Washington, Mina – Ratusan demonstran berkumpul depan Kedutaan Besar Israel di Washington, Amerika Serikat (AS), untuk memprotes blokade baru-baru oleh Israel atas Masjid Al-Aqsa di Alquds (Yerusalem) dan pelarangan salat Jumat di situs suci umat Islam tersebut.
Orang-orang Palestina, Kristen, dan Yahudi Ortodoks termasuk di antara mereka yang berpartisipasi dalam demonstrasi yang diselenggarakan oleh Muslim Amerika untuk Palestina (AMP).
“Kami berada di sini karena kami melihat semua yang dilakukan Israel selama berpuluh-puluh tahun terhadap rakyat Palestina benar-benar salah dan langkah yang mereka ambil meningkatkan kekerasannya ke tingkat yang hanya mendorong konflik dan memicu kebencian,” ujar Rabi Dovid Felman, Presiden organisasi Naturei Karta International, atau Jewish United Against Zionism, kepada Anadolu Agency, Sabtu (29/7) waktu setempat.
Felman menekankan bahwa menindas, membunuh, dan mencuri adalah perbuatan yang salah menurut Yudaisme (kepercayaan Yahudi). Ia mengacu pada tindakan brutal Israel terhadap orang-orang Palestina.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
“Kami menemukan hari ini, Palestina adalah tempat terburuk bagi orang Yahudi atau Muslim. Sayangnya, semua ini disebabkan oleh penciptaan Zionisme dan pembentukan negara Israel,” kata Rabi Felman.
Ketika umat Islam melaksanakan salat di depan kedutaan, yang lainnya memegang spanduk bertuliskan, “Orang-orang yang mengimani Taurat di Yerusalem dan di seluruh dunia mengecam agresi di Al-Aqsa dan pendudukan tanah Palestina” dan “Yudaisme menolak Zionisme dan negara Israel”.
Direktur Kebijakan Nasional AMP, Dr Osama Abuirshaid, mengatakan pemerintah Israel dapat menolak hak warga Palestina untuk beribadah dengan bebas, namun kedutaan mereka di Washington DC tidak memiliki hak yang sama dan tidak dapat menahan kebebasan beragama dan berekspresi.
“Kami akan terus berjuang melawan ketidakadilan Israel di negara ini sampai Palestina dan rakyat Palestina merdeka, tegasnya.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun di Penjara, Amerika Bebaskan Saudara laki-laki Khaled Meshaal
Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), Nihad Awad, mengatakan aksi unjuk rasa tersebut juga untuk menunut pemerintahan Presiden Donald Trump agar memajukan tindakan-tindakan yang melinungi rakyat Palestina.
“Kami di sini untuk memberi tahu pejabat terpilih kami dan pemerintahan Trump agar berperilaku sebagai pemerintah Amerika yang berguna dengan melindungi kebebasan beragama di dalam dan luar negeri.”
Dia juga mengingatkan tindakan brutal Israel menyerang warga Palestina dengan mengunakan senjata, uang, dan dukungan Amerika.
Kristin Szremski, Direktur Media dan Komunikasi AMP, meminta para demonstran untuk menghubungi anggota kongres mereka dan Departemen Luar Negeri guna menekan Israel.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
“Pendapat publik Amerika berubah. Kongres berubah. Israel telah menjadi topik partisan di Kongres. Dahulu bipartisan,” kata Szremski. “Sekarang sangat partisan. Ini hanya masalah waktu dan mereka mengetahuinya. Itu sebabnya tindakan mereka (Israel) semakin brutal.”
Kemarahan meluap di Tepi Barat sejak 14 Juli, ketika Israel memberlakukan pembatasan keamanan di kompleks Masjid Al-Aqsa – sebuah situs yang dihormati oleh umat Islam dan Yahudi. (T/R11/RS1)
Miraj Islamic News Agency/MINA