Oleh Muhammad Hussein, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gaza, Palestina
Berbagai cara dilakukan oleh para aktivis internasional dalam menunjukkan dukungannya terhadap isu Palestina. Para aktivis Turki dengan “Mavi Marmara” nya, relawan Indonesia dengan bangunan rumah sakitnya, dan kali ini, tiga orang asal Italia dengan “Pizza”-nya.
Maria, Stephania, dan Maurice, tiga aktivis asal pulau Sardenia di Italia yang mendedikasikan kreasinya untuk menunjukkan dukungannya terahadap warga Palestina di Gaza.
Ketiganya melakukan even bersejarah versi mereka di area pelabuhan Gaza dengan melakukan kegiatan “membuat Pizza” dan membagikannya secara gratis untuk warga Gaza.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Rabu, 1 Juni 2016, sejak pukul 11 siang ratusan warga Gaza dan beberapa media lokal sudah berduyun-duyun mendatangi pelabuhan untuk menyaksikan bagaimana Pizza yang jadi makanan favorit mereka, dimasak oleh “empu”-nya, warga Italia.
Chef Murice, koki Asal Italia bersama sejumlah koki lokal Gaza dari rumah makan Pizza Thabun, menyajikan enam jenis pizza, yaitu Pizza Margareta, Sayur, Tomat, Zaitun dan Pizza Keju.
Kontributor Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency – MINA) di Gaza berkesempatan hadir dan berbincang-bincang dengan Maria (53), salah seorang dari ketiga aktivis Italia tersebut.
Tiga Orang Sederhana Asal Sardenia
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Ketika diminta memperkenalkan organisasi yang mengadakan even membuat Pizza tersebut, Maria mengaku bahwa tidak ada yang namanya organisasi atau gerakan, kami hanyalah tiga orang sederhana dari pulau Sardenia Italia.
Telah bertahun-tahun lamanya Maria mendukung Gaza dan isu Palestina melalui media sosial. Sementara Maurice, sang koki Pizza, dan istrinya yang bernama Stephania, belum lama tertarik untuk bergabung dalam barisan aktivis pro-Gaza.
Maria mengaku mengenal Maurice dan Stephania melalui jejaring sosial media Facebook. Mengetahui ketiganya memiliki kecenderungan yang sama dalam mendukung Palestina, Stephania mengusulkan untuk masuk ke Gaza bersama-sama.
“Stephania mengatakan kepada saya, ‘kenapa kita tidak coba untuk masuk bersama-sama ke Gaza?’ Saya menjawab, ‘tidak mudah, karena pintu perbatasan Rafah terus ditutup dan saya tidak punya akses untuk masuk melalui perbatasan Erez, karena Israel mencegah seluruh delegasi internasional yang ingin masuk ke Gaza,” kata Maria kepada MINA di Gaza.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Usaha ketiganya mendapatkan titik terang setelah dibantu oleh ketua yayasan Italian Center for Cultural Exchange (VIK) di Gaza, untuk masuk melalui pintu perbatasan Erez yang menghubungkan Jalur Gaza utara dengan wilayah pendudukan Israel. Namun, VIK mengabarkan kepada ketiganya, pihaknya bisa mengusahakan mereka untuk masuk jika memiliki program di Gaza.
Berbagi Pizza, Berbagi Cinta
Maria sempat kesulitan saat memikirkan program apa yang bisa dijadikan alasan agar bisa masuk ke Gaza. Ketika ingat bahwa Stephania dan Maurice memiliki restoran pizza di Sardenia, Maria mengatakan kepada mereka, “Kenapa kita tidak coba mengajarkan warga Gaza cara membuat makanan khas Italia yang terkenal dan paling digemari oleh dunia, Pizza dan Pasta?”
“Ide awal dari even ini adalah kami ingin berbagi kepada warga Gaza cara membuat makanan khas Italia, yaitu Pizza. Lebih dari itu, kami ingin berbagi cinta untuk warga Gaza,” ungkap Maria.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Selain berbagi, Maria mengaku bahwa melalui even ini, ia dan kawan-kawannya ingin memberikan pesan kepada warga Gaza bahwa “mereka tidaklah sendiri, Maria, mewakili warga Italia, selalu bersama warga Gaza”.
Kepada dunia internasional Maria berpesan, “Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Gaza bukanlah sarang teroris, warga Gaza adalah sosok yang ramah, santun, dan sayang sekali mereka hidup menderita.”
“Kami ingin masyarakat dunia ‘bangun’, kita tidak bisa terus-terusan berdiam diri, Gaza pantas untuk mendapatkan yang terbaik, kita harus berusaha untuk bisa mematahkan blokade Gaza,” tambah Maria.
Maria juga mengungkapkan kritikan kerasnya untuk pemerintah Italia. Dia sangat menyayangkan terhadap kondisi pemerintahnya yang ia nilai sedang menjadi “budak” dan “boneka” yang dipermainkan oleh tangan Israel.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Tidak hanya pemerintah Italia, Maria mengatakan, banyak sekali warga Italia yang buta terhadap apa yang terjadi sebenarnya di Gaza. Mayoritas warga Italia menilai, Gaza adalah sarang teroris. Dan yang menyedihkan lagi, penilaian tersebut, menurut Maria, tidak memiliki sumber selain dari media yang hari ini sedang dikuasai oleh Israel.
“Banyak sekali warga Italia yang menganggap Gaza adalah sarang teroris, pesan tersebut mereka dapatkan hanya dari media yang kita ketahui sedang berada dalam genggaman Israel. Mereka (Israel) dengan bebas mengatakan apa yang mereka inginkan,” ujar Maria dengan emosional.
Namun, ia juga mengaku senang, even hari ini berhasil menarik perhatian stasiun televisi Italia. Ia berharap dengan ditayangkannya even tersebut di negaranya, bisa menyadarkan warga Italia tentang apa yang sebenarnya terjadi di Gaza.
Anti Produk Israel
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Ketika ditanya tanggapannya tentang gerakan boikot terhadap Israel yang sedang gencar di Eropa, Maria mengaku dirinya sangat setuju dan telah lama melakukan aksi boikot terhadap produk-produk Israel.
“Saya sangat setuju dengan aksi boikot terhadap Israel, saya mengikuti terus perkembangan BDS (Boicott, Devistement and Sanctions against Israel), saya tidak pernah lagi membeli produk-produk Israel atau yang bersangkutan dengan Israel, bahkan saya tidak meminum Cocacola yang merupakan perusahaan terdepan dalam mendukung Israel,” aku Maria.
Selain mengharamkan dirinya dalam mengkonsumsi produk-produk Israel, Maria juga rajin mengingatkan warga Itali untuk turut memboikot Israel.
Ia mengatakan, “saya katakan kepada orang-orang, ‘Jangan beli ini, ini adalah produk Israel, kalau kalian beli sama saja kalian membom Gaza’. Saya katakan, ‘Kalian mungkin tidak bisa berbuat banyak untuk membantu Palestina, tapi paling tidak kalian berusaha tidak membantu dalam memperkaya Israel’.”
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Maria menegaskan, tidak bisa datang ke Palestina, bukanlah alasan kita untuk tidak mendukung Palestina. Menurutnya, sekecil apapun bentuknya, kita harus terus mendukung kemenangan untuk warga Palestina.
Dari Maria untuk Indonesia
Sebelum mengakhiri perbincangan, Maria menitipkan salam hangatnya untuk warga Indonesia.
Menurutnya, warga Indonesia terkenal sangat kuat dalam menunjukkan dukungan terhadap warga Palestina.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Ia juga mengaku memiliki banyak teman asal Indonesia di akun jejaring sosial “Facebook” yang menurutnya memiliki sifat ramah dan menyenangkan.
Stempel Israel, Memalukan
Maria Cs tiba di Tepi Barat pada tanggal 22 Mei dan baru bisa masuk ke Jalur Gaza tiga hari setelahnya.
Meski bisa masuk ke Gaza, tapi ia mengaku sangat malu mendapati paspornya dicap dengan stempel Israel.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
“Jujur, saya rasa sangat memalukan melihat di paspor saya terdapat stempel Israel, tapi apa boleh buat, demi warga Palestina apapun akan saya lakukan,” katanya.
Maria bersama dua sahabatnya rencananya akan meninggalkan Jalur Gaza menuju Tepi Barat pada Kamis, 2 Juni dan kembali ke Italia pada keesokannya. (L/K02/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)