Al-Quds, 2 Sya’ban 1436/20 Mei 2015 (MINA) – Profesor Yahudi Norman G. Finkelstein mengatakan, mempertahankan diri yang dilakukan Hamas dari agresi Israel adalah wajar.
“Dukungan penuh untuk perlawanan tanpa kekerasan massal, seperti mengatur demonstrasi besar, dikoordinasikan dengan gerakan solidaritas internasional, melewati pos pemeriksaan Erez,” kata Finkelstein dalam sebuah wawancara dengan koran Alresalah yang berbasis di Gaza pada Selasa (19/5) kemarin.
Menurutnya, Palestina harus mengambil keuntungan dari aset terbesar mereka yang diterima dari bea dan cukai, serta dukungan yang mereka miliki di seluruh dunia, demikian Pusat Info Paalestina melaporkan.
Berbicara tentang peningkatan hubungan Hamas-Eropa, Finkelstein mengatakan, hal itu adalah proses yang sulit, karena permusuhan terhadap Hamas, dan Eropa takut, Islam berkembang di Eropa.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Jika Hamas mengartikulasikan tujuan yang wajar, dan terlibat dalam perlawanan sipil tanpa kekerasan massa, dan melakukan upaya dengan gerakan solidaritas internasional, itu bisa mungkin menang atas banyak opini publik Eropa ke Palestina,” ujarnya.
Mengenai kelanjutan proses perdamaian itu, ia menyatakan, “Tidak pernah ada proses perdamaian. Ada proses aneksasi yang menggunakan proses perdamaian sebagai kamuflase untuk menguntungkan Israel,” tegasnya.
Pada tahapan saat ini, tegasnya, proses perdamaian dimulai dengan kesepakatan Oslo tahun 1993. Pada saat itu, ada 250.000 pemukim Yahudi ilegal di wilayah Palestina yang diduduki. Dua dekade kemudian, ada lebih dari 550.000 pemukim.
“Yang menangkap esensi dari tujuan proses perdamaian adalah sebenarnya untuk membenarkan Israel atas penyerangan di Tepi Barat,” lanjutnya.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Profesor Finkelstein mengecam keras Mesir dan dukungan Arab Saudi ke Israel selama agresi Gaza. “Liga Arab bertemu hanya sekali, dan itu pun efektif mendukung usulan gencatan senjata pro-Israel yang diajukan oleh Al-Sisi,” dia menunjukkan.
“Pada tingkat regional, apakah itu Irak, Suriah, Yaman, Mesir, Bahrain, berbagai bangsa Arab kini disibukkan dengan bencana dalam negeri mereka sendiri. Hal itu menyebabkan Palestina tidak lagi memiliki perintah di wilayahnya,” tegasnya.
Menurut Finkelstein, AS berharap untuk menggunakan Mesir, Yordania, dan Pemerintah Palestina untuk memeras rakyat Palestina. Sementara Al-Sisi lebih tertarik dalam aliansi dengan Israel.
Norman G. Finkelstein, seorang profesor Yahudi yang menerima gelar doktor pada 1988 silam dari Departemen Politik di Universitas Princeton. Dia saat ini mengajar di Pusat Sakarya University untuk Studi Timur Tengah di Turki. Finkelstein adalah penulis sepuluh buku yang telah diterjemahkan ke dalam 50 edisi asing. (T/P011/r02)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)