Renungan H-7 Ramadhan : Membelenggu Syaitan

Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Sana’a, Yaman, Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

 

Sudah menjadi tabiat syaitan untuk selalu memusuhi anak cucu Adam. Mereka selalu memerangi kita, merayu kita, membujuk kita, hingga kita tersesat dari aturan Allah.

Itu sudah menjadi sumpah Iblis, ketika harus dikeluarkan dari surga-Nya.

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿ ﴾ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ﴿ ﴾

Artinya: “Iblis berkata, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS Al-A’râf : 16-17).

Maka, jika kita hendak beribadah, kita akan mengajak pada kebaikan, kita mau bersedekah. Semua itu bertentangan dengan ajaran syaitan. Maka, dengan sekuat tipu daya, syaitan dan balatentaranya pun akan berusaha menghalangi niat baik kita.

Syaitan akan membujuk kita dengan kemalasan, nanti takut miskin, susah, repot, lelah, dan sebagainya. Dan walau syaitan itu tidak tampak oleh mata. Tapi ia merupakan musuh yang nyata.

Celakanya, syaitan itu punya banyak waktu untuk merencanakan, menipu dan memperdaya manusia. Sementara manusia sibuk dengan dunianya. Ia tidak memikirkan cara bangaimana menghadapi musuhnya itu.

Bagaimana tidak kalah? Syaitan menyusun aneka strategi dengan bala tentaranya hendak menyerang kita. Kita sendiri tidak punya pertahanan yang kuat. Malah sibuk saja dengan pekerjaan, permainan, dan pembicaraan tak berguna.

Yahya bin Mu’adz ar-Razi, seperti dijelaskan di dalam Kitab Minhajul Abidin, mengatakan, “Syaitan itu pengganggu. Ia mempunyai banyak waktu untuk menjalankan rencananya. Sedangkan manusia terlalu sibuk, dan syaitan mengetahuinya. Manusia melalaikan syaitan, namun syaitan itu selalu mengingat manusia yang akan ditipunya.”

Oleh karena itu, kita harus bertekad bagaimana caranya melawan syaitan, bila perlu membelenggunya. Sehingga mereka tak mampu memperdayai kita. Caranya?

Pertama, dengan sering memohon perlindungan Allah dari segala godaan syaitan yang terkutuk. “A’uudzubillaahi minasy syaithaanir rojiim”.

Bukan hanya sekali, bukan sekedar di lidah, juga bukan kata tanpa makna. Kalimat ajaib ini mengandung kekuatan dahsyat. Dengan menyandarkan hanya kepada Allah, hanya Allah yang mampu menghalau syaitan. Maka kita akan diberi kemapuan mengatasinya.

Kedua, kita harus sekuat tenaga menghambat jalan-jalan syaitan untuk menggoda kita.

Imam Al-Ghazali menjelaskan dua langkah pokok di antara beberapa langkah , yaitu dengan memperbanyak dzikir kepada Allah dan menghindari tempat-tempat maksiat.

Dzikir kepada Allah, termasuk doa, istighfar, shalawat, membaca basmallah. ta’awudz, shalat, dan dzikir-dzikir lainnya dapat mempersempit ruang gerak syaitan. Termasuk membaca Al-Quran.

Dengan ucapan-ucapan lisan itu, yang dihayati dalam hati, dengan penuh keikhlasan, akan membuat syaitan terbelenggu. Maka, caranya ya memperbanyak dzikir itu.

Maka, di setiap pekerjaan dan tempat ada dzikir atau doanya. Mulai dari dzikir atau doa sebelum dan sesudah makan, masuk dan keluar kamar mandi, dan akan keluar rumah. Doa di perjalanan, ketika memasuki kawasan, saat sedih, waktu ditimpa musibah dll. semua ada doanya agar kita tidak mudah digoda syaitan.

Jangn heran jika orang-orang shalih terdahulu, begitu kuat dalam mengikuti tuntunan Nabi dalam berdzikir. Ada yang senantiasa membaca doa pagi dan sore hari. Ada yang beristighfar seribu kali setiap harinya. ada yang mampu bershalawat kepada Nabi lima ribu kali sepanjang harinya.

Ada orang yang dengan bahagianya mengkhatamkan Al-Quran tiap tiga hari sekali. Ada yang dengan ringannya bertahajud di keheningan 11 rakaat tiap malamnya. Itu semua perbuatan manusia, bukan Malaikat. Artinya, kita bisa juga melakukannya. Bukan soal tidak mampu, tapi tidak mau saja.

Lalu, sudah sekuat apakah pertahananan jiwa kita menghadapi godaan syaitan, dengan sedikit dzikir, minim tadarus Quran, tak ada shalawat dan istighfar. Astaghfirullaahal ‘adziim.

Pantaslah, kita seringkali kalah tak berdaya dengan tipu daya syaitan. Kita masih suka maksiat, senang korupsi, suka membicarakan aib orang, enggan bersedekah, dsb dsb.

Ya, Allah kalau bukan dengan kehadiran bulan suci Ramadhan, bulan dibelenggunya syaitan, mau kapan lagi?

Karena itu, “Ya Allah panjangkanlah umur hamba-Mu ini hingga berjumpa lagi dengan bulan suci Ramadhan.” Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. (A/RS2/P1) 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.