Jakarta, 27 Jumadil Awwal 1437/7 Maret 2016 (MINA) – Isu halal memang tengah menjadi perhatian dunia. Bukan hanya negara-negara Muslim, negara yang non Muslim pun kini ikut perhatian pada kebutuhan halal wisatawan asing maupun konsumernya. Hal itu juga menjadi salah satu perhatian pemerintah saat ini untuk mendorong pariwisata Halal menjadi trending topik di kalangan internasional.
Indonesia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mempromosikan layanan halal pada Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam tentang Palestina dan Al-Quds di Jakarta yang berlangsung 6-7 Maret 2016. Melalui Kementrian Pariwisata, pemerintah menyediakan layanan pijat “halal” untuk wartawan maupun delegasi yang sedang merasakan lelahnya hiruk pikuk pembahasan selama KTT berlangsung.
Sebagai seorang reporter, saya harus bolak balik di seluruh ruangan yang ada di Jakarta Covention Center (JCC) untuk mengais berita dari sana sini. Kelelahan saya terobati saat mengetahui ada fasilitas yang disediakan untuk jurnalis, apalagi layanannya adalah pijat, siapa yang tidak suka dipijat? Tentu saja saya tidak akan melewatkan kesempatan emas seperti ini.
Setelah mendaftar sebagai pasien pijat, saya dibawa ke salah satu sisi oleh pemijat laki-laki, dan saya melihat ada wartawan wanita yang juga tidak melewatkan kesempatan seperti saya tapi dibawa ke sisi lain yang ada tirai bambunya oleh pemijat wanita. Saat itu saya iseng bertanya ke tukang pijatnya, “Mas, kenapa yang wanita dan pria dipisah?” si mas tukang pijatnya menjawab, “kan lagi promosi layanan halal, pak!” katanya.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Setelah pijat, saya mengonfirmasikan hal itu ke Kepala Bidang Kemitraan Usaha Pariwisata Kemenpar, Widayanti Bandi yang sedang berada di lokasi, dan dia mengiyakan hal serupa.
Widayanti mengatakan “Pojok Spa Halal” tersebut disediakan gratis memang sengaja untuk rekan-rekan wartawan dan para delegasi dari seluruh dunia yang datang ke konferensi tersebut.
“Setiap event internasional seperti ini dari Kementerian Pariwisata selalu menyediakan ‘pojok spa’ yang dibutuhkan oleh jurnalis dan para delegasi,” jelasnya.
Widayanti menambahkan fasilitas ini tidak semata hanya pijat gratis namun juga merupakan sarana memperkenalkan gaya maupun budaya pijat tradisional Indonesia seperti apa. “Indonesia itu memiliki kekhasan spa (pijat) tersendiri, karena ini acara internasional, itu yang kita ingin tunjukan,” ujarnya.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Ada hal menarik lain yang saya lihat selama KTT Luar Biasa ini berlangsung. Bukan hanya gaya Menlu Retno Marsudi yang berubah dengan memakai kerudung selendang, namun juga banyak staf baik dari Kementrian luar negeri dan Kominfo yang melakukan hal yang sama.
“Mungkin karena ini acara OKI,” pikirku.
Ini bukan kali pertama Menlu memakai kerudung. Dalam kunjungan sebelumnya ke UEA dan Arab Saudi, Menlu juga melakukan hal yang sama. Pikirku, bu Menlu lebih cantik berkerudung dan lebih terasa “indonesia” nya.
Masih banyak yang belum mengerti arti kerudung bagi sebagian perempuan Muslim di negara kita. Padahal, sebagai seorang pria, saya melihat wanita berkerudung maupun berjilbab jauh lebih anggun dan santun. Lebih “Indonesia” seperti saya bilang. Sekarang, saat era westernisasi merebak kemana-mana, banyak yang lupa identitas diri dan budaya asalnya. Coba perhatikan wanita-wanita Korea Selatan yang style Asia-nya kini mulai terkikis. Meskipun tidak semua begitu, tapi mayoritas mengkhawatirkan. Bukan hanya Korsel, banyak negara-negara Timur lain mengalami hal yang sama, seperti Indonesia salah satunya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Melalui konferensi ini, semoga kesantunan budaya Indonesia sebagai negara mayoritas umat Islam yang harmonis di mata internasional kembali bergema, melalui kerudung dan halalnya. Amiin.(P09/R04)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)