Renungan Ramadhan H7: Betapa Berharganya Keluarga

Oleh Ali Farkhan Tsani, Direktur Islamic Center Ma’had Tahfiz Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI Foundation) Bekasi Jabar  

 

di tengah wabah Corona, banyak membawa hikmah. Di antaranya, kita lebih banyak bersama di rumah. Rasanya kita saat ini dapat berkumpul dengan keluarga dalam intensitas waktu yang lebih sering dan lama.

Mulai dari waktu sahur bersama, berbuka bersama, tadarus al-Quran, memasak di dapur, bersih-bersih, hingga shalat tarawih berjamaah.

Pada momen-momen pertemuan penuh kebahagiaan ayah, ibu, anak dan segeap keluarga ini, kita juga dapat saling ngobrol dan curhat membicarakan hal-hal seputar masalah keluarga. Juga menjadi kesempatan untuk berbagi cerita kebaikan, saling memberi nasihat, yang selama ini jarang dilakukan, karena kesibukan masing-masing.

Ada nuansa kebersamaan yang sepanjang setahun ini hilang, kini ditemukan kembali dalam nuansa Ramadhan.

Bertadarus Al-Quran juga menjadi lebih sering dibandingkan hari-hari yang lain. Sang ayah sudah berapa juzkah? Ibu berapa juz? Dan anak-anak mungkin bisa lebih banyak lagi. Bagi anak yang sudah khatam, layak diberi hadiah sebagai motivasi dan apresiasi.

Begitulah suasana saling berlomba bertadarus Al-Quran bagi keluarga-keluarga Muslim. Sungguh membahagiakan, berkah Ramadhan. Paling tidak dapat mengatasi tekanan kabar musibah akibat virus Corona yang diumumkan setiap hari.

Dalam masalah keluarga ini, Rasulullah Shallallau ‘Alaihi Wasallam memberikan teladan terbaik, tanggung jawab, perhatian dan kepedulian terhadap keluarga. Sabdanya:

 عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى. رواه الترمذى

Artinya: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah Shallallau ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR At-Tirmidzi).

Memang tidak ada keluarga yang sempurna. Namun semuanya tak sempurna tanpa kehadiran keluarga. Kepada sipakah kita dapat berkumpul, bercerita, bercengkerama akrab, bahkan kadang bertengkar atau saling iseng? Kecuali dengan keluarga sendiri. Siapakah yang meperhatikan kita, darah daging kita tempat berbagi nasihat dan pertolongan? Kecuali keluarga.

Back to basic, kita kembali ke pondasi keluarga. Saatnya memperkuat landasan akidah, tauhid, contoh akhlak, praktik ibadah dan nilai-nilai kebajikan di dalam rumah tangga.

Ya, begitulah momentum kebersamaan keluarga pada bulan suci Ramadhan tahun ini. Semoga momentum terbaik pembinaan keluarga sakinah mawaddah warahmah ini dapat kita raih pada bulan suci Ramadhan ini. Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)