Polisi Filipina Tembak Mati 13 Pengedar Narkoba, Usai Duterte Keluar dari ICC

Presiden Filipina Rodrigo Duterte

Manila, MINA – Polisi Filipina menyatakan pada Kamis (22/3), pihaknya telah menembak mati 13 tersangka pengedar narkoba, hanya beberapa hari setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan keluar dari Pengadilan Pidana Internasional ().

“Polisi provinsi Bulacan terus-menerus  menerapkan kampanye intensif mereka terhadap obat-obatan terlarang,” kata pernyataan itu,

Pernyataan polisi menambahkan, ada lebih dari 100 penangkapan, demikian World Bulletin melaporkan.

Pengadilan kejahatan perang yang bermarkas di Den Haag bulan lalu meluncurkan penyelidikan awal terhadap penindasan berdarah Duterte terhadap pengedar narkotika, di tengah tuduhan bahwa pasukan keamanan Filipina telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Polisi Filipina mengatakan, mereka telah menewaskan sekitar 4.100 tersangka selama penangkapan, tetapi kelompok-kelompok hak asasi menuduh jumlah sebenarnya tiga kali lebih tinggi dan menuduh pihak berwenang melakukan pembunuhan.

Manila pada  2011 meratifikasi Statuta Roma yang menciptakan pengadilan ICC.

Manila memberikan pemberitahuan resmi kepada PBB pekan lalu bahwa negara itu akan menarik diri dari ICC, beberapa hari setelah Duterte mengumumkan negaranya akan keluar dari pengadilan dunia tersebut.

Pemerintahan Duterte diduga melakukan “serangan tak berdasar, belum pernah terjadi sebelumnya dan keterlaluan” terhadap catatan hak-hak pemerintahannya.

ICC telah mendesak Manila untuk mempertimbangkan kembali keputusannya. Secara resmi Filipina baru akan resmi keluar dari ICC satu tahun setelah pemberitahuannya.

Duterte yang didukung oleh popularitas tinggi di dalam negeri, telah gigih memerangi narkoba untuk membawa keselamatan bagi 100 juta rakyat Filipina.

Dia mendesak pemerintah untuk membunuh tersangka narkoba dan berjanji untuk melindungi polisi dari sanksi hukum. (T/R03/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)