Bamako, Mali, 16 Rabi’ul Akhir 1438/15 Januari 2017 (MINA) – Presiden Mali, Sabtu (14/1) waktu setempat, menyerukan Presiden Gambia Yahya Jammeh meletakkan jabatan dan menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan.
Krisis politik Gambia mendominasi Konferensi Tingkat Tinggi Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (Ecowas) di Bamako yang diselenggarakan bersama oleh Mali dan Perancis. Demikian News24 melaporkan, Ahad (15/1), seperti dikutip MINA.
Presiden terpilih Gambia Adama Barrow secara mengejutkan hadir di pertemuan puncak itu. Ia bertemu dengan para pemimpin Afrika Barat untuk meminta bantuan mereka mengakhiri kebuntuan politik di negaranya.
“Pada tanggal 19 Januari, saya berharap kebijaksanaan Afrika akan meyakinkan saudara kita (Yahya Jammeh) bahwa Muslim yang baik seperti yang ia klaim akan memberikan kebaikan yang lebih besar untuk Gambia, yang tidak menginginkan pertumpahan darah,” kata Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita, kepada wartawan.
Baca Juga: Dua Kapal Tenggelam di Yunani, Satu Tewas Puluhan Hilang
Barrow dijadwalkan akan mengambil kekuasaan pada 19 Januari ketika mandat Jammeh sebagai presiden habis. Namun, Jammeh telah menolak untuk menyerahkan kekuasaannya setelah berselisih hasil pemilihan 1 Desember yang dimenangkan oleh Barrow.
“Kita telah mengambil sikap yang tegas. Pertama, kita telah menerima Presiden,” kata Keita, mengacu pada Barrow.
Barrow dengan tak diduga-duga terbang ke Bamako, ibu kota Mali, pada Jumat (13/1) setelah melakukan pembicaraan soal krisis Gambia di Banjul bersama Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, pemimpin Liberia Ellen Johnson Sirleaf, dan Presiden Ghana John Mahama.
Sumber pejabat Mali dan Ghana megonfirmasi bahwa para pemimpin negara telah bertemu Barrow di sela-sela KTT.
Baca Juga: Protes Agresi Israel di Gaza, Mahasiswa Tutup Perpustakaan Universitas New York
Para pemimpin setidaknya dari 30 negara berkumpul di Bamako untuk membahas terorisme di benua itu dan dampaknya pada krisis migran Eropa. Namun, isu krisis Gambia akhirnya mendominasi agenda KTT.
Negara-negara Afrika Barat siaga satu setelah Jammeh, yang telah berkuasa 22 tahun, menolak mengakui kekalahannya dalam pemilu yang dimenangkan Barrow. Pendiri dan politikus Partai Aliansi untuk Orientasi dan Pembangunan Patriotik itu ingin membatalkan pemilu. (T/R11/RI-1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan