Renungan H-2 Ramadhan : Menyusun Agenda Ramadhan

Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Sana’a, Yaman, Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

Layaknya mengadakan acara akbar, menyambut tamu penting, maka dibuatlah agenda kegiatan yang akan dilaksanakan. Mulai dari susunan acara, pembicara, menu hidangan, meja kursi, seragam petugas, hingga aksessoriesnya.

Semua harus tampil maksimal sesempurna mungkin. Bahkan gladi resik pun dilakukan paling tidak dua kali untuk melihat penampilannya. Sehingga mana-mana yang kurang bisa diperbaiki.

Apalah lagi ini tamu agung, yang datang setahun sekali, akan memberikan kita kesempatan menjadi lebih baik, derajat takwa mencapai tingkat kesempurnaan dan peluang ampunan dosa-dosa.

Paling tidak, ada dua agenda utama kegiatan kita pada bulan suci Ramadhan.

Pertama, melaksanakan puasa Ramadhan dengan penuh khidmat dan kekhusyu’an.

Maknanya, kita bukan sekedar berpuasa dari makan dan minum. Namun, harus lebih dari itu. Mulut kita juga berpuasa dari kata-kata yang mengandung dosa, maksiat, fitnah, ghibah dan dusta.

Substitusinya, kita ganti ucapan lisan kita dengan tadarrus Al-Quran, dzikrullah, doa, dan kalimat-kalimat yang bermanfaat.

Demikian juga anggota badan kita, kita gunakan untuk hal-hal yang mendatangkan rahmat dan ridha Allah. Mulai dari tangan kita, kaki kita, mata kita, telinga kita semuanya kita gunakan untuk jalan takwa. Sesuai tujuan utama berpuasa Ramadhan, adalah untuk menjadikan kita sebagai orang-orang bertakwa. Sesuai firman-Nya :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 183).

Kedua, kita hiasi sepanjang hari dan malam kita dengan Al-Quran. Kita baca huruf-hurufnya, kita pahami kandungan isinya dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saja bertdarus, bermuroja’ah, mengulang-iulang kembali bacaan Al-Quran, langsung di hadapan Malaikat Jibril.

Para sahabat, ulama dan orang-orang shalih, ada yang mengkhatamkan Al-Quran sampai berkali-kali sepanjang Ramadhan. Khusus selama bulan suci ini, bahkan ada yang sampai khatam 10 kali, 30 kali, hingga 60 kali. Subhaanallaah.

Lalu, kita? Nabi bukan, sahabat bukan? Ulama juga bukan. Karena itu, marilah kita penuhi hari-hari Ramadhan ini dengan tadarus Al-Quran. Kita catat target berapa kali khatam Quran. Mumpung syaitan dibelenggu.

Kalau Ramadhan ini, minimal satu kali khatam saja tidak bisa. Mau sampai Ramadhan kapan lagi? Mau sampai umur berapa tahun lagi?

Persoalannya sebenarnya bukan kita tidak mampu. Tapi tidak mau. Bagi yang belum bisa membaca Quran dengan lancar, maka saatnya belajar Quran. Kita bisa juga menyimak murottal Al-Quran satu hari satu juz, sehingga satu bulan khatam.

Inilah bulan Al-Quran, seperti Allah sebutkan di dalam ayat:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ 

Artiny: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS Al-Baqarah [2]: 185).

Begitulah, Ramadhan bulan puasa, bulan Al-Quran, bulan amal kebajikan. Maka, jangan kita sia-saiakan lewat begitu saja.

Semoga Allah berikan kekuatan lahir batin, taufik dan bimbingan-Nya, untuk kita dapat beribadah sesempurna mungkin, pada bula suci Ramadhan ini. Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)