RENUNGAN PERAYAAN TAHUN BARU: KETIKA NIKMAT JADI ADZAB

(Gambar: markazbabulmusthofa)
(Gambar: markazbabulmusthofa)

Oleh Rendy Setiawan, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Allah Ta’ala berfiman

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ‌ۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ۬ (٧)

Artinya: “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mema’lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah ni’mat kepadamu, dan jika kamu mengingkari ni’mat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)

Di penghujung akhir tahun 2015 ini, ada satu permasalahan yang terus berulang tiap tahunnya. Perayaan yang semakin semarak. Dalam hal ini, tokoh-tokoh dan da’i-da’i Muslim harus berjuang ekstra dalam membendung fenomena lama tapi baru itu. Dikatakan baru karena di dalamnya muncul perkara-perkara baru, muncul ide-ide baru dan muncul kreativitas-kreativitas baru pada setiap episodenya untuk melemahkan iman seorang Muslim.

Yang perlu kita renungi, betapa banyak dan besar yang telah Allah Ta’ala anugerahkan kepada kita. Betapa banyak pula kasih sayang Allah Ta’ala kepada kita, khususnya masyarakat Indonesia selama 2015 ini.

Kita bersyukur kepada Allah sampai detik ini, umat Islam di Indonesia masih diberikan kesempatan untuk merenungi ciptaan Allah yang Maha Dahsyat, untuk menyaksikan alam sebagai kebesaran Allah Ta’ala.

Sudah sepantasnyalah kita mensyukuri semua nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada kita. Karena bersyukur berarti mempertahankan nikmat. Tapi ada dari kita yang setelah dianugerahi berbagai macam nikmat dan kemudahan serta kelapangan oleh Allah Ta’ala berubah menjadi kufur. Inilah yang dapat mengubah nikmat menjadi .

Dapatkah nikmat berubah menjadi adzab? Maka jawabannya iya dan hal itu sangat bisa terjadi.  Karena itu, marilah kita senantiasa berdoa, seperti doa yang diajarkan  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai berikut: “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat, dari azab yang datang tiba-tiba, berubahnya keselamatan yang diberikan oleh-Mu dan dari semua kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim).

Berikut ini beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan nikmat berubah menjadi azab/bencana, khususnya di malam tahun baru yang notabene diwarnai dengan berbagai tindakan dan perilaku yang seharusnya tidak dilakukan, antara lain;

Pertama: perbuatan maksiat dan dosa. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menegaskan hal itu, di antaranya, firman-Nya:

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (٤١)

Artinya:Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum [30]: 41).

Dan perhatikan juga firman-Nya, yang lain:

مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٍ۬ فَمِنَ ٱللَّهِ‌ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ۬ فَمِن نَّفۡسِكَ‌ۚ 

Artinya: “ Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri....” (QS. An-Nisaa’ [4]: 79).

Dari dua ayat di atas telah cukup bagi kita bahwa Allah Ta’ala menurunkan adzab-Nya bukan tanpa alasan, tetapi karena ada sebuah faktor. Salah satu faktornya adalah banyaknya perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan oleh manusia terhadap Tuhan-Nya maupun terhadap alam sekitarnya.

Kedua, tidak memenuhi hak Allah Ta’ala atas nikmat tersebut. Salah satu kemurkaan Allah Ta’ala kepada manusia adalah tidak bersyukurnya manusia atas nikmat yang telah diberikan.

Allah Ta’ala berfirman:

قُل لِّعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُنفِقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ سِرًّ۬ا وَعَلَانِيَةً۬ مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِىَ يَوۡمٌ۬ لَّا بَيۡعٌ۬ فِيهِ وَلَا خِلَـٰلٌ (٣١)

Artinya:“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (QS. Ibrahim [14]: 31)

Oleh karena itu, seperti di dalam kitab shahihain, dua malaikat berdoa setiap harinya dengan doa, “Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak pengganti dan berikanlah kepada orang kikir kehancuran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Merugilah jika kita termasuk ke dalam sifat dan sikap yang telah disebutkan oleh Allah Ta’ala melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun apabila seorang pelaku maksiat merasa aman dari adzab Allah Ta’ala, ketahuilah, sesungguhnya ia hanyalah sementara, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya) “Bila kamu melihat Allah memberikan kepada seorang hamba dunia dan apa yang ia sukai, padahal ia melakukan berbagai perbuatan maksiat, maka itu hanyalah Istidraj dari-Nya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).

Jumhur ulama sepakat bahwa makna dari istidraj adalah mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa, tiap berbuat dosa ditambah dengan nikmat dan dilupakan untuk minta ampunan, kemudian dibinasakan.

Sebagaimana firman-Nya di surah Al An ’aam, ayat 44

فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُڪِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٲبَ ڪُلِّ شَىۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَـٰهُم بَغۡتَةً۬ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ (٤٤)

Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam, berputus asa.” (QS. Al-An’aam [6]: 44)

Jadi, nikmat bisa berubah menjadi adzab, kemenangan bisa berubah menjadi kekalahan, kegembiraan bisa berubah menjadi kesedihan apabila kita mengundang murka Allah. Oleh sebab itu, bila diberi kesehatan, kepandaian/ilmu, kemudahan, kelapangan, maka kita harus mensyukuri dan mengamalkannya, jangan berbuat sesuatu yang mengundang murka Allah yang akan mengakibatkan nikmat yang kita peroleh berubah menjadi azab atau bencana.

Perhatikan dengan seksama firman Allah Ta’ala,

وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَدۡنَىٰ دُونَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَكۡبَرِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (٢١)

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As-Sajdah [32]: 21)

Dan cegahlah diri kita agar jangan sampai menjadi hamba yang diistidraj oleh Allah.

Untuk itulah gunakan malam tahun baru bukan dengan hura-hura dan perkara lainnya yang justru akan menghancurkan diri kita sendiri, tetapi dengan berdzikir dan memperbanyak amalan baik, mengasingkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Wallahu A’lam. (P011/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)