Oleh : M. Abdullah Rosyid
Mesir, negeri yang berada di perlintasan tiga benua itu menjadi komoditas berarti bagi siapapun yang menguasainya. Secara geografis letaknya sangat strategis dengan benua Afrika di sebelah barat, Eropa di sebelah Utara dan Asia di timur menjadikan Mesir sangat berarti.
Masyarakat Mesir setelah beberapa dekade hidup di bawah kendali pemerintahan diktator Husni Mubarak, harus kembali mengalami ketidak nyamanan dengan kembali bergejolaknya negeri piramida tersebut.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Berawal dari protes 30 Juni oleh pendukung oposisi yang menginginkan Presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, Muhammad Mursi, militer memberi tenggat waktu 48 jam kepada Mursi untuk memulihkan keadaan Mesir yang sudah mulai kacau.
Dengan diprakarsai oleh Menteri Pertahanan dalam kabinet Mursi sendiri, Abdul Fatah Al-Sisi mengumumkan kudeta sepihak pada 3 Juli 2013 setelah militer memberikan ultimatum kepada Mursi.
Kemudian, setelah kudeta tersebut militer mulai melakukan beberapa rancangan yang sudah dipersiapkan untuk “memenjarakan” Mursi. Termasuk membungkam semua media massa Mesir dan internasional seperti Al-Jazeera dengan memaksa media-media tersebut untuk off air. Militer juga dengan segala kekuatan tempurnya mengirim pasukan dimana diperkirakan para pendukung Mursi akan berkumpul.
Namun Mursi tidak tinggal diam dengan kudeta militer yang dianggap oleh sebagian besar rakyat Mesir sebagai penghianatan tersebut. Mursi memberikan reaksi keras melalui video amatir yang diunggah di internet pada Kamis (4/7) bahwa dirinya tetap presiden terpilih Mesir.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Dalam pidato tersebut Mursi juga mengatakan, ia siap melakukan dialog dengan semua kekuatan politik untuk memecahkan persoalan bangsa. Ia juga menyerukan semua pihak termasuk pendukungnya untuk tidak melakukan aksi anarkis dan tetap memelihara keamanan negara.
Dengan adanya video tersebut di internet, militer tetap tak bergeming dengan pilihannya melengserkan Mursi. Melalui “dukungan” beberapa negara Arab yang justru sama sekali tidak demokratis seperti Saudi dan Qatar, militer menunjuk Adly Mansur sebagai presiden sementara dalam masa transisi tersebut. Hingga akhirnya “kabinet baru” dibentuk pun mereka tetap saja pada keputusan kudeta.
Para pendukung Mursi yang berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin pun akhirnya keluar dan menunjukkan kekuatan massa yang jauh lebih besar dari kelompok oposisi. Para demonstran berkumpul di beberapa titik penting di Kairo seperti Nasr City, Ramsis dan Rabiah Adawiyah. Lagi-lagi militer tidak bergeming dengan keputusannya walaupun para pendukung Mursi keluar ke jalan-jalan untuk memprotes kudeta.
Ada anggapan bahwa antek-antek rezim Husni Mubarak masih bermain, bahkan beberapa kalangan percaya Mubarak masih mengendalikan militer dari dalam penjara.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Intervensi asing pun semakin terlihat dengan pernyataan-pernyataan dari beberapa perwakilan negara seperti Amerika Serikat dan Israel. Beberapa pemberitaan juga ada yang mengungkap, Abdul Fatah Al-Sisi terlebih dahulu memberitahu Israel sebelum kudeta. Adanya hubungan baik antara Al-Sisi dengan Amerika dan sekutunya menjadikan kudeta ini sebagai sesuatu yang “wajar”.
Konflik di Mesir yang terbaru ini kembali membuktikan bahwa Islam tidak akan bisa jaya melalui demokrasi. Demokrasi hanyalah akal-akalan musuh Islam untuk menghilangkan agama Allah ini.
Seperti kita ketahui, Mursi dengan Ikhwanul Musliminnya telah berhasil memenangkan pemilu pasca Revolusi 2011. Namun, kehendak Mursi menetapkan syariah sebagai sistem hukum di Mesir mendapat penolakan dari kaum oposisi yang liberal.
Kudeta ini telah mencoreng demokrasi yang justru digembar-gemborkan oleh pihak oposisi. Mereka memaksakan kehendak dengan mendirikan “negara” di dalam negara yang sah secara demokrasi di bawah kendali Mursi dengan Ikhwanul Musliminnya, sungguh ironis dan semakin membuktikan carut marut demokrasi.
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
Oleh karena itu, apapun jalan selain jalan yang telah ditetapkan Allah maka Islam tidak akan pernah jaya. Allah telah menetapkan jalan yang harus ditempuh oleh muslimin. Allah hanya memberikan syarat dengan persatuan muslimin, karena jika syarat itu tidak dapat terpenuhi maka jalan yang telah ditetapkan itu tidak dapat berjalan dengan baik. Hanya dengan khilafah dan persatuan umat, muslimin akan berjaya karena khilafah tidak hanya terpetak dalam suatu negara. Karena khilafah itu universal.(P01/R2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan