Profesor Yahudi AS: Gaza dalam Jurang Bencana Kemanusiaan

Norman Finkelstein. (Foto: Middle East Eye)

New York, MINA – Seorang profesor ilmu politik dan penulis Yahudi Amerika Serikat (AS) Norman Finkelstein mengatakan, Selasa (31/1), Jalur yang terblokade tengah masuk ke dalam jurang .

“Gaza kini sedang dalam bencana kemanusiaan yang nyata, tertutup dari dunia luar dan dengan cepat, secara harfiah menjadi tak layak huni,” kata Norman Finkelstein di Columbia University di New York.

Finkelstein, yang telah menulis beberapa buku termasuk buku berjudul “The Holocaust Industry” dan “Method and Madness,” mengatakan, telah melakukan “kejahatan perang” di dan menambahkan lebih dari 1.400 warga sipil telah meninggal di sana sejak tahun 2014.

Kondisi di Gaza saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini terjadi sejak terjadinya blokade yang telah terjadi selama 11 tahun, ditambah dengan adanya tiga agresi militer yang dilakukan Otoritas Pendudukan Israel ke Jalur Gaza, Palestina.

Lebih dari 2 juta jiwa hidup dan tinggal di Jalur Gaza. Sementara berdasarkan Badan Statistik Palestina, angka kemiskinan di Gaza telah mencapai 80%, dan 65% diantaranya berada di bawah garis kemiskinan. Angka pengangguran kini mencapai 5%, separuhnya dari kalangan pemuda dan lulusan universitas.

Setidaknya terdapat 21 ribu anak yatim yang tidak mendapat santunan disebabkan adanya pelarangan dan penutupan rekening LSM oleh Israel.

Sementara itu, dibidang industri terdapat 80% pabrik yang tidak bisa beroperasi akibat pelarangan dari Israel memasukkan bahan-bahan ke Jalur Gaza.
Sejumlah 40% rumah warga Palestina rata dengan tanah dalam agresi militer Israel tahun 2014 dan hingga kini belum bisa dibangun kembali dan ada ribuan hunian lagi yang tak layak huni.

Selain itu, juga adanya pemutusan aliran listrik yang terjadi selama 20 jam setiap harinya. Bahkan, adanya penutupan semua pintu perlintasan perdagangan ke Gaza dan dibiarkannya satu pintu perlintasan yang kecil dan tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyat Gaza.

Dia juga mengkritik keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, yang memicu protes dan demonstrasi global di wilayah Palestina.

“(Keputusan) Itu hanya dibuat oleh satu orang, yaitu Trump, tidak memiliki investasi institusional di belakangnya, saya rasa itu tidak akan menimbulkan banyak konsekuensi. Memiliki efek sebaliknya. Masyarakat internasional mengatakan ‘kita tidak akan menerimanya,'” ujarnya.

Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Israel-Palestina, dengan orang-orang Palestina berharap bahwa Kota Al-Quds (Yerusalem) yang diduduki oleh Israel sejak tahun 1967 akhirnya dapat berfungsi sebagai ibukota negara Palestina merdeka.

Norman G. Finkelstein, seorang profesor Yahudi yang menerima gelar doktor pada 1988 silam dari Departemen Politik di Universitas Princeton. Dia saat ini mengajar di Pusat Sakarya University untuk Studi Timur Tengah di Turki. Finkelstein adalah penulis sepuluh buku yang telah diterjemahkan ke dalam 50 edisi asing.(T/R01/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)