Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
الصيام جنة. فإذا كان أحدكم صائما، فلا يرفث، ولا يجهل. فإن امرؤ قاتله، أو شاتمه، فليقل: إني صائم، إني صائم
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Artinya: “Puasa itu adalah perisai, maka apabila seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata rafats (kotor) dan jangan pula bertingkah laku jahil (sepert mengejek, atau bertengkar sambil berteriak). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan “Aku orang yang sedang puasa, Aku orang yang sedang puasa”. (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Digambarkan, dalam suatu pertempuran di medan peperangan, di samping diperlukan tentara yang terlatih, perbekalan senjata yang memadai, dan suplai bahan makanan yang mencukupi. Juga sangat diperlukan adanya perisai atau benteng yang kokoh dan anti senjata lawan, sehingga tidak mudah ditembus musuh.
Kalau boleh diibaratkan, dalam medan kehidupan, kita adalah para tentara yang sudah, sedang, dan akan terus berjuang melawan berbagai tantangan dan godaan kehidupan.
Tantangan demi godaan yang kta hadapi, pada hakikatnya adalah sarana pendewasaan kepribadian kita, apabila kita mampu mengambil ibrah dari setiap kejadian. Tentu hal itu akan memunculkan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Sehingga apabila kita pernah terjerembab dalam suatu kasus yang menjatuhkan. Kita tidak akan terjerumus dua kali ke dalam lubang yang sama.
Perbekalan senjata, bagaikan harta dan segala yag kita miliki sebagai sarana penguat perjuangan. Untuk dapat bersedekah, menunaikan zakat, membangun masjid, pergi umrah dan haji, serta perjuangan di bidang lainnya memerlukan dana yang tidak sedikit. Tapi senjata yang canggih sekalipun tentu tidak ada gunanya, kalau tentara yang akan menggunakannya sendiri tidak bisa mengoperasikannya dengan baik dan benar.
Demikian halnya, harta yang banyak di tangan seseorang tidaklah berfaidah di sisi Allah, kalau digunakan untuk kemungkaran, kemaksiatan, dan kemudharatan.
Allah mengingatkan di dalam firman-Nya:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَن تُغۡنِىَ عَنۡهُمۡ أَمۡوَٲلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔ۬اۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِۚ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ
Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS Ali Imran: 116).
Pada ayat lain dikatakan:
وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أَمۡوَٲلُڪُمۡ وَأَوۡلَـٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ۬ وَأَنَّ ٱللَّهَ عِندَهُ ۥۤ أَجۡرٌ عَظِيمٌ۬
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Artinya: ”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS Al-Anfal: 28).
Sedangkan garda paling depan dalam peperangan adalah perisai atau benteng yang kokoh tidak mudah ditembus musuh. Tentara yang terlatih, disertai persenjataan canggih, tentu akan mudah dilumpuhkan jika musuh mudah masuk menyelusup ke dalam akibat perisai benteng yang berlubang.
Begitulah kita dalam mengarungi lekuk liku kehidupan yang penuh dengan godaan dan rayuan kemaksiatan. Tentu akan begitu saja kita mudah dilumpuhkan, akibat benteng iman yang berlubang tidak kokoh.
Puasa adalah media memperkuat perisai dan memperkokoh benteng iman dari ajakan kemaksiatan dari luar maupun serangan nasfsu dalam diri kita. Puasa melatih kita untuk meredam gejolak hawa nafsu dan mendidik kita menjaga batas-batas syariat-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Sehingga kita menjadi hamba-hamba muttaqin, tentara-tentara Allah yang dicintai-Nya, yang mampu mempergunakan senjata harta kita untuk jalan yang direstui Allah.
Dalam kaitan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan garansi:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحْفَظُ مِمَّا يَنْبَغِيْ لَهُ أَنْ يَتَحَفَّظَ مِنْهُ كَفَّرَ مَا كَانَ قَبْلَهُ
Artinya: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan, dengan mengetahui batas-batasnya dan menjaga hal-hal yang mesti dijaga, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR Ahmad).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Semoga kita mendapatkan ampunan Allah dengan hadirnya bulan suci Ramadhan ini. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat