Juba, 6 Rabi’ul Awwal 1435/8 Januari 2014 (MINA) -Jubir PBB Farhan Haq mengungkapkan, konflik selama tiga minggu yang berkecamuk di Sudan Selatan telah memaksa ribuan orang terusir dari rumah-rumah mereka setiap hari, 23.000 diantaranya mengungsi ke negara tetangga, Uganda.
“Sekitar 62.000 warga sipil juga berlindung di pangkalan PBB di negara Afrika, termasuk 30.000 di dua pangkalan di Juba, sedangkan pasukan penjaga perdamaian PBB masih melakukan patroli 24 jam di Juba , ” kata Haq menurut Press TV yang dilansir Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Rabu (8/1).
Para pasukan penjaga perdamaian melakukan patroli ke jalan-jalan di Sudah Selatan, sebagian besar desa-desa di sepanjang jalan persimpangan Mayom ke Pariyang dibakar dan dijarah, kata Haq.
Krisis politik di Sudan Selatan diawali setelah Presiden, Salva Kiir menuduh mantan wakil presiden, Riek Machar, mencoba mengkudeta. Diaporkan ribuan orang tewas dalam berbagai kekerasan sejak saat itu.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Pertempuran antara pasukan yang setia kepada Kiir, yang berasal dari kelompok etnis Dinka, dan pemimpin oposisi Machar, sebuah Nuer, meletus disekitar Juba pada 15 Desember 2013.
Presiden Sudan Selatan menuduh Machar Archrival berusaha untuk menggulingkan pemerintah, namun upaya kudeta berhasil digagalkan.
Sudan Selatan merdeka pada Juli 2011 setelah orang-orang melakukan pemungutan suara dalam referendum memisahkan diri dari Utara.
Pemerintah di Juba bergulat dengan prraktek-prakterk korupsi yang merajalela, kerusuhan dan konflik di negara yang sangat miskin tapi kaya
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
minyak tersebut,, kini hancur akibat perang. (T/P012/E02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)