Presiden Cina Isyaratkan Dukung Pemerintah Yaman

Presiden Xi Jinping dan Raja Salman meresmikan pengoperasian kilang minyak Yasref, yaitu perusahaan patungan antara Saudi Aramco dan perusahaan Cina Sinopec, di Riyadh, 20 Januari 20016 (Xinhua)
Presiden Xi dan meresmikan kilang minyak Yasref,  milik usaha patungan antara Aramco dan perusahaan Sinopec, di Riyadh, 20 Januari 2016 (Foto: Xinhua)

Beijing, 11 Rabi’ul Akhir 1437/21 Januari 2016 (MINA) – Presiden Cina, telah mengisyaratkan dukungan negaranya kepada pemerintah dalam kunjungan Xi ke Arab Saudi, The National melaporkan, Rabu (20/1).

Arab Saudi dan Cina mengatakan kedua negara menegaskan dukungan mereka bagi kesatuan, kemerdekaan, dan kedaulatan Yaman. Pernyataan mereka muncul setelah Presiden Xi Jinping bertemu penguasa Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz, di Riyadh, Selasa (19/1).

Kedua pemimpin juga sepakat bahwa semua kelompok sosial, agama, dan politik di Yaman harus menjaga solidaritas nasional mereka dan menghindari keputusan yang dapat menyebabkan gangguan sosial dan kekacauan.

“Kedua belah pihak menekankan dukungan kepada rezim yang sah di Yaman,” ungkap The Nation yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Selain Saudi, Presiden Xi juga akan berkunjung ke Iran dan Mesir selama lima hari perjalanan ke kawasan tersebut. Saudi merupakan pemimpin koalisi militer pro-Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Hadi yang sedang bertempur melawan pemberontak Syiah Houthi dukungan Iran.

Ketika ditanya apakah Cina memihak Saudi dalam krisis Yaman, juru bicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei mengatakan, “Beijing selalu bertindak demi kepentingan rakyat Yaman dan demi kepentingan menjaga perdamaian di Timur Tengah, dan mempromosikan pembicaraan damai.”

“(Kami) harap bentrokan di Yaman dapat berakhir secepat mungkin dan rekonsiliasi dapat dicapai sehingga negara kembali ke stabilitas,” tambah Hong.

China sesungguhnya sangat bergantung pada pasokan mnyak dari kawasan itu, tetapi cenderung ‘menyerahkan’ diplomasi Timur Tengah kepada empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB lainnya, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Rusia.

Namun, Cina dewasa ini telah berusaha untuk lebih terlibat dalam krisis Timur Tengah, terutama di Suriah. Beijing dan Riyadh juga menyatakan keprihatinan yang mendalam atas Suriah dan menyerukan kembali dicapainya penyelesaian politik secara damai sesegera mungkin.

Dalam lawatannya di Saudi, Presiden Xi Jinping dan Raja Salman meresmikan pengoperasian kilang minyak Yasref, milik perusahaan patungan antara Saudi Aramco dan perusahaan Cina Sinopec, di Riyadh.

Pemimpin Cina tidak pernah lagi mengunjungi Arab Saudi sejak 2009 ketika Hu Jintao melawat ke sana. Jiang Zemin adalah presiden China terakhir yang mengunjungi Iran pada 2002. (P022/R07)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Syauqi S

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.