Saat Paramedis Muslimah Palestina Gugur Ditembak Snipper Israel

 

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)

Seorang wanita Muslimah Palestina, relawan , terbunuh akibat tembakan snipper tentara Israel di dekat perbatasan Jalur Gaza pada Jumat sore (1/6/2018) waktu setempat.

Relawan kesehatan itu, (21 tahun), ditembak saat dia memberikan pertolongan pertama pada  korban peserta aksi “Kembali ke Tanah Air” di perbatasan sebelah timur kota Gaza selatan Khan Yunis. The YNet News melaporkan.

Mengenakan seragam medis putih, “dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan cara yang jelas, tetapi tentara Israel melepaskan tembakan,” kata saksi, yang meminta namanya tidak disebutkan namanya, kepada Reuters.

Mendengar anak gadisnya menjadi korban, sang ibu di Khan Younis, jatuh pingsan tak kuasa menahan duka.

Sebuah pernyataan dari Kementerian Kesehatan Gaza berkabung atas musibah itu, dan menyebut Najjar sebagai seorang “syahidah”.

“Saya kembali dan tidak akan pernah mundur,” kata postingan terakhir Najar di akun Facebooknya.

“Tembak aku dengan pelurumu. Aku tidak takut,” ujarnya.

Dia adalah wanita kedua yang tewas dalam protes March of Return (Aksi Kembali ke Tanah Air).

Sebagai relawan, Najjar aktif merawat para demonstran yang terluka di perbatasan Gaza.

Saat itu, banyak korban berjatuhan oleh berondongan pasukan Israel. Tercatat lebih dari 100 orang terluka dalam bentrokan itu, 40 dari mereka terkena tembakan senjata api.

Pasukan Israel IDF beralasan, ribuan perusuh melakukan protes di perbatasan Gaza, melemparkan batu, membakar ban dan mencoba menyabotase infrastruktur keamanan.

Pasukan Israel pun menanggapi dengan langkah-langkah penyebaran tembakan ke kerumunan.

Korban terluka dan gugur sebagai syuhada berjatuhan satu per satu, tapi perjuangan Palestina kembali ke tanah airnya, mengusir penjajahan Zionis Israel terus membara.

Apalagi pada bulan suci Ramadhan, bulan kemenangan, yang mereka jadikan sebagai momentum perlawanan dalam keadaan puasa.

Dari Gaza ke Haifa

Mahmoud Zahar, seorang pejabat Hamas yang bergabung dengan aksi protes di timur Kota Gaza, memuji jumlah peserta aksi, meski dalam keadaan puasa Ramadhan.

“Mereka bertaruh melakukan perlawanan, ini bukti,” katanya kepada wartawan.

Protes Jumat hari itu telah diberi label “Jumat dari Gaza ke Haifa”, menandai bukan hanya impian kembalinya Palestina. Namun juga upaya untuk menerobos blokade laut di daerah kantong yang terisolasi.

Dalam upaya untuk mendorong para pengunjuk rasa untuk tiba di daerah perbatasan, Hamas menggunakan pengeras suara masjid untuk memanggil masyarakat untuk menuju ke lokasi demonstrasi.

Hamas juga mengatur transportasi dari seluruh penjuru ke lima kamp yang kembali digunakan sebagai titik aksi untuk melakukan aksi protes damai tanpa senjata.

Sementara itu, warga Palestina terus menerbangkan layang-layang pembakar ke jalur Israel, menyebabkan kebakaran di Kibbutz Miflasim dan Kibbutz Kissufim.

Tidak ada yang terluka, dan petugas pemadam kebakaran segera berada di tempat kejadian untuk mengatasi kebakaran.

Sebelumnya, pada hari Kamis, layang-layang pembakar menyebabkan kebakaran di Hutan Be’eri, Hutan Kissufim dan Kibbutz Ein HaShlosha, juga merusak jaringan listrik.

Senjata baru “layang-layang pembakar” telah dimulai beberapa pekan lalu, mengakibatkan 206 titik kebakaran di wilayah Israel.

Eskalasi perlawanan meningkat sejak 14 Mei, saat pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem.

Hamas kini beralih ke Hari Naksa Selasa (6 Juni) depan, menandai kekalahan Palestina dalam Perang Enam Hari 1967 dan pengambilan Israel dari Tepi Barat, Yerusalem timur dan Jalur Gaza.

Hari Naksa, sesuai dengan rencana awal, diperuntukkan sebagai salah satu sorotan yang diantisipasi dari kampanye protes.

Duka dan Doa

Di berbagai akun media sosial aktivis Palestina, viral dukungan duka dan doa bagi Muslimah Syahidah, Razan Ashraf Najjar, yang menemui Tuhannya, di ujung senapan Zionis Israel.

“Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia, dan buatlah dia luas di kebun surgamu. Ya Tuhan semesta alam, Ya Allah, balaslah kaum Zionis, para teroris, para pembunuh,” Nado Ali memberikan ucapan di akun FB-nya.

Ahmed Elsayd menimpali, “Mereka hanya berani membunuh wanita dan anak-anak dan mencuri tanah orang lain”.

“Allah memberkati Anda, Razan, dan memberikan kesabaran dan pelipur lara keluarga Anda,” ucapan Muhammad Sanjar.

Satu Najjar bisa saja gugur, tapi semangatnya dan pengabdiannya sebagai relawan medis akan diteruskan oleh pelanjutnya, tanpa kenal takut pada penjajah. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0