Jerusalem, 15 Rabi’ul Awwal 1435/17 Januari 2014 (MINA) – Sebanyak 22 pemukim Yahudi yang dikawal ketat oleh tentara pendudukan Israel keskian kalinya menyerbu Masjid Al Aqsha untuk melakukan doa dan ritual Talmud.
Koordinator Media Yayasan al-Aqsa untuk Wakaf dan Warisan Mahmoud Abu Atta mengatakan para pemukim berkeliaran secara profokatif dan menangkap dua warga Palestina yang mencoba menhalangi kelompk pemukim liar tersebut memasuki Masjid Al Aqsa, demikian diberitakan oleh Alray yang dikutip oleh Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis.
Menurut catatan MINA pada pekan lalu hampir 34 unsur intelijen dan 89 pemukim ilegal, bersama rabi ekstrimis, Yehuda Glick menyerbu masjid pada Rabu (8/1) pagi dan melakukan tur provokatif di sekitar lingkungan kiblat pertama bagi umat Islam itu.
Selama beberapa dekade terakhir, Israel telah mencoba untuk mengubah tata letak demografi Yerusalem dengan membangun pemukiman ilegal, merusak situs sejarah, dan mengusir penduduk Palestina setempat.
Seksi Dokumentasi dan Pemantauan Wakaf Islam di Al-Quds Palestina melaporkan, lebih dari 9.050 pemukim ilegal ekstrimis Yahudi Zionis, termasuk para menteri, anggota Knesset, pejabat intelijen, dan tentara serta polisi penjaga turis asing telah menyerbu Masjid Al-Aqsha selama setahun terakhir ini.
Wakaf Islam Al-Quds menunjukkan, jumlah penyerbuan memuncak pada September 2013 menandai masuknya 1.595 pemukim ilegal ekstrimis Zionis ke masjid tersuci ketiga bagi umat Islam itu untuk merayakan perayaan ‘Penebusan Dosa’ Yahudi.
Hampir setiap hari dalam sepekan kecuali Jumat dan Sabtu, para ekstremis Yahudi Zionis menyerbu masjid Al-Aqsha melalui Gerbang Al-Magharibah, barat masjid yang kuncinya disita Otoritas penjajah Israel sejak pendudukan Al-Quds (Yerusalem) Timur pada tahun 1967.
Pusat Informasi Ein Al-Hilwa mengatakan dalam sebuah laporan, Sabtu (4/1), terjadi eskalasi penyerangan ke mesjid tersebut oleh pihak pemerintah penjajah Israel dan kelompok-kelompok Yahudi ekstremis selama 2013.
Pusat informasi tersebut menyatakan, fenomena itu terjadi akibat panggilan tertulis dari parlemen Israel, Knesset untuk membagi masjid Al-Aqsha antara Muslim dan Yahudi, sebagaimana terjadi pada Masjid Ibrahimi di Al-Khalil (Hebron), selatan Tepi Barat, pada tahun 1994.
Juga dalam rencana untuk membangun kuil mitos, para ekstrimis Yahudi menyebutnya “Temple Mount (Kuil Bukit)”, yang diklaim berada di dalam masjid Al-Aqsha.
Pusat Informasi tersebut mendokumentasikan 13 serangan dilakukan pasukan penjajah Israel termasuk pasukan khusus, penembak jitu, intelijen, dan pasukan polisi yang menyamar, selama Februari, Maret, Mei, September, dan Desember 2013.
Pelanggaran paling menonjol juga terjadi di Al-Aqsha selama 2013 yaitu seorang perwira penjajah Israel menginjak dan menendang salinan Al-Quran, seorang wanita Israel melakukan ritual Talmud, memaksa membuka kerudung seorang wanita Muslim, mengibarkan bendera Israel, dan meminum anggur di lingkungan masjid bersejarah itu.
Selama 2013, polisi penjajah Israel mengijinkan ekstrimis Zionis Yehuda Glick memimpin penyerbuan harian ke Masjid Al-Aqsha dan terus membuat masalah serta memprovokasi umat Islam di sana.
Polisi sempat melarang Yehuda Glick memasuki masjid Al-Aqsha selama enam bulan, namun kemudian tiba-tiba larangan itu dicabut. Kepala Kepolisian Israel di Kota Tua Al-Quds, Avi Biton malah memerintahkan untuk mengizinkan Yehuda Glick berada di masjid dan berjanji Biton akan memastikan perlindungan bagi Rabi Yahudi radikal itu.(T/P08)
Mi’rj Islamic News Agency (MINA)