Renungan H-1 Ramadhan : Memasuki Bulan Puasa dengan Hati Bersih

Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Sana’a, Yaman, Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

Beberapa detik lagi kita kaum Muslimin akan memasuki bulan suci Ramadhan. Karena ini bulan suci, maka alangkah baiknya kita sucikan atau paling tidak kita bersihkan hati kita dari kesyirikan, kebatilan dan penyakit-penyakit hati nolainnya.

Bersihnya hati kita, jiwa kita, ruh kita, akan berdampak pada raga kita, akan dengan lapang melaksanakan segala perintah Allah dan ama-amal kebajikan. Serta dijauhkan dari perbuatan dosa, kemaksiatan dan kemungkaran.

Dengan memasuki bulan suci Ramadhan, berarti kita sudah siap menerima limpahan pahala, keberkahan dan kemuliaan dari Allah. Sementara jika hati masih kotor, masih menginginkan kemaksiatan, masih terpikirkan berbuat dosa, malah masih merencanakan dendam, tak memaafkan. Lalu, pantaskah kita mamasuki bulan suci Ramadhan?

Belum lagi, kalau kita hendak masuk surga, tempat yang suci. Apakah kita juga layak memasukinya? Sementara hati kita masih dipenuhi dengan kedengkian, iri hati, apalagi kesyirikan dalam memperibadati-Nya?

Allah mengingatkan kta di dalam Al-Quran:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Artinya: “Pada hari harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Asy-Syu’ara : 88-89).

Bagaimana untuk mendapatkan hati yang bersih? Paling tidak ada tiga caranya:

Pertama, hati yang merasa ridha dengan apa yang Allah ridhai.

Allah ridha kita patuhi perintah-Nya, ya kita patuhi. Kalau kita senang baca Quran, tentu Allah ridha. Ya kita gemar baca Quran.

Kedua, hati yang bersih dari rasa suka kepada hal-hal yang tidak disukai oleh Allah.

Kalau Allah tak suka kita berbuat maksiat, ya jangan kita dekati. Kalau Allah tak senang kita makan harta hatam dan riba. Maka jangan kita kerjakan.

Kalau Allah saja Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Kok kita tidak mudah memaafkan. Itu berarti hati kita belum bersih.

Ketiga, hati yang selalu menggerakkan pemiliknya untuk selalu berdzikir dan bergantung kepada Allah.

Di rumah, di masjid, di keramaian, di kesendirian, selalu ingat kepada Allah. Selesai shalat dzikir kepada Allah, pagi dan sore dzikir kepada Allah. Malam hari mau tidur, dan bangun tidur dzikir kepada Allah.

Mudah berdzikir, nikmat berdzikir. Menandakan hatinya bersih. Sudah berdzikir, malas berdzikir, enggan berdzikir. Menunjukkan masih ada bintik-bintik kotoran di dalam hatinya. Mungkin sebab maksiat, dosa, banyak hayalan, kecanduan keduniaan, lebih banyak musik yang memasukinya.

Nah, ini kesempatan terbaik. Manakala Allah sampaikan kita pada bulan suci Ramadhan. Momentum terbaik kita memperbaiki hati kita seraya membersihkannya. Selagi syaitan dibelenggu, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Semoga Ramadhan tahun ini menjadi kesempatan terbaik kita untuk mendapatkan hati yang bersih, jiwa yang selamat. Sehingga mendapatkan ridha dan ampunan Allah. Aamin. (A/RS2/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.