Bandar Lampung, 10 Syawal 1438/5 Juli 2017 (MINA) – Pendidikan dengan bekal agama akan menghasilkan insan cerdas bermanfaat bagi pribadi, masyarakat, dan negara.
Demikian Pembina Shuffah Al-Qur’an Abdullah Bin Mas’ud (SQABM), Prof. Dr, Arifien Bratawinata pada sosialisasi keluarnya izin operasional SQABM di Masjid At-Taqwa, Komplek Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Rabu, (5/7) malam.
Menurutnya, keberadaaan negara maju itu dikarenakan perhatian terhadap pendidikannya besar guna menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM).
Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia
“Negara maju, seperti jepang itu karena SDM, padahal tidak ada SDA nya. Singapura, Jerman, Belanda juga begitu. Bagaimana dengan Indonesia, punya batubara, emas, gas,minyak, hutannya bagus, tapi payah, karena presentase pendidikan nya tidak seperti negara maju tersebut,” katanya.
Namun Arifien menekankan point pendidikan itu ada pada pendidikan etika dan moral, itu yang tidak dimiliki negara-negara maju tersebut.
“Tapi negara-negara maju tersebut ada kurangnya, tidak dilengkapi pendidikan etika dan moral, tidak menjadikan Al-Qur’an, agama ini sebagai dasar,” katanya.
Sehingga Jepang misalnya, secara individu banyak yang bunuh diri, karena tidak ada kebahagiaan. Jerman banyak yang memelihara anjing daripada memelihara anak. Banyak yang frustasi. Di Jerman jarang punya anak dua satu pun sudah banyak, ini salah satu dampak dari tidak punya etika moral agama.
Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren
“Di indonesia bagaimana? Justru orang pinter jadi orang jahat. Orang pinter jadi pejabat. Rusaknya negara oleh koruptor karena tidak memahami agama,” katanya.
Arifien juga memaparkan bagaimana saat menjadi Rektor Universitas Mulawarman Kalimantan Timur memberikan beasiswa bagi santri di seluruh pelosok tanah air termasuk pesantren Al-Fatah yang sudah mengadakan MoU dengan Unmul saat itu yang diluar dugaan bisa sukses.
“Awalnya saya ragu, bisa bertahan tidak santri di lingkungan kampus. Ternyata IPK nya baik, diatas 3 semua, dan tidak ada yang DO, padahal saya biasa mengeluarkan mahasiswa sampai 500-an tapi alhamdulillah tidak ada satupun alumni pesantren,” katanya.
Ternyata menurutnya yang juga melakukan riset kepada para santri, ini disebabkan pendidikan rohani yang diberikan kepada mereka.
Baca Juga: Konferensi Internasional Muslimah Angkat Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan
“Saya tanya ke beberapa mahasiswa asal pesantren yang sukses di kampus itu, ternyata ada kebiasaan rutin mereka, yakni puasa sunnah, mengaji Al-Qur’an, dan shalat tahajud,” ujarnya.
Karenanya, Arifien menghimbau agar masyarakat bisa membesarkan SQABM ini dengan cara menguliahkan putra-putrinya di SQABM yang akan dicetak menjadi SDM unggul berbasis AL-Qur’an.
SQABM telah mendapatkan izin operasional dari Kementerian Agama yang tertuang dalam SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam (DIRJEN PENDIS) Kementerian Agama Republik Indonesia, No. 3373 tahun 2017 tentang Izin Pendirian Perguruan Tinggi Shuffah Al-Qur’an Abdullah Bin Mas’ud (SQABM) yang dikeluarkan di Jakarta tanggal 16 Juni 2017.
SQABM merupakan Lembaga Tinggi unggulan berbasis Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam upaya tegaknya syariat Islam yang rahmatan lil ’alamin serta menghasilkan cendekiawan Muslim yang berkualitas, berilmu dan berakhlaqul karimah.(L/B01/P1).
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Al-Aqsa, AWG Gelar Sosialisasi di PPTQ Khadijah Pesawaran Lampung
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).