Arab-Inggris dan program tahfizul Quran. Santri-santrinya pun berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, seperti dari sekitar Jabar sendiri, Jabodetabek, Jateng hingga dari Kalbar.

Program tahfizul Quran termasuk program yang tergolong baru dalam beberapa tahun terakhir, ditujukan bagi santri yang memang ingin memiliki hafalan Quran dan mempunyai daya ingat yang bagus.

“Setiap tahunnya menghasilkan anak-anak yang bisa menghafal hingga 30 juz,” katanya.

Beberapa hafiz-hafizah Al-Fatah bahkan pernah dikirim sebagai pembina dan pengajar tahfizul Quran di Sekolah Menengah IMTIAZ Melaka Malaysia, binaan Wakil Perdana Menteri malaysia, Datuk Dr Ahmad Zahid Hamidi.

Dari binaan kerjasama itu, lahir beberapa siswa yang hafidz Al-Quran di negeri jiran Malaysia. Bahkan hingga kini masih ada alumni Pesantren Al-Fatah yang mengajar tahfizul Quran di Kuala Lumpur.

Saat ini, secara bertahap tenaga pengajar yang ada di Ponpes Al-Fatah terus meningkat secara kualitas. Beberapa tenaga pengajarnya merupakan alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri.

“Alhamdulillah untuk sekarang tenaga pengajarnya merupakan alumni Al-Fatah yang sudah menimba ilmu di dalam dan luar negeri seperti dari LIPIA Jakarta, Sudan, Yaman dan Mesir,” ujarnya.

Ponpes Al-Fatah Cileungsi sendiri terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Raudhatul Athfal/TK (RA) Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Tahfizulquran Madrasah Al-Fatah (TMA), dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah.

Pada awal pertumbuhannya tahun 1990-an, pernah berlangsung juga Kuliah Takhsashush (setara Diploma Tiga), dengan konsentrasi pada Dakwah Islam.

Untuk biaya pendidikan bulanannya sendiri yang diterapkan Ponpes Al-Fatah relatif murah. Secara umum, biaya yang dipatok antara 100 hingga 200 ribu untuk biaya SPP-nya (pendidikan), dan 450 ribu untuk biaya pondoknya (terutama makan dan asrama).

“Kadang ada yang meminta keringanan di bawah itu, maka kita bantu,” katanya.

Untuk meringankan beban anak-anak yatim dan dhuafa, pihak yayasan membentuk sejenis lembaga penyantunan kaum yatim/dhuafa.

Meski menerapkan biaya pendidikan yang relatif tidak mahal, nyatanya Ponpes Al-Fatah dapat menghasilkan berbagai prestasi. Hampir setiap tahun, lemari Ponpes Al-Fatah selalu diisi dengan piala dari berbagai cabang kejuaraan, baik itu tingkat kecamatan, tingkat kabupaten hingga provinsi dan nasional. Bahkan beberapa di tingkat dunia.

Di tingkat nasional misalnya meraih prestasi juara pada MusabaqahTahfidz Al-Quran antar-Al-Fatah se-Indonesia. Pada tingkat intenasional, pernah meraih nominasi pada kejuaraan beladiri Indonesia Krate-Do (Inkado) dunia di Bali.

Salah satu prestasi kejuaraan pada tingkat antar-provinsi adalah kontribusi nyata dari santri Ponpes Al-Fatah tang telah berhasil menciptakan sebuah produk baru yang bisa menghapus tinta permanen. Produk yang dihasilkan ini berasal dari bahan-bahan alami sehingga aman apabila terkena kulit.

Para santri kemudian memberi nama produk ini Herbal Magic Cleaner. Herbal Magic Cleaner sudah mendapatkan beberapa kali penghargaan di tingkat Jabodetabek.

“Kreativitas santri Madrasah Aliyah telah menghasilkan satu produk untuk menghapus tinta. Produk ini sudah diikutsertakan dalam lomba tingkat Jabodetabek dan berhasil meraih juara satu. Untuk tingkat berikutnya, menjadi peserta terbaik,” katanya.

Ia berharap, lembaga pendidikan di Indonesia bisa menghasilkan lulusan yang bisa mandiri, memiliki ketrampilan, dan memiliki karakter dalam hal ini akhlak. Hal ini sesuai dengan program pemerintah yaitu pembentukan karakter.

Pembentukan karakter ini diperkuat dengan beberapa kegiatan ekstrakurikuler, guna meningkatkan minat, bakat dan potensi para santrinya. Di antaranya ekslul beladiri (karate dan silat), memanah, berenang, futsal, bulutangkis, pramuka, muhadharah (pidato tiga bahasa), jurnalistik dan majalah dinding.

Disiplin tingkat tinggi terutama dalam pelaksanaan shalat berjamaah di masjid, tadarus Al-Quran dan pembelajaran di kelas, menjadi ciri utama pembentukan karakter kedisiplinan.

Beberapa santri Al-Fatah sedang mengikuti olahraga bela diri. (Foto: MINA)

Para Alumni

Para alumni Ponpes Al-Fatah kini sudah tersebar di beberapa universitas ternama dalam negeri seperti LIPIA Jakarta, Universitas Indonesia (UI), Universitas Mulawarman (Unmul), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, dan beberapa perguruan tinggi swasta lainnya.

Termasuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Cileungsi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) atau dikenal juga dengan Jurnalistik Islam.

Selain melanjutkan studi di dalam negeri, alumni Ponpes Al-Fatah Cileungsi juga sudah berhasil merambah hingga Timur-Tengah, seperti Universitas Khartoum Sudan, Universitas Islam Gaza (UIG) Palestina, dan Universitas Shan’an Yaman.

Bahkan alumni Takhasush, ada yang dapat melanjutkan kuliah hingga S-2 di Amerika Serikat, S-2 Universitas Islam Antarbangsa Malaysia, dan S-3 di UIN Jakarta. Beberapa alumni lainnya kini mengelola pondok pesantren di daerah-daerah.

Beberapa alumni saat ini ikut berkiprah mengabdi sebagai tenaga pengajar di Pesantren Al-Fatah tersebut.

Prestasi dan kontribusi dari sebuah lembaga pendidikan Pondok Pesantren Al-Fatah untuk umat dan bangsa, yang terus akan dilanjutkan hingga menjadi yang terbaik. (A/R06/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.