Prof Abuddin Nata : Pesantren Berperan Besar Dalam Mempertahankan NKRI

 

Muhajirun, MINA – Prof mengatakan, Pondok berpoeran besar dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia membuktikan, saat tentara sekutu masuk ke Surabaya, lalu Presiden Soekarno meminta saran kepada KH Hasyim Asy’ari. Langsung dijawab sang kyai dengan Resolusi Jihad melawan pendudukan, kata Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

“Umat Islam menunjukkan kepeloporannya saat selebaran sekutu meminta Surabaya menyerah, tapi dialwan dengan jihad mempertahankan NKRI,” ujarnya pada Tabligh Akbar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di Masjid An-Nubuwwah Kompleks Pesantren Al-Fatah Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Ahad (6/5/2018).

Saat itu ribuan syuhada dari kalangan umat Islam, terutama guru dan santri pondok pesantren, mejadi korban melawan sekutu. Hingga sekutupun kemudian menyerah, tak sanggup lagi menguasai tanah air.

“Ini peran umat Islam bagi kejayaan negara Republik Indonesia,” ujarnya di hadapan puluhan ribu jamaah yang hadir dari berbagai penjuru tanah air dan luar negeri.

Karena itu, menurutnya, pesantren dapat menjadi laboratorium dalam membina kesatuan sesama Muslim dan sebagai bagian dari bangsa.

Ia juga menyebut, Shuffah pada masa Rasulullah merupakan lembaga pendidikan pertama dalam Islam, dan dari Shuffah inilah terlahir tokoh-tokoh besar sahabat Nabi.

Kaitan pendidikan dan kesatuan, ujarnya, memiliki hubungan saling melengkapi.

“Pendidikan bisa melahirkan kesatuan umat. Kesatuan umat bisa melahirkan pendidikan. Ini karena adanya kesatuan visi, kesatuan misi, kesatuan tujuan cita-cita kesatuan pandangan, termasuk kesatuan negeri kita semua,“ imbuhnya.

Sejarah mencatat, pendidikan Islam menjadi sentral peradaban hingga menerangi Barat, seperti Pusat Kebudayaan Alexandria, Nizhamiyah hingga Al-Azhar. (L/hnh/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0