Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prediksi CIA: 2029 Israel Hancur!

Ali Farkhan Tsani - Senin, 26 Oktober 2015 - 08:34 WIB

Senin, 26 Oktober 2015 - 08:34 WIB

1978 Views

afta peci putihOleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Sebuah studi yang dilakukan oleh Badan Intelijen Pusat CIA (Central Intelligence Agency) 2009 menyebutkan, terdapat keraguan atas kelangsungan hidup Israel untuk dapat bertahan dalam 20 tahun ke depan. Artinya, kalau dihitung maka berarti 2029 dikurangi 2015 tahun ini, sama dengan tinggal 14 tahun lagi Israel hancur!

Tentu studi CIA itu bukan tanpa asalan, tapi dengan data, teknik, prosedur dan prediksi tingkat tinggi, yang sudah dilakukan beberapa tahun sebelumnya berdasarkan studi kasus, komparasi dan fakta empiris di lapangan.

Dalam laporan khusus CIA tahun 2009 yang dirilis San Fransisco Bay View, menyebutkan, betapa hancurnya secara tiba-tiba dari pemerintah apartheid di Afrika Selatan dan disintegrasi Uni Soviet pada awal 1990-an, menunjukkan pola yang sama dari akhir mimpi tanah Israel.

Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah

Demikian halnya rezim Israel yang telah menerapkan perlakuan apartheid dan munculnya benih-benih desintegrasi internal.

Distintegrasi internal saat ini terlihat saat Pemimpin Partai Bayit Yehudi, Naftali Bennett yang selama ini mendukung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengisyaratkan ketidaksetujuan dengan langkah rekannya itu, katanya dalam forum tertutup di Tel Aviv, Senin (5/10).

Langkah Bennett semakin membuat ketegangan baru setelah sebelumnya juga bersitegang dengan Partai Likud. Sementara Menteri dalam kabinet Netanyahu, Ayelet Shaked dalam menanggapi pernyataan Bayit Yehudi, kepada 2 Channel juga ikut mengkritik pemerintah yang disebutnya tidak berbuat banyak untuk memerangi aksi teror.

Di luar itu, para aktivis pemuda Uni Zionis terus mengadakan aksi protes di luar rumah Netanyahu, mendesak untuk mengambil langkah-langkah yang lebih tepat untuk meningkatkan keamanan warga.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-20] Tentang Istiqamah

Ditambah kini Presiden Israel Reuven Rivlin yang menyatakan bahwa sejak pertengahan September 2015 lalu ia belum bertemu dengan PM Benjamin Netanyahu selama hampir dua bulan dan tidak berencana untuk bertemu dengannya.

Rivlin adalah pengkritik keras kebijakan Benjamin Netanyahu terkait perjanjian nuklir Iran, sebab ia berkeyakinan kebijakan itu bisa mengisolasi Israel dalam komunitas internasional.

Presiden Israel sangat prihatin dengan memburuknya hubungan Tel Aviv dengan Washington sejak Netanyahu mengecam pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama atas Rencana Kerjasama Komprehensif Aksi antara Iran dan kekuatan global pada pertengahan Juli 2015 lalu.

cia-chabadworld-300x201.jpg" alt="cia chabadworld" width="336" height="225" /> (Foto: Chabadworld)

Migrasi Warga Israel

Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi

Penelitian CIA lebih lanjut memprediksi hengkangnya lebih dari 1,5 juta warga Israel ke Rusia dan bagian lain Eropa, dan adanya penurunan angka kelahiran Israel dibandingkan dengan kenaikan populasi Palestina, semakin menguatkan daya tahan yang semakin melemah dari Israel.

Eksodusnya jutaan warga Israel, yang akan pindah ke Amerika Serikat dan Eropa dalam 15 tahun ke depan, tentu akan semakin tidak seimbang dengan perlawanan di kawasan.

“Ada lebih dari 500.000 orang Israel dengan paspor Amerika dan lebih dari 300.000 lainnya memeiliki tempat tinggal di California,” kata pengacara internasional Franklin Lamb dalam sebuah wawancara.

Sebaliknya, perkiraan lanjut adalah kembalinya semua pengungsi Palestina ke wilayah pendudukan palestina. Gerakan massal ini tak terhindarkan dari solusi dua negara (two state solustion) sebagai model yang paling mmungkinkan berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi kesetaraan, akan menjadi bumerang dengan kemungkinan kembalinya para pengungsi warga Palestina (haqqul ‘audah) yang jumlahnya jutaan di berbagai negara. Karena ini merupakan prasyarat untuk perdamaian yang berkelanjutan di wilayah tersebut.

Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan

boikot jfjfp

(Foto: jfjfp)

Kampanye Boikot

Tanda-tanda melemahnya dominasi Israel kali ini berhadapan dengan aksi-aksi demo masyarakat Amerika dan Eropa terhadap Israel atas aksinya menggempur warga Palestina di Jalur Gaza 2014.

Kampanye masif dari gerakan BDS (Boycott, Divestment and Sanctions) adalah kampanye global untuk menekan Israel dari segi ekonomi dan politik agar mengakhiri pendudukan dan kolonisasi terhadap Palestina, kesetaraan hak warga Arab-Palestina, dan menghormati hak pulang pengungsi Palestina.

Kampanye BDS ini dimulai tanggal 9 Juli 2005 oleh 171 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pro-Palestina yang mendukung tujuan perjuangan Palestina, seiring dengan Resolusi PBB dan yang menggaungkan kampanye anti-apartheid. Kampanye menuntut dilancarkannya segala bentuk boikot terhadap Israel sampai negara tersebut memenuhi kewajibannya sesuai hukum internasional.

Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina

Menteri Keuangan Israel Yair Lapid, awal 2014 menyatakan bahwa negaranya sedang mendekati titik balik yang sama seperti Afrika Selatan hari-hari terakhir apartheid.

Sebabnya, karena ternyata dengan gerakan boikot itu, membuat Israel mengalami kerugian ekonomi sebesar 100 juta shekel atau senilai 32 juta dolar AS (Rp460 miliar) sepanjang tahun 2014.

Masyarakat Amerika saja sepanjang 2015 tahun ini telah berani menyuarakan suara protes terhadap langkah-langkah Tel Aviv dalam 25 tahun terakhir, karena tahan lagi dengan aksi-aksi yang melanggar kemanusiaan itu.

tangkap netanyahu veterans today

Demo Protes Netanyahu (Foto: Veterans Today)

Petisi Tangkap Netanyahu

Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?

Di negara sekutunya, Inggris, lebih dari 100.000 warganya menuliskan tanda tangan petisi kalangan aktivis kemanusiaan yang isinya meminta pemerintah London segera menangkap Benjamin Netanyahu begitu tiba di negara itu dalam kunjungannya September lalu.

Walaupun Netanyahu saat berkunjung itu tidak mungkin ditangkap karena adanya jaminan dari pemerintah Inggris. Akan tetapi paling tidak, seperti dikatakan penggagasnya, Damian Moran adalah untuk memberikan pesan yang jelas kepada dia (Netanyahu) bahwa ada sejumlah besar orang yang tidak ingin dia ada di sini.

Penghancuran lebih dari 50 masjid, 7 tempat penampungan PBB, 2 gereja, dan pusat penyandang cacat bagi orang yang berlindung dari perang di Gaza, adalah tindakan Netanyahu paling hina, kata aktivis petisi.

Setelah mencapai 100.000 tanda tangan petisi tersebut, pemerintah Inggris harus mempertimbangkannya untuk masuk dalam debat di parlemen.

Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti

Berkurangnya Dukungan AS

Terlepas dari validitas laporan bahwa masa bertahan Israel tinggal beberapa tahun lagi. Nyatanya dukungan AS kepada Israel mulai melemah. Sokongan anggaran militer dan lainnya yang selama ini dikenal kuat, mulai dipangkas di berbagai sektor. Hingga membuat Israel secara otomatis memangkas seluruh anggaran di berbagai sektor kegiatan utama, mulai dari militer, kesehatan dan sosial.

Presiden AS Obama memutuskan memberlakukan pemotongan anggaran belanja, dan Israel sudah menyatakan keprihatinannya. Sebab tentu pemotongan anggaran belanja AS ini akan berdampak pada situasi militer dan politik di Timur Tengah. Dana jelas akan berkurang secara signifikan yang akhirnya akan membatasi pasokan senjata dan amunisi ke Israel.

AS telah memberikan bantuan militer dan ekonomi kepada Israel sejak tahun 1948. Selama 65 tahun, bantuan AS kepada Israel telah mencapai 70 miliar dolar AS (senilai Rp944 triliun) dalam bentuk pinjaman dan hibah. Selain itu, AS tetap mempertahankan beberapa dana yang diperuntukkan untuk penambahan program pertahanan Israel. Rata-rata bantuan AS ke Israel adalah 5 persen dari APBN Israel.

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman

Apa yang akan terjadi pada Israel akibat pemotongan anggaran AS ini?. Bantuan militer tahunan AS kepada Israel yang rata-rata sebesar 3,15 miliar dolar AS (sekitar Rp42 triliun) dikabarkan akan berkurang menjadi 250 juta dolar AS saja (sekitar Rp3,3 triliun) atau turun drastis lebih dari 78% !

Bantuan AS untuk akuisisi alutsista dan pengembangan sistem pertahanan rudal Iron Dome, Arrow-2, dan Arrow-3 Israel juga akan berkurang.

Sementara itu, duta besar Israel untuk AS Michael Oren mengatakan  bahwa Tel Aviv saat ini belum memiliki informasi akurat mengenai bagaimana pemotongan anggaran AS akan mempengaruhi besarnya bantuan kepada Israel, meskipun sangat jelas bahwa pemotongan bantuan tidak dapat dielakkan.

Bagaimana jika AS nantinya benar-benar menghentikan bantuan kepada Israel? Tanpa dana ini, militer Israel memang diprediksi tetap kuat, namun tidak akan mampu bertahan dalam jangka panjang. Israel akan kewalahan melawan tentara reguler jika negara-negara Arab bersatu, juga formasi semi-gerilya pata pejuang Palestina yang tak kenal menyerah.

Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, sejak dua tahun lalu bersikeras untuk tidak mengabulkan permintaan Lembaga Perbendaharaan Negara untuk memangkas anggaran militer negaranya. Instabilitas di dunia Arab dan meningkatnya ketegangan di wilayah perbatasan merupakan salah satu alasan menolak usulan pengurangan anggaran militer. Namun sepertinya ia juga terpaksa mendukung pemangkasan anggaran tersebut.

Hal ini tentu semakin melemahkan daya tahan Israel, setelah sebelumnya memangkas anggaran 2% di setiap kementerian, kecuali pertahanan. Termasuk anggaran operasional rumah dinas Netanyahu yang harus dikurangi sebanyak  35% dari tahun sebelumnya.

Kritik intensif dari publik terhadap kehidupan super mewah Netanyahu di kediaman resminya di kawasan Al-Quds dan rumah pribadinya di pantai Kaisarea, serta menipisnya keuangan akibat perang Gaza musim lalu, berdampak pada penurunan anggaran tersebut.

Koran setempat The Jerussalem Post malaporkan informasi dari Kantor Perdana Menteri awal pekan lalu, negara hanya menyediakan anggaran perumahan pimpinan tertinggi Israel itu di bawah 2 juta shekel (sekitar 7 miliar rupiah) setahun. Pembagiannya adalah 1,7 juta shekel pada kediaman resmi di kota Al-Quds dan sisanya 285 ribu shekel untuk rumah di Kaisarea.

Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta

Padahal sebelumnya, tahun 2013 dilaporkan pemerintah mengeluarkan biaya 5,43 (skitar 19,5 miliar rupiah) juta shekel untuk dua tempat tinggal itu. Ini berarti anggaran dipangkas lebih dari 35%.

Sementara, berdasarkan data anggaran pemerintah 2015 berjalan, Israel sudah memangkas lebih dari 285 juta shekel (lebih dari 1 triliun rupiah) anggaran pos kementerian perumahan, sosial, ekonomi, keamanan publik dan kesehatan, akibat anggaran berlebih (over budget) dalam perang melawan pejuang Palestina di Jalur Gaza.

Protes Kristen-Arab

Pemotongan anggaran pendidikan Israel, berdampak pada protes pengelola sekolah-sekolah. Di antaranya demo dari kalangan Kristen-Arab sejak 1 September lalu akibat pemberlakuan aturan oleh pemerintah Israel yang memotong anggaran untuk sekolah Kristen. Sehingga banyak sekolah Kristen yang kewalahan dalam melanjutkan aktivitas sekolah.

“Krisis ini telah berlangsung sebulan, yang mengakibatkan setidaknya ada penutupan 47 sekolah yang memiliki 33 ribu murid dari berbagai kota,” ungkap Wadie Abu Nassar, Penasihat Uskup Katolik di Holy Land.

Menurutnya, pemerintah Israel terlalu lama menunda masalah dan sekedar memberikan janji. Masalah ini sudah berlangsung sejak tahun lalu, dan Israel dianggap memicu masalah dengan ketidakpastian akan solusi.

Diketahui bahwa Kementerian Pendidikan Israel telah menetapkan potongan anggaran bagi sekolah swasta Kristen, dari yang awalnya 57% menjadi 27%. Sementara itu, anggaran untuk sekolah swasta Yahudi disinyalir lebih besar.

Hal ini dianggap bersifat diskriminatif sehingga membuat umat Kristen merasa semakin terpinggirkan.

israel-dead-cp-584-5187829-300x209.jpg" alt="israel-dead-cp-584-5187829" width="300" height="209" /> Banyak prajurit Israel tewas di medan perang Gaza (Mirajnews File)

Saat Kemenangan

Diskusi panas antara Leon Panetta Edward (Direktur CIA 2009-2011 dan Menhan AS 2011-2013) dengan Ehud Barak (PM Israel 1999-2001), di antaranya membicarakan pernyataan seorang jenderal Mesir pada tahun 1973, seperti yang dilaporkan oleh Presiden AS Nixon kala itu.

Nixon mengatakan bahwa seorang pejabat Israel mendesak seorang jenderal Mesir yang masih terbaring di rumah sakit, “Kami telah mengalahkan bangsa Arab tiga kali dalam perang 1948, 1967 dan 1973. Mengapa anda terus menolak kita?”

Jenderal Mesir itu menjawab, ” Anda mungkin telah mengalahkan kami tiga kal, dan Anda mungkin mengalahkan kami 11 kali. Tapi, perang yang ke-12, kamilah yang akan menang dan Palestina akan dibebaskan.”

Tanda-tanda itu semakin Nampak dengan bergeloranya Intifadhah III tahun 2015 ini. Kelompok Hamas yang telah di-blacklist oleh pemerintahan Netanyahu, terpaksa sekarang harus berunding, dan Israel bersedia membebaskan 1.027 tahanan Palestina. Israel tidak banyak lagi pilihan yang dimilikinya.

Netanyahu sendiri dalam pidatonya di Majelis Umum PBB  Kamis (1/10/2015) lalu, di samping berisi provokasi kepentingan negaranya, ternyata mengungkap juga tentang akan selalu adanya kebangkitan untuk menghancurkan bangsa Yahudi.

Dalam pidato 43 menit itu, Kamis 1/10, Netanyahu antara lain mengatakan, “Dalam setiap generasi ada orang-orang yang bangkit untuk menghancurkan orang-orang kami,” katanya.

Netanyahu menguraikan, bahwa pada jaman dahulu bangsa Yahudi mengalami kehancuran dari kerajaan kuno Babilonia dan Romawi.

Netanyahu sadar bahwa saat ini mulai bermunculan kelompok-kelompok yang bersumpah untuk menghancurkan Israel dan mengusirnya dari kawasan suci Al-Quds dan seluruh tanah Palestina, tanpa kecuali.

Aksi membabi-buta pasukan Israel saat ini dengan membunuhi warga sipil Palestina, hanyalah lengkingan terakhir dari proses sakaratul mautnya.

Maka, momentumnya kaum Muslimin bersatu secara terpimpin (berjama’ah) untuk memberikan pukulan terakhir untuk menghentikan kedzaliman zionis Israel. Insya-Allah. (P4/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda