Ribuan Warga Palestina dan Luar Negeri Ikuti Lomba Marathon Bebaskan Palestina

Bethlehem, MINA – Lebih dari delapan ribu orang Palestina dan peserta  dari luar negeri, Jumat 22/3, mengikuti lomba lari Marathon Gerakan Bebaskan Palestina yang berlangsung setiap tujuh tahun di Bethlehem selatan, Tepi Barat yang diduduki Israel.

Lomba lari marathon ini  dimulai dari Gereja Nativity di Manger Square Bethlehem, dan melewati tembok pemisah ilegal Israel, yang membelah sebagian kota tersebut, sebelum melewati kamp pengungsi Aida desa al-Khader.

Karena Otoritas Palestina tidak mengontrol 42 kilometer yang bersebelahan di distrik Bethlehem jarak maraton Olimpiade, maka terpaksa pelari memutar rutenya sekitar 11 kilometer. Demikian Maan News Agency melaporkan dikutip MINA.

Lomba Lari Marathon ini terdiri atas kelompok 5 kilometer yang disebut “marathon keluarga,” kemudian perlombaan 10 kilometer,  21 kilometer, dan marathon penuh 42,195 kilometer.

Mengamati maraton, Walikota Betlehem Anton Salman mengatakan marathon adalah “acara penting Palestina dan dunia internasional.Ia menyatakan Bethlehem adalah kota yang aman dan terlindungi.

Direktur Marathon Palestina, Eitidal Abdul Ghani mengatakan, marathon tahun ini berbeda dari yang sebelumnya dalam jumlah peserta yang melebihi 8.000 dari 76 negara, dan mereka termasuk pelari dari Ukraina, Perancis, Gaza, Mesir, Yordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Maroko, dan Oman.

Lebih jauh dikatakannya, persentase peserta  adalah perempuan telah melebihi laki-laki dengan 59,7 persen wanita dibandingkan dengan 49,3 persen laki-laki.

Ia mengemukakan, warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza yang dikepung menghadapi sejumlah pembatasan pergerakan mereka setiap hari, yang diberlakukan oleh pendudukan Israel.

Di Tepi Barat, rakyat Palestina tidak hanya mengalami pembatasan, namun tidak memiliki akses memasuki Israel, di wilayah Palestina bentuk pos pemeriksaan militer  Israel seperti tembok pemisah.

“Pasukan Israel seringkali mencegah mengakses tanah pertanian warga Palestina dan akhirnya menghancurkan mata pencaharian ekonominya.”

Orang-orang Palestina di Jalur Gaza telah menjadi sasaran blokade sejak 2007, ketika gerakan Hamas memenangkan pemilu sebagai penguasa de-facto Gaza, yang diberlakukan oleh Israel di sisi udara, darat, dan laut dari kantong kecil pantai. Selain itu Mesir sama-sama menjunjung tinggi blokade militer Israel. (T/R03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.