Jakarta, MINA – Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. menyampaikan pidato dalam sesi pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Investasi AS-Indonesia 2018 bertempat di Hotel Mandarin Oriental, Kamis (27/9).
Berikut petikan lengkapnya seperti disampaikan pihak Kedutaan AS di Jakarta.
Selamat Pagi. Selamat datang di Jakarta untuk tamu-tamu kami yang datang dari Amerika Serikat dan tempat lain di kawasan. Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada para anggota dan staf Kamar Dagang Amerika di Indonesia dan Kamar Dagang AS di Washington yang mengundang saya untuk bergabung dalam konferensi hari ini.
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada perwakilan pemerintah Indonesia yang turut hadir bersama kami. Salam hangat selamat datang saya ucapkan kepada Ibu Menteri Sri Mulyani Indrawati, Bapak Menteri Hanif Dhakiri, Bapak Menteri Airlangga Hartarto, Bapak Ignasius Jonan, Bapak Enggartiasto Lukita, Bapak Rudiantara, dan Ketua OJK Bapak Wimboh Santoso. Sungguh senang sekali saya bisa berbicara dalam kesempatan ini dan bertemu dengan mitra bisnis dan pemerintahan, baik dari Indonesia maupun Amerika Serikat, mengenai hubungan ekonomi kita yang terus bertumbuh.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Ulang Tahun Ke-70 dan Komitmen Amerika Serikat Untuk Indonesia
Kesempatan ini sangat tepat di saat Indonesia mengalami kemajuan menuju perekonomian yang terbuka dan sejahtera, pada saat yang baik ini. Tahun 2019 akan menjadi tonggak perjalanan penting bagi kedua negara karena kita memperingati 70 tahun hubungan diplomasi AS dan Indonesia.
Perayaan sepanjang tahun ini akan menjadi kesempatan tidak hanya menyoroti pencapaian-pencapaian kami di masa yang lalu, namun juga untuk melihat kelanjutan hubungan Amerika dan Indonesia 70 tahun yang akan datang. Di tahun-tahun mendatang, kami bertekad memperkuat hubungan kita terkait prinsip dasar tentang demokrasi, hak asasi manusia dan memjaga perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan ekonomi.
Sebelum mengunjungi Jakarta bertemu dengan Presiden Jokowi pada bulan Agustus, Menteri Luar Negeri AS Pompeo mengumumkan strategi pemerintah AS untuk kerjasama ekonomi di kawasan ini dalam Forum Bisnis Indo-Pacific di Washington DC. Ini bukanlah sebuah kebetulan bahwa Kamar Dagang AS yang menyelenggarakan forum seperti Konferensi Tingkat Tinggi Investasi AS dan Indonesia hari ini, menekankan pentingnya sektor swasta untuk menggerakkan pertumbuhan dan kerjasama komersial yang bermanfaat bagi Amerika Serikat dan kawasan Indo-Pasifik.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Dalam bagian dari pidatonya, Menteri Pompeo mencatat peran Amerika Serikat yang melandasi dan memfasilitasi terciptanya pertumbuhan, perkembangan dan kesejahteraan yang kita lihat di kawasan sekarang ini. Dan Menlu Pompeo menilai bahwa sektor perdagangan swasta, investasi dan kerjasama bisnis adalah inti dari semua kesuksesan ini. Bisa memfasilitasi kerjasama ini di Indonesia adalah salah satu tujuan utama saya sebagai Duta Besar AS di sini.
Sejarah Indonesia sejak periode reformasi adalah cerita sukses tentang perkembangan sosial dan ekonomi, dan Amerika Serikat bangga bisa berkontribusi terhadap kesuksesan tersebut. Perkembangan ini adalah sesuatu yang dekat dengan keseharian kami, dan kadang hal ini tidak disadari. Jika dipikirkan kembali betapa kontrasnya kondisi Indonesia saat ini dengan beberapa waktu yang lalu.
Sebagai contoh:
Dua puluh tahun yang lalu, kemiskinan dialami hampir 25% dari penduduk Indonesia. Saat ini, tingkat kemiskinan kurang dari 10%, tingkat kemiskinan terendah dalam sejarah Indonesia.
Dua puluh tahun lalu, kurang dari satu juta penduduk Indonesia, kurang dari 1% jumlah populasi, menggunakan internet. Saat ini, Indonesia dengan cepat menjadi tempat berkembangnya ekonomi digital, dengan proyek-proyek swasta baru dan kemitraan pemerintah dan swasta seperti Palapa Ring yang memberikan akses internet kepada lebih dari setengah jumlah penduduk di Indonesia, lebih dari 143 juta orang, menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Dua puluh tahun lalu, tidak ada kota di Indonesia yang memiliki sistem transportasi masal yang modern, dan Jakarta termasuk kota besar di dunia yang tidak memiliki kereta bawah tanah. Sekarang, kita melihat kemajuan proyek MRT dan jalur layang rel kereta api yang sedang dibangun di beberapa ruas jalan.
Dalam hal ini dan banyak indikator lain, Indonesia telah menunjukkan catatan kesuksesan dalam hal pembangunan. Tentu saja, banyak yang masih harus dikerjakan, namun tentu saja banyak hal yang Indonesia bisa banggakan. Perusahaan-perusahaan AS juga bangga dengan peran mereka sebagai mitra dalam kesuksesan ini.
Investasi AS “menyentuh” hampir semua sektor ekonomi di Indonesia, dari mulai komoditas, manufaktur, hingga jasa. Investasi ini talah memainkan peranan penting dalam keberhasilan perekonomian Indonesia, dan menyumbangkan miliaran dollar dalam bentuk modal serta membantu menciptakan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja Indonesia. Sebagai contoh, tahun ini Nike merayakan 30 tahun-nya di Indonesia. Lebih dari 171.000 orang bekerja di pabrik-pabrik kontrak Nike yang memproduksi sekitar 143 juta pasang sepatu dan 41,5 juta alat serta perlengkapan olah raga pada tahun fiskal 2018. Produk-produk tersebut dikirim ke pasar dunia. Nike merupakan salah satu dari banyak perusahaan AS dengan komitmen jangka panjang-nya melakukan bisnis di Indonesia.
Chevron, sebagai contoh, 90 tahun di Indonesia, dan menyediakan bidang pekerjaaan kualitas tinggi dan penghasilan besar untuk masyarakat, serta telah menyumbang pendapatan pemerintah Indonesia sebesar 200 miliar dollar AS (hampir sekitar 3 quadrillion rupiah). Sekitar 97 persen dari total karyawannya yang berjumlah 4.700 adalah orang Indonesia. Tidak hanya itu, Program Pengembangan Bisnis Lokal (Local Business Development – LBD) perusahaan ini di Riau, Kalimantan Timur dan Jawa Barat telah menghasilkan 7.800 kontrak bagi perusahaan Indonesia, dan menciptakan 52.000 lapangan kerja serta menghasilkan pembelanjaan lebih dari 1,6 tiliun rupiah (120 juta dollar AS) dalam bentuk barang dan jasa dari mitra-mitra lokal.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Hal lain terkait investasi utama AS in Indonesia, Freeport Indonesia berkontribusi sebesar 23 triliun rupiah (1,6 miliar dollar AS) dalam bentuk dana pembangunan masyarakat antara tahun 1992 hingga 2017. Jumlah tersebut merupakan tambahan dana untuk 256 triliun (17,3 miliar dollar AS) Freeport Indonesia subsider, PTFI, yang dibayarkan ke Pemerintah Indonesia untuk kurun waktu yang sama dalam bentuk pajak, royaliti, dan dividen. Seperti saya nyatakan kepada pers sewaktu kunjungan ke Papua akhir pekan lalu, saya secara penuh mendukung visi Presiden Jokowi akan hasil “Win-Win” terkait negosiasi perpanjangan izin operasi dengan Pemerintah Indonesia. Solusi saling menguntungkan akan memberikan kepastian bagi investasi Freeport di masa datang, dan memastikan komitmen berkelanjutan akan investasi terhadap pengembangan manusia dan ekonomi di Mimika dan wilayah lainnya.
Investasi perusahaan-perusahaan AS di Indonesia juga membentangkan teknologi terbaru. Awal bulan ini, Cisco mengumumkan dalam pertemuan mereka dengan Presiden Jokowi bahwa Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang bergabung dengan program Country Digital Acceleration. Program ini membantu Indonesia dalam membuat pelayanan publik semakin efisien, meningkatkan inovasi lokal, dan digitalisasi usaha kecil dan menengah. Komitmen ini ada dalam 210.000 pelajar Cisco yang telah mendapatkan pelatihan teknologi informasi terkini yang dibutuhkan untuk bisa berhasil menjadi tenaga kerja IT global dan ekonomi digital modern.
Tidak mau kalah, perusahaan teknologi AS lainnya berinvestasi untuk pelaku wirausaha di Indonesia. Google melatih 100.000 orang Indonesia untuk membuat aplikasi berbasis androids secara nasional. Facebook Indonesia baru saja meluncurkan “Laju Digital”, sebuah program yang bertujuan untuk memberikan pelatihan digital literacy untuk pengusaha kecil dan menengah, pemerintah daerah, pelajar, serta komunitas di 15 kota, termasuk 10 kota di kawasan timur Indonesia seperti Gorontalo, Kupang, Manokwari, dan Mataram.
Pemerintah AS juga mempunyai sejarah panjang dalam memberikan bantuan untuk mengatasi hambatan sektor perdagangan dan investasi, serta memampukan kemitraan sektor swasta yang meciptakan kesejahteraan bagi masyarakat kedua negara kita.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Pada musim panas ini, Presiden Jokowi meresmikan pembangkit listrik tenaga bayu untuk skala komersial yang pertama di Indonesia, yang berlokasi di Sidrap, Sulawesi. Proyek ini dibangun oleh pihak swasta, perusahaan berbasis di AS, UPC Renewables, dan bisa terlaksana berkat lembaga pemerintah AS, Overseas Private Investment Corporation (OPIC), yang menyediakan pendanaan sebesar 120 juta dollar AS (1,6 triliun rupiah). Berkat kemitraan ini, hari ini, 70.000 rumah tangga di Indonesia bisa menikmati listrik yang bersih, terjangkau, dan dapat diandalkan.
Proyek-proyek ini membantu mengatasi kesenjangan dalam bidang tenaga listrik, infrastruktur, dan pengembangan konektivitas, bukan melalui mandat dari pemerintah, tetapi fasilitas kemitraan antara sektor swasta dan mitra lokal yang mengetahui apa yang terbaik bagi kebutuhan di Indonesia.
Tempat Indonesia dalam Strategi Indo-Pasifik
Meskipun saya yakin kita dapat menyebutkan lusinan contoh lain keikutsertaan AS, saya ingin menghemat waktu untuk membicarakan masa depan hubungan ekonomi AS-Indonesia. Mengingat kemajuan yang telah kita saksikan dalam 20 tahun terakhir, tanpa menyebutkan 70 tahun terakhir, apa yang seharusnya menjadi aspirasi kita untuk beberapa dekade mendatang?
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Didorong oleh populasi muda, kelas menengah yang sedang tumbuh, dan penggunaan teknologi baru yang semakin luas, Indonesia akan memainkan peran kepemimpinan yang lebih besar dalam integrasi dan pengembangan kawasan Indo-Pasifik.
Tentu saja, salah satu aspirasi kami untuk masa depan Indonesia adalah hubungan perdagangan yang berkembang dengan Amerika Serikat. Saya sangat senang melihat Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memimpin delegasi bisnis swasta ke Washington DC pada bulan Juli untuk mencari jalan memperluas perdagangan bilateral, dan saya menyambut dengan baik seruan Menteri Enggar untuk meningkatkan perdagangan bilateral kita menjadi 50 miliar dollar AS (sekitar 700 triliun rupiah) per tahun. Amerika Serikat percaya bahwa perdagangan bilateral kita harus bebas, adil, dan saling menguntungkan sehingga dapat tumbuh secara maksimal, apakah menjadi 50, 100, atau 150 miliar dolar di tahun-tahun mendatang.
Dalam sambutan saya Sebelumnya, saya menyebutkan bahwa sesaat sebelum kunjungannya ke Indonesia, Menlu Pompeo memaparkan strategi AS untuk memajukan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Amerika, dan seluruh dunia, memiliki andil dalam kemakmuran dan stabilitas yang mengalir dari visi itu. Secara harfiah Indonesia terletak di pusat wilayah ini. Amerika ingin berkontribusi pada kemakmuran Indonesia, ditingkatkan melalui kemitraan sektor swasta yang berkembang dengan sendirinya dari perdagangan yang adil dan saling menguntungkan, lingkungan investasi terbuka, perjanjian transparan antar negara, dan peningkatan konektivitas.
Biar saya perjelas: Kami berkomitmen untuk memperluas keterlibatan ekonomi kami di kawasan Indo-Pasifik dan di Indonesia. Kami akan terus berusaha mencapai tujuan perdagangan dan hubungan ekonomi yang mematuhi prinsip ekonomi kemitraan – kebebasan dan keterbukaan, komitmen untuk demokrasi dan pemerintahan yang baik, dan menghormati otonomi lokal dan kedaulatan nasional.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Sebagai bagian dari “Visi Ekonomi Indo-Pasifik Amerika,” kami mengumumkan sejumlah prakarsa dengan fokus pada peningkatan pengembangan energi, infrastruktur, dan ekonomi digital – sektor-sektor yang penting bagi masa depan ekonomi Indo-Pasifik. Melalui Konektivitas Digital dan Kemitraan Keamanan Siber, Jaringan Transaksi dan Bantuan Infrastruktur, dan Inisiatif Energi untuk Peningkatan Pengembangan dan Pertumbuhan Asia, pemerintah AS akan mendukung upaya perusahaan sektor swasta AS kelas dunia, seperti yang berkumpul di sini, untuk mengembangkan pasar dan membangun kemitraan.
Untuk memenuhi kebutuhan negara-negara Indo-Pasifik dalam sektor energi, infrastruktur, ekonomi digital, dan pengembangan sumber daya manusia akan diperlukan jumlah investasi yang sangat “mengejutkan.” Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa 26 triliun dollar AS akan dibutuhkan pada tahun 2030. Dorongan infrastruktur Indonesia saat ini juga membutuhkan triliunan rupiah untuk berhasil. Kami mengakui bahwa tidak ada pemerintah yang dapat menggerakkan sumber daya untuk menyelesaikan tugas-tugas ini sendirian. Tetapi kita juga tahu ada lebih dari 50 triliun dollar AS modal swasta yang tersedia di “garis samping” di pusat-pusat perbankan seperti London, New York, dan di tempat lain. Dengan menggunakan sumber daya pemerintah untuk mengkatalisasi peluang bisnis swasta, dengan menciptakan “lapangan bermain” yang setara bagi perusahaan AS untuk bersaing di Indonesia, kita dapat menciptakan kondisi yang akan membawa investasi swasta ini keluar dari “garis samping” dan menjadi perusahaan produktif. Baru setelah itu kami akan dapat mencapai visi kami untuk mewujudkan Indo-Pasifik dan kemitraan ekonomi AS-Indonesia yang dinamis.
Untuk mengkatalisasi keterlibatan ekonomi sektor swasta, peraturan pemerintah perlu mendorong, alih-alih menghambat, inisiatif swasta. Peraturan yang dibuat dengan niat yang baik seringkali menghasilkan konsekuensi yang sebenarnya tidak diinginkan. Persyaratan konten dan produksi lokal, misalnya, mungkin dimaksud untuk membuka lebih banyak kesempatan bagi perusahaan lokal, tetapi justru bisa menghambat terjalinnya kemitraan ekonomi. Perusahaan berteknologi tinggi akan berpikir dua kali sebelum berinvestasi di Indonesia ketika mereka mendengar bahwa mereka mungkin harus memproduksi secara lokal agar mereka dapat memegang hak paten. Perusahaan internet dan pelayanan finansial segan menawarkan pelayanan baru ketika mereka mendengar tentang keterbatasan dalam berbagi data lintas batas. Jika perusahaan swasta tidak memainkan peran aktif, konsumen dan wirausahawan Indonesia akan memiliki pilihan terbatas dan dihadapkan pada jenis produk yang lebih sedikit untuk harga yang lebih tinggi.
Saya sering mengatakan bahwa penggerak terbaik untuk mendatangkan investor baru ke Indonesia adalah investor dan bisnis yang sudah ada di sini. Bahkan perlakuan terhadap mitra ekonomi yang sudah ada adalah salah satu sinyal terkuat yang dikirimkan oleh pemerintah kepada dunia tentang kesiapannya untuk menjalin kemitraan ekonomi yang lebih luas lagi.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Namun, ketika pemain lama di pasar meninggalkan sebuah negara karena ada perubahan yang dirasakan sehubungan peraturan atau kontrak, atau perlakuan yang tidak adil oleh mitra atau pemerintah, ini merupakan peringatan bagi investor untuk berpikir dengan hati-hati sebelum memasuki pasar.
Contohnya, perusahaan AS tetap tertarik untuk berinvestasi dalam sektor infrastruktur Indonesia melalui proses penawaran terbuka. Namun, ini bisa menghilangkan minat investor potensial ketika mereka melihat kekecewaan yang dirasakan perusahaan AS lainnya terhadap praktik monopoli, padahal mereka telah menginvestasikan lebih dari 3 miliar dollar AS (kurang lebih 40 triliun rupiah) dalam pembangkit listrik di Indonesia. Dan ketika perusahaan AS yang telah lama beroperasi di Indonesia dan berencana untuk menginvestasikan ratusan triliun rupiah (puluhan miliar dolar AS) untuk beberapa tahun ke depan merasa diperlakukan berbeda dari perusahaan negeri, ini dapat mengirimkan pesan yang salah bahwa Indonesia memandang investasi luar negeri dengan rasa curiga.
Keterlibatan dan kemitraan ekonomi antara perusahaan AS dan Indonesia adalah hal penting dalam membangun kesejahteraan Indonesia dan menciptakan kondisi untuk kesuksesan yang keberlanjutan. Untuk itu, tetap penting bagi Indonesia untuk terus menyempurnakan iklim investasinya untuk menarik investasi luar negeri dan untuk menciptakan kebijakan yang memperlakukan semua perusahaan secara adil, baik perusahaan dalam maupun luar negeri. Kondisi yang adil dalam berkompetisi akan menguntungkan semua pihak.
Amerika Serikat – baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakatnya – siap mengembangkan hubungan ekonomi dengan Indonesia. Kami merasa bersyukur bisa menjadi mitra Indonesia selama 70 tahun terakhir. Kami sangat ingin melanjutkan kerja sama ini untuk menciptakan kondisi yang dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dan bisnis kita untuk meraih kesuksesan yang lebih besar lagi di tahun-tahun yang akan datang.
Baca Juga: PBB: Serangan Israel ke Suriah Harus Dihentikan
Namun, lebih dari itu semua, saya antusias mendengar dari Anda semua, mitra usaha dan mitra pemerintahan kami, tentang rencana Anda terkait investasi dan perdagangan yang saling menguntungkan kedua negara kita.
Secara kolektif, cerita yang Anda bagi akan mencerminkan esensi visi AS akan keterlibatan ekonomi di Indonesia dan kawasan yang lebih luas – visi untuk mendorong perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran. Saya senang bisa bergabung dengan Anda hari ini untuk mendiskusikan bagaimana kita bisa mewujudkan aspirasi ini.
Terima kasih atas perhatian Anda, dan terima kasih kepada U.S. Chamber of Commerce dan American Chamber of Commerce in Indonesia sebagai penyelenggara acara ini.
(T/R11/P2)
Baca Juga: Tank-Tank Israel Sudah Sampai Pinggiran Damaskus
Mi’raj News Agency (MINA)